Part One

8 0 0
                                        

Reyana pov

Reyana Syamil, itulah namaku. 'Rey' nama panggilan yang biasa aku gunakan. Aku benci mengakuinya tapi ya, umurku memang sudah menginjak 24 tahun. Bagiku tidak ada yang salah dengan umurku, tetapi keluargaku selalu mempermasalahkannya karna di usia segini aku masih belum dapat calon suami! Hey, menikah bukan hal yang mudah. Aku harus memilah dan memilih siapa yang tepat untuk menjadi suamiku kelak dan yang ku inginkan menikah sekali seumur hidup dan aku tidak mau salah pilih. Keluargaku menyuruh cepat-cepat menikah bukan tanpa alasan, memang sudah tradisi di keluarga besar bahwa anak perempuan harus menikah muda, catat 'harus' dan aku sungguh tidak perduli aturan macam apa itu. Setahuku, yang namanya jodoh tidak boleh dipaksakan, toh Tuhan sudah menciptakan manusia berpasang-pasangan, mengapa harus buru-buru? Ah begitulah bunyi buku yang ku baca. Ohya, aku bekerja sebagai dosen di sebuah universitas swasta. Dulu mama menyarankanku bekerja kantoran, tapi entahlah sepertinya aku lebih tertantang untuk menjadi seorang tenaga pengajar. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa aku masih anak kuliahan bahkan tak jarang mengiraku sebagai mahasiswa baru, bagi yang belum mengenalku. Pantas saja mereka mengira seperti itu, perawakanku yang mungil dan tinggi hanya 155 cm dan wajahku yang sepertinya tidak menua sangat berpotensi seumuran dengan mereka.
Ah ya dan lagi, bukannya aku tidak pernah mengenal cinta. Aku sangat berpengalaman di bidang itu, iya berpengalaman menjadi korban para tukang PHP! Terkadang aku merasa heran, apa kurangku? Aku tak pernah menuntut apapun dari mereka bahkan aku selalu memperjuangkan mereka walau ku tau itu membuang banyak waktuku, dan itu yang terjadi padaku saat ini.

Authors pov

Jarum jam menunjukkan pukul 08.30, sudah 30 menit Reyana terlambah mengisi jam mata kuliah. Sebagai dosen, ia termasuk dosen yang disiplin waktu hanya saja hari ini dia tidak seperti biasanya, sampai-sampai mahasiswanya sms berkali-kali untuk memastikan apakah Reyana benar-benar datang atau tidak. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal dia memasuki kelas yang dia tuju.

"I'm so sorry guys, I've been late for 30 minutes. I have a mess morning. So what group will have presentation today?",

"The third group, Miss",

"Okay, lets start the presentation",

So, sudah tau kan Reyana dosen apa? Yup, English Literature. Sudah 3 tahun ini dia menjalani profesi yang diinginkannya, dan sudah setahun terakhir pula dia berusaha menghilangkan gejolak yang ada di hatinya.

Drrtttdrrtt

Ponsel Reyana bergetar saat dia sedang konsentrasi memperhatikan mahasiswanya sedang presentasi, tetapi dia tidak membukanya sama sekali. Bukan karna tidak ingin hanya saja, dia tidak terbiasa membalas pesan pada saat mengajar, hingga getaran ketiga akhirnya Reyana membuka pesan yang sedari tadi berteriak ingin dibaca.

Farrel :
Nanti sore bisa temani aku?

Farrel:
Please balas pesanku!

Farrel:
Ah sesibuk apa kamu sampai-sampai tidak mau membalasnya

Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya. Rasanya ia tidak ingin membalas pesan whatssapp itu, hanya saja ia sudah terlanjur membacanya.

Reyana:
Kemana?

Farrel:
Ah akhirnya! Temui aku di tempat biasa pukul 15.00. Nanti kau akan tau

Reyana:
Ya

Setelah percakapan itu tidak ada balasan lagi dari Farrel. Lalu Reyana menyimpan ponselnya di tas.
Farrel Dirgantara, seorang pengusaha muda yang sukses di usianya. Perawakannya tinggi dan berkulit putih, wajahnya tentu saja tampan banyak wanita yang meliriknya, hanya saa ia lebih tertarik oada Reyana, dan lelaki ini lah yang sudah bersamanya selama 2 tahun ini. Bersama bukan berarti berpacaran, mereka hanya berteman. Atau lebih dari kata teman. Reyana sangat teramat membencinya. Bagaimana tidak Reyana selalu menuruti apa katanya dan tidak pernah menolak sekali pun! Apakah Reyana mencintainya? Ya! Dia sangat mencintainya. Berbagai usaha untuk mendapatkan hatinya namun nihil smdan selama setahun terkahir berbagai usaha pun untuk melupakannya, namun yang dia dapat semakin dia menjauhinya, Reyana semakin menginginkannya. Jika kata orang cinta ada karna terbiasa, apakah selama 2 tahun ini Farrel tidak mempunyai perasaan apapun padanya? Sangat sulit untuk di tebak.

