"Ayas mesuuuuummmmmm",

Reyana bangkit dari kasur dengan histeris dan berlari keluar dari kamar. Tampak Ayas tertawa terpingkal-pingkal, ia puas mengerjai Reyana. Tidak bisa ia bayangkan, bagaimana wajah Reyana yang begitu memerah.

Ayas pov

Setelah mengantar Reyana pulang aku bergegas pergi ke kantor karna pekerjaan yang sudah menumpuk karna ulahku membolos seharian kemarin.

"Pagi, Pak", sapa Vanessa, sekretarisku

"Oh pagi juga, Nes. Ada agaenda apa hari ini?",

"Hari ini akan ada meeting dari klien perusahaan ternama di Singapura. Mereka sudah di sini sejak tadi malam dan nanti siang akan ke kantor ini",

"Ah, ya. Hampir saja saya lupa ada meeting yang paling penting. Baik, siapkan semuanya, saya tidak mau klien kecewa dengan kinerja kita",

"Baik, pak",

"Terimakasih, Nes",

"Sama sama",

Setelah berbicara dengan Vanessa aku memasuki ruanganku. Pikiranku masih melayang pada kejadian semalam dan pagi tadi. Entah keberanian dari mana, aku mencium bibir Reyana. Padahal sudah ku tahan dari kemarin tapi apa daya, seolah bibir itu berteriak ingin dicium. Dan hal yang paling ku fikirkan saat aku memeluknya, dia tdak pernah menolaknya sekalipun. Tapi memang sudah terbiasa dari SMA hanya saja dia tidak menyadari pelukan yang slalu ku berikan beberapa hari ini berbeda dengan sebelumnya. Seharusnya kau bisa merasakannya, Rey.
Tiba-tiba terdengar suara dering ponselku. Dapat kulihat dengan jelas nama si penelpon dalam layar ponsel.

"Hallo, ada apa, Pa?",

"..."

"Perusahaan stabil, nanti akan ada meeting dengan klien dari Singapura untuk kerja sama",

"..."

"Pa, aku tidak mau. Biar aku yang cari sendiri. Papa tidak perlu khawatir, aku akan benar2 memilihnya dengan baik",

"..."

"Pa, bisakah sekali saja memikirkan perasaanku? Atau jangan2 perusahaan memang lebih penting dari kebahagiaan anak papa sendiri hah?",

"..."

"Pa, Ayas tidak bi ...",

Tuttt

Saluran telepon sudah di putus sepihak oleh papa. Mengapa ini harus terjadi di saat aku benar-benar sudah menemukan orang yang tepat? Aaarrrggghhhh sialan!

Reyana pov

Ku langkahkan kakiku memasuki gedung perkuliahan yang akan ku isi hari ini. Para mahasiswa sudah berkumpul di kelas dan menungguku.

"Good afternoon everyone?", sapaku

"Good afternoon, Miss",

"Alright, let's continue the presentation that haven't done",

Skip

Setelah kelas selesai aku berniat langsung pulang karna mama, papa, dan Freya sudah datang. Ku jalankan mobilku menuju rumah, betapa rindunya ditinggal selama 3 hari oleh mereka.

"Mama, papa, Freyaa, Rey pulang",
Teriakku saat masuk ke dalam rumah. Papa dan mama keluar dari ruang keluarga dan Freya turun dari kamarnya.

"Duh anak papa cantik-cantik kok mulutnya kayak toa masjid",

Ya seperti itulah papa. Sukanya jahil dengan mengataiku.

Aku memeluk papa dan mama bersamaan.

"Baru ditinggal 3 hari saja kamu sudah manja begini. Gimana nanti kalau sudah menikah dan hidup bersama suamimu?", mama menggerutu melihat tingkahku. Kulepaskan pelukanku dan menatap mama kesal. Baru saja bertemu sudah membuatku kesal.

"Tuh, kak. Dengerin mama. Makanya gih buruan nyari calon. Freya memelukku dr belakang dan menyerangku dengan ciumannya di wajahku.

