Ayas pov
Hari ini aku bangun pagi-pagi sekali untuk menjemput dan mengantar Reyana ke tempat kerjanya. Jujur saja aku belum tau apa pekerjaan yang dia tekuni saat ini. Namun, melihatnya pada saat di cafe aku berpikiran dia bekerja di kantor. Yah maklum saja yang seharusnya menemuinya tadi malam adalah aku bukan lelaki resek itu.
Ku lajukan mobilku dengan sedikit cepat. Aku tidak sabar bertemu dengannya. Selama kita bersahabat baru kali ini aku merasa aneh dengan tingkahku pada Reyana. Ah sudahlah, aku tidak ingin memikirkannya.
Pagar rumah Reyana masih tertutup, mobilnya tidak terlihat di luar. Ku coba pencet bel pagar rumahnya. Masih tidak ada sahutan, ku pencet berkali-kali berharap dia belum berangkat bekerja padahal ini masih pukul 07.00 kemana dia?
Hampir saja aku putus asa tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Reyana terlihat baru bangun tidur, apa-apaan dia? Apa dia tidak bekerja?
"Ayas? Pagi sekali kamu kesini", ucapnya dengan membuka pagar.
Ku perhatikan dia dari atas sampai bawah, dia benar-benar baru bangun tidur. Ah Reyana, sejak kapan dia bertambah cantik seperti ini? Padahal baru bangun tidur dan masih memakai baby doll. Cantik alami.
"Hei, pagi-pagi sudah melamun. Ayo masuk dulu",
Keasyikan memandangi wajah putihnya yang cantik sampai aku tidak sadar sedang melamun.
"Ah iya", sadarku
"Kamu ngapain pagi-pagi kesini? Tadi malem sudah aku tunggu tapi kamu gak datang. Ah menyebalkan",
"Aku mau mengantarmu bekerja, tapi yang ada kamu malah baru bangun tidur. Kebiasaan molormu masih belum hilang ya, Rey", kataku dengan mencubit pipinya.
"Aku lagi libur, Yas. Gak ada jadwal mengisi kelas di kampus. Hehe masih inget aja kamu",
"Wait, bukannya kamu kerja kantoran?",
"Hah? Ngaco! Aku jadi dosen lohh. Kamu gak ke kantor, Yas?",
"Really? How proud I am to know it, Rey!",
"Hahaha seriously! Thank you. Jadi, kemana kamu semalam? Dasar PHP!",
"Kamu yang PHP! Aku sudah kesini tadi malam tapi kamu malah pelukan dengan lelaki lain. Lebih baik aku pulang", ku utarakan kejengkelanku semalam tadi. Biar saja dia tau.
"Seriously?! So sorry, Yas", Reyana bergelayut di lenganku dan menunjukkan puppy eyesnya. Kalau begini mana bisa aku ngamber lama-lama.
"Oke, it doesn't matter but ... ",
"But what? I'll do anything for you!",
"Masakin aku sarapan. Aku lapar sekali, Rey. Tapi kamu mandi dulu ya. Bau ilerr",
"Aku malas mandi, Yas. Tapi aku sudah cuci muka dan sikat gigi kok. Nanti aja ya mandinya",
"Haha dasar! Jorok ih",
"Biarin, kan sama kamu aja, Yas. Yuk masuk",
Dia memang tidak pernah berubah. Kebiasaan yang sudah ku hapal di luar kepala. Kebiasaannya itu yang selalu membuatku rindu.
Bertemu dengannya membuatku malas pergi ke kantor, untungnya tidak ada meeting penting hari ini. Biar saja asistenku yang mengurusnya, aku ingin seharian bersama Reyana.
Author pov
Ayas sedang menelpon sekretarisnya dan memintanya untuk menggantikan rapat, sedangkan Reyana berkwlit di dapur dengan bahan-bahan makanan yang baru saja ia keluarkan dari lemari es. Dia akan memasakkan Ayas ayam kecap kesukaannya.
"Perlu bantuan?", tegur Ayas
"Eh, enggak usah. Kamu duduk aja, nanti bajumu kotor", sahut Reyana dengan mencuci daging badan ayam yang sudah terpotong.
YOU ARE READING
Finding The Last Name
Random"Kapan kamu ngasih mama menantu, Rey? Mama malu di umur kamu yang segini masih belum dapat pasangan! Kamu mau jadi perawan tua?!", - Mama - "Kak, buruan nikah donk. Pacar aku udah serius mau ngelamar aku. Masak aku ngelangkahin kamu kak?", - Freya -
