"Rey, dengar. Kau boleh memarahiku, kau boleh memukulku semaumu, tapi tolong jangan diamkan aku seperti ini, Rey",
Ku rasakan tubuh mungilnya mulai bergetar.
"Aku .. Aku .. Mulai lelah, Rel. Aku lelah harus bertahan di posisi seperti ini. Kau tau, bagaimana rasanya mencintai tapi tak dicintai? Sakit, Rel. Lantas untuk apa aku mempertahankan cintaku padamu? Aku bahagia kau bersikap semanis itu padaku tapi sakit sekali rasanya mengingat hatimu bukan untukku",
Walau dia hanya menunduk tapi aku tau pipinya sudah basah karna air mata. Sedalam itu kah perasaanmu padaku, Rey?
Aku merengkuh tubuh mungilnya dan menenggelamkan wajahnya di dadaku agar dia bisa mendengar betapa kerasnya debaran jantungku saat bersamanya. Dia mulai terisak, membuatku mengeratkan pelukan dengan hangat. Jujur saja, sakit melihatnya hancur seperti ini karna sikapku yang plin plan padanya. Aku tidak mau menunggu lagi, aku harus memperbaiki semuanya.
"Ku mohon jangan berhenti. Bisakah kita memulai lagi dari awal? Beri aku kesempatan, Rey. Aku mohon", ucapku dengan mencium puncak kepalanya. Kurasakan aroma wangi rambutnya yang slalu ku rindukan.
Ku longgarkan pelukanku dan menangkup wajahnya. Dia hanya terpejam tak mau menatapku. Ku hapus sisa-sisa air matanya dengan lembut.
"Tatap mataku, Rey. Ku mohon",
Perlahan Reyana membuka matanya. Mata itu, mata yang menenangkanku. Sungguh teduh sekali menatapnya. Masih kurasakan dengan jelas tatapan teduhnya padaku. Tatapan kami terkunci hingga tak dapat ku tahan lagi untuk mencium bibirnya. Mata kami saling terpejam hingga kurasakan satu, dua, tiga kecupan tak satupun Reyana membalasnya. Saat aku akan menariknya, kurasakan Reyana meraih tengkukku dan membalasnya. Aku anggap balasan dia sebagai jawabannya dengan memberikan kesempatan lagi padaku
Reyana pov
Hancur sudah pertahananku saat ini. Bagaimana tidak? Aku tidak bisa berbohong bahwa aku masih mencintainya! Lihat saja, beberapa detik yang lalu dia sudah mencuri ciuman pertamaku. Ah ya, selama ini aku memang tidak pernah melakukannya pada siapapun. Bahkan aku memang menjaganya. Aku cukup terkejut saat benda kenyal itu menempel pada bibirku. Apakah ini rasanya berciuman? Culun sekali rasanya saat aku baru tau seperti ini ternyata. Entah mengapa seperti ada percikan-percikan yang tidak bisa kuartikan. Entah itu perasaan bahagia, sedih, marah, entahlah aku pun tidak memahaminya karna ini pertama kalinya untukku. Dan yang sangat tidak ku duga, dorongan dari mana aku berani membalas ciumannya? Ya Tuhan, baru saja aku berusaha melupakannya tapi mengapa dia semakin membuatku candu. Tapi tunggu! Bukannya aku sudah melakukannya lebih dulu dengan Ayas? Tapi bibir kami hanya sebatas menempel apa itu masih di sebut dengan ciuman? Ah entahlah siapapun yang mencuri ciuman pertamaku, ku harap aku tidak akan menyesalinya.
Aku melepas tautan kami. Napas kami masih terengah-engah. Ah sialan! Pipiku mulai memanas. Aku hanya bisa menunduk tidak berani menatapnya. Aku takut, takut dia akan mengunci mataku dan melakukannya lagi! Kenapa pikiranku jadi kotor seperti ini? Aaarrggggh Farrel!
"Kenapa hem?", ucapnya dengan mengusap bibirku lembut.
"Kau menyebalkan!",
Dia terkikik dan memelukku, babkan mencium puncak kepalaku berkali-kali.
"First kiss huh?",
"Maybe",
Dia menatapku dengan tatapan yamg tak bisa di artikan.
"Hmm tadi pagi aku dan Ayas tidak sengaja berhadapan dan bibir kami hanya saling menempel",
Dia membulatkan matanya, ada kilatan amarah yang terlihat jelas.
"Shit! Jadi aku sudah kalah start heh?",
Aku mengernyitkat keningku tak mengerti.
"Dia sudah mencuri ciuman pertamamu lebih dulu! Ah kau ini apa masih tak mengerti juga?",
Aku menggeleng kepalaku keras. Jujur, hal ini masih sangat tabu bagiku. Sungguh!
Farrel membuang napasnya kasar lalu menangkup wajahku.
"Ciuman itu mulai sekarang hanya untukku. Ingat! Untukku!",
"Kenapa kau jadi possessive seperti ini?",
"Ya ampun, apa kau masih tidak paham princess?",
"Tidak sama sekali",
"Yasudah lupakan. Intinya aku tidak mau kau dekat-dekat dengannya!",
Lagi-lagi dia merengkuh tubuhku dalam dekapannya. Nyaman, ya selalu seperti ini. Bagaimana aku bisa move on jika perlakuannya seperti ini padakuu?
"Hei princess, aku mau ke kamar mandi sebentar. Kau tunggu sini ya",
"Yup",
Farrel berjalan ke arah kamar mandi, aku mulai memainkan ponselku yang sedari tadi berbunyi notifikasi whattsapp.
Baru saja aku membuka ponselku, seseorang mengetuk pintu apartement Farrel.
Tok, tok, tok
Farrel masih di dalam kamar mandi tak kunjung keluar. Aku berinisiatif membukanya. Tampak seorang wanita cantik berpakaian minim dam berambut sedikit pirang berdiri mematung saat melihatku membuka pintu.
"Maaf, cari siapa ya?", tanyaku
"Dimana Farrel?",
Oh, wanita ini mencari Farrel.
"Hmm maaf, anda siapanya Farrel?",
"Seharusnya saya yang tanya pada anda! Mengapa anda berada di apartemen calon suami saya?",
Jedeeerr!!! Bagai disambar petir hatiku mencelos. Baru saja, baru saja aku merasakan awal kebahagiaan.
Aku mematung mendengar jawabannya. Tiba-tiba terdengar suara Farrel dan menghampiriku.
"Siapa, Rey? Suruh mas .. Kau!",
Tanpa permisi wanita tersebut menerobos masuk dan bergelayut manja pada Farrel yang berdiri di belakangku.
"Hai, calon suamiku!",
YOU ARE READING
Finding The Last Name
Random"Kapan kamu ngasih mama menantu, Rey? Mama malu di umur kamu yang segini masih belum dapat pasangan! Kamu mau jadi perawan tua?!", - Mama - "Kak, buruan nikah donk. Pacar aku udah serius mau ngelamar aku. Masak aku ngelangkahin kamu kak?", - Freya -
Part Six
Start from the beginning