Beruntung Reyana memang mengajar sampai jam 15.00, setelah mengajar ia bergegas menuju ke tempat janjian dengan Farrel. Sebuah caffe yang sering mereka kunjungi, bahkan tempat dimana mereka pertama kali bertemu.

Flashback on

Seorang wanita tengah terburu-buru setelah makan siangnya, bahkan makan siang itu masih belum selesai. Tapi apa boleh buat, panggilan atasan memaksanya untuk menyudahi acara makan siangnya. Wanita itu setengah berlari melewati beberapa meja untuk segera keluar dari caffe, entah kaki dari mana tiba-tiba terlentang di tngah jalan dan membuatnya tersandung. Tentu saja wanita itu terjatuh dan ia merasakan kakinya sangat sakit

"Aww!!", pekiknya

Seseorang tak lain pemilik kaki yang menyadari hal tersebut segera menolongnya berdiri,

"Ya ampun, maafkan aku. Aku tidak sengaja. Maaf",

"Kamu pikir dengan maaf kakiku sembuh dengan sendirinya huh?", tukas si wanita dengan perasaan dongkol dia melupakan panggilan dari atasannya.

"Baiklah, kalau begitu biar ku antar ke rumah sakit. Kakimu butuh perawatan",

"Tentu",

Seseorang itu membopong wanita yang terluka tadi ke arah parkiran menuju mobilnya, namun tiba-tiba si wanita bersuara.

"Tunggu, pakai mobilku saja. Nanti kau bisa pulang menggunakan taksi setelah mengantarku",

"Mengantarmu kemana?",

"Kau yang menyebabkan kakiku terkilir, mau tidak mau kau juga yang mengantarku pulang. Tidak mungkin kan ku biarkan mobilku disini sampai kakiku sembuh?",

"Lalu bagaimana nasib mobilku huh?",

"Ya ampun, kau bisa kembali kesini setelah mengantarku. Lihat saja dirimu tidak ada luka sedikit pun!", tutur si wanita gemas dengan seseorang itu.

"Baiklah baiklah, aku akan menurutimu sebagai permintaan maafku",

Seseorang itu membukakan pintu mobil dan membantu si wanita duduk dalam mobil. Setelah itu, ia mengikutinya dan duduk di kemudi mobil. Selama perjalanan ke rumah sakit mereka hanya terdiam, hingga akhirnya seseorang membuka suara.

"Ehm, maaf kalau boleh tau, siapa namamu?", tanya seseorang tersebut

"Rey. Reyana",

"Aku Farrel. Baiklah Rey, meminta maaf atas kejadian tadi. Jadi, maukah kau memaafkanku?",

"Aku akan memaafkanmu saat kau sudah mengantarku pulang",

Shit! Batin seseorang itu merutuki dirinya sedang berhadapan dengan wanita yang sama sekali tidak menatap wajahnya.

Flashback off

Reyana melangkahkan kakinya memasuki caffe. Bola matanya bergerak mencari-cari sosok seseorang namun tak kunjung terlihat.

Mungkin masih belum datang. Kebiasaan! Batin Reyana. Ia melangkah menuju meja yang kosong yang terletak di sudut caffe. Tempat yang biasa ia duduki. Baru saja ia duduk, seorang pelayan menghampirinya dan menyodorkan buku list makanan dan minuman. Entah mengapa ia tak bernafsu makan sama sekali. Ia hanya memesan secangkir chappuccino latte. Sebenarnya ia sungguh tidak ingin menemui Farrel. Lelaki itu tidak pernah mengucapkan selamat di setiap ulang tahunnya. Dia lelah, ya lelah dengan usahanya yang sia-sia. Tunggu, bukan usaha tetapi ketulusan. Ya, ketulusannya tak pernah sedikitpun bersarang di hati Farrel. Setidaknya itulah yang ia ketahui selama ini.
Sesekali ia melirik jam tangannya. Lewat 5 menit. Seorang pelayang mengantar pesanannya. Tak lupa ia ucapkan terimakasih dan tersenyum tulus. Reyana mempunyai senyum yang teramat manis. Siapapun yang melihatnya pasti meleleh, hanya saja Farrel memang benar-benar buta dengan hal itu. Dan satu lagi, mata yang berwarna coklat terang dengan bulu mata yang lentik sangat meneduhkan lawan tatapnya. Ya, Reyana memang tidak hanya mempunyai kelebihan otak yang benar-benar cerdas tetapi fisiknya pun tak kalah menawan. Tubuhnya mungil dan hanya 155 cm tapi entahlah dia mempunyai magnet menarik perhatian setiap orang dalam skala besar. Cukup orang-orang mengatakannya dengan 'Kharismatik', itulah Reyana dimata setiap orang.

"Hei", sapa seseorang membuyarkan lamunan Reyana.

Finding The Last Name Donde viven las historias. Descúbrelo ahora