Part 23

27.6K 1.4K 63
                                    

David mengikuti Laura masuk dalam kamarnya. Saat Laura berdiri di dekat jendela dan memunggunginya, David menutup pintu kamarnya. Ia berjalan pelan untuk dekat dengan Laura. Yang ingin ia jelaskan pada Laura mendadak hilang ditenggorokannya.

David merengkuh Laura dari belakang. Mendekapnya dengan kedua lengan kokohnya, menghirup aroma khas Laura yang bisa membuatnya nyaman dan tenang.

Awalnya Laura menikmati pelukan David yang selalu terasa hangat, namun saat mengingat kemarin malam ia melepaskan pelukan itu dan menjauh menghadap David.

Laura memandang David dengan penuh tanya dan pandangan menuntut penjelasan serius. David menarik tangan Laura, agar wanita itu duduk dan bersabar menunggunya bercerita.

"Baiklah. Aku akan menjelaskan semuanya padamu, dan kau harus mendengrkannya baik-baik. Oke?" tanya David.

Laura mengangguk, dan diam-diam ia mengambil nafasnya.

"Michelle adalah mantan pacarku. Kami menjalin hubungan sekitar dua tahun lalu. "

Laura merasakan sesak didadanya saat David mengatakan itu. "Kau pasti sudah tahu kalau Ella bukanlah ibu kandungku." Sambung lelaki itu. Laura mengangguk.

"Beberapa tahun lalu, ibuku-wanita yang paling kucintai didunia ini, meninggal dunia. Tak lama dari itu, ayahku menikah dengan seorang janda yang mempunyai 3 anak. Kau tahu, adik-adikku yang kau temui dirumahku. Nathan dan aku, adalah anak ibuku, dan Ella adalah ibu tiri kami. Aku tidak bisa menerima Ella bahkan sampai sekarang karna menurutku, tidak ada yang bisa menggantikan ibu." Laura melihat, sisi lemah David saat ini juga ketika ia membicarakan mendiang ibunya. David sekuat tenaga menahan emosi dirinya untuk meledak dan menangis di hadapan Laura.

"Tahun-tahun itu sangat berat untukku, dan saat itulah aku bertemu Michelle. Ia menguatkanku dan menemaniku sepanjang waktu. Kami berdua jatuh cinta, dan memutuskan untuk menikah." Jelasnya. Saat mengatakan itu, David melihat Laura dan ekspresi apa yang ditunjukkan oleh wanita itu. Laura tampak tenang-tenang saja sambil menyimak cerita David, dan lelaki itu melanjutkan, "Satu minggu sebelum pernikahan kami, Michelle datang menemuiku dan mengatakan bahwa ia tidak bisa menikah denganku. Berkali-kali kutanyakan alasannya, ia tidak bisa mengatakan. Dan dengan kekuasaanku atas perusahaanku sendiri aku mencoba mencari tahu dan menemukan fakta bahwa ia selingkuh dibelakangku dengan seorang pengusaha kaya yang 10 tahun lebih tua darinya." Tampak rasa sakit yang terpancar dari mata David. Saat itulah Laura tahu bahwa wanita itu-Michelle adalah wanita yang sangat berarti bagi David.

Sekuat tenaga Laura menahan air matanya. Ternyata