"Aduh, dek. Kamu juga manja banget, ninggalin aku 3 hari udah kangen kayak gini",

"Hahaha tapi kan aku sudah punya calon. Lah kakak apa kabar?",

"Adek durhaka nih anak!", aku mengejarnya dan menggelitik perutnya. Dia berteriak meminta ampun. Sedangkan mama dan papa menatap kami dengan gelengan kepala.
Aku dan Freya memang sering berdebat karenga umur kita saja hanya selisih beberapa tahun. Tapi kami sangat menyayangi satu sama lain. Terkadang Freya mengenalkanku pada teman2nya agar aku bisa memiliki pacar, tapi umur mereka kebanyakan di bawahku. Tidak mungkin aku menikahi seorang brondong, aku saja masih belum dewasa sepenuhnya bagaimana bisa hidup bersama lelaki yang dewasanya masih di bawahku.

Aku menikmati kebersamaan dengan Freya dengan tiduran di kamarnya dan bercerita apapun yang telah terjadi dalam beberapa hari ini. Mulanya Freya menceritakan bagaimana acara liburannya bersama keluarga pacarnya. Aku sempat iri padanya karna sudah menemukan lelaki yang tepat, bahkan keluarganya sangat baik padanya. Namun perasaan itu segera aku tepis, karna aku percaya jodoh yang tepat tidak akan datang di saat waktu yang cepat. Ia akan datang pada saat waktu yang benar2 tepat!

"Kak, bagaimana hubunganmu denga Farrel?",

Ah iya, Freya sudah seperti buku diary bagiku, begitu juga denganku seperti buku diary baginya.

"Entahlah, dek. Aku sudah tidak ingin mengingatnya",

"Ayo ceritakan kak!",

Aku menghembuskan napasku kasar dan mulai bercerita.

"Jadi ...",

Aku menceritakan semua kejadian yang terjadi selama 3 hari ini, mulai pertemuanku dengan Ayas hingga hancurnya hatiku karna Farrel. Freya mendengarkannya dengan seksama. Pemikiran kami memang sama walaupun hanya berbeda umur, terkadang aku merasa Freya lebih dewasa di banding aku.

"Wow! Kayak drama Korea kak wkwkwk",

"Iya drama Korea yg sampek 20 episode, sayangnya aku gatau kisahku sampai episode berapa",

"Hahahha, apa kau tidak merasa ada yang ganjal dengan kak Ayas?",

"Ganjal apanya dek?",

"Ah kau ini, kau memang pintar dalam akademik. Tapi soal cinta kau masih lugu!",

"Jelaskan saja dek, jangan pakai kode",

"Kau nyaman dengan kak Ayas?",

"Iya",

"Apa sikapnya aneh dr sebelum2nya?",

"Iya, beberapa hari ini dia lebih manis. Bahkan memperlakukanku seperti kekasih",

"Kak, coba pikir deh dengan logika, pikir bener2 apa yang udah di lakuin kak Ayas itu. Dan libatkan hatimu juga kak. Kau pantas mendapat kebahagiaanmu dengan seseorang yang benar2 mencintaimu. Kalau kau mulai memikirkannya, kau akan segera tau, siapa yang pantas mendapatkan hatimu",

Aku tertegun atas kata2 Freya. Aku tidak menyangka dia bisa sedewasa imi, bahkan aku saja sudah kebingungan dari tadi. Aku memeluknya erat.

"Makasi ya dek. Ternyata kamu lebih dewasa dari pada aku",

"Hahaha adek sapa dulu dong kak? Inget ya, jangan pernah menutup hati. Biarkan siapapun memasuki hatimu, tapi kau juga harus ingat. Jangan biarkan dia menyakitimu",

"Iyaa bawelll, thankyou so much", aku memburunya dengan kecupan kecupan di wajahnya hingga dia merasa risih. Kami memang sepasang kakak adek yang jahil bukan?

Tok, tok, tok

"Rey, ada tamu. Cepat tuun ke bawah!",
Terdengar mama mengetuk pintu kamar Freya dan menyuruhku turun karna ada tamu.

Tamu siapa?

Finding The Last Name Where stories live. Discover now