"Hei", sapa seseorang membuyarkan lamunan Reyana.
Reyana menoleh seketika. Namun seseorang itu bukanlah seseorang yang ia tunggu. Namun, seseorang yang lama ia rindukan keberadaannya.
"Ayas!", pekik Reyana lantas memeluknya. Ayas Saputra. Sahabat Reyana sejak masih duduk di bangku SMA. Terhitung sudah 3 tahun mereka tidak bertemu. Ayas merantau ke Jakarta untuk mengikuti orang tuanya yang pindah kesana. Tidak hanya itu, Ayas menjalankan bisnis orang tuanya dan kini ia kembali lagi ke kota ini. Jika di banding dengan Farrel, mereka hampir sama tingginya hanya saja Ayas berwajah manis sehingga tidak membosankan, apalagi senyumnya yang selalu membuat para kaum hawa meleleh.
"Sebegitu rindunya kau denganku heh?", Ayas terkikik dengan ekspresi Reyana yang refleks memeluknya.
Reyana melepas pelukannya dan mencubit lengan Ayas dengan keras.
"Aww! Sakit Rey",
"Kau kemana saja, Yas?! Ya ampun kau pindah begitu saja tanpa pamit! Dan apa-apaan kau tidak pernah menghubungiku sekali pun! Kau jahat Ayas!", mata Reyana mulai berkaca-kaca setelah menumpahkan segala kekesalannya. Ya, kepindahan Ayas tidak diketahui Reyana. Dia tahu Ayas pindah dari tetangga Ayas. Reyana menghubunginya berkali-kali tetapi nihil, seolah lelaki itu tertelan bumi.
"Oh come on, Rey. Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku ingin melakukan semuanya tapi kejadiannya sangat mendadak. Dan terlebih lagi ponselku hilang saat di bandara. Aku tidak bisa menghubungimu sama sekali. Lewat media sosial pun aku tidak bisa. Aku lupa semua kata sandi termasuk emailku. Maaf yaa", Ayas meraih tubuh Reyana dan membenamkan wajahnya pada dadanya yang bidang.
"Lalu, mengapa kau kembali ke Surabaya lagi? Kau merindukanku heh?",
"Hahaha ya, aku merindukan sahabatku yang cerewet ini dan coba tebak mengapa sekarang aku ada di Surabaya?",
"Apa? Bisnis? Atau kau mau cari jodoh?",
"Hampir benar. Aku kembali lagi kesini karna menghandle perusahaan cabang yang baru buka, Rey. Aku akan menetap lagi disini",
"Serius?? Ah senang sekali ",
"ehemm!", terdengar suara deheman yang mengagetkan mereka. Reyana melepaskan pelukan Ayas dan menoleh ke sumber suara. Tampak Farrel dengan muka kusutnya memandangi mereka.
"Eh, kau baru datang, Rel?", tanya Reyana sedikit gugup
"Ya. Kau tidak malu berpelukan di tempat umum hah?",
"Dia siapa Rey?", tanya Ayas dengan meneliti lelaki yang ada di depannya dengan raut muka yang kusut.
"Ah maaf. Ayas kenalkan ini temanku, Farrel. Farrel, ini sahabatku Ayas. Maaf kita sudah 3 tahun tidak bertemu dan melepas rindu tanpa memperhatikan tempat",
Ayas mengulurkan tangannya pada Farrel sebagai salam perkenalan namun hanya di balas tatapan tajam oleh Farrel.
"Apa acara lepas rindu kalian sudah selesai? Karna aku tidak suka dengan tamu yang tidak diundang", ucap Farrel sangat pedas dan hampir memancing emosi Ayas kalau saja Reyana tidak memegang lengan Ayas.
"Baiklah aku akan pergi. Rey, nanti aku akan ke rumahmu saat makan malam, sekalian makan malam dengan keluargamu", balas Ayas tak mau kalah. Ia menyeringai ada Farrel yang menatapnya tak suka.
Reyana terlonjak legirangan tanpa memperhatikan Farrel.
"Really? Mama, papa dan Freya akan senang dengan kedatanganmu",
Jleb! Kalimat yang di lontarkan Reyana berhasil menusuk Farrel. Bagaimana tidak? Farrel tidak pernah diperkenalkan kepada keluarganya sedangkan lelaki di samping Reyana sangat akrab dengan keluarganya.
"Okay Rey. See you soon", ucap Ayas dengan mengelus puncak kepala Reyana dan berlalu pergi. Ayas sudah terbiasa melakukannya mengingat mereka sepasang sahabat.
YOU ARE READING
Finding The Last Name
Random"Kapan kamu ngasih mama menantu, Rey? Mama malu di umur kamu yang segini masih belum dapat pasangan! Kamu mau jadi perawan tua?!", - Mama - "Kak, buruan nikah donk. Pacar aku udah serius mau ngelamar aku. Masak aku ngelangkahin kamu kak?", - Freya -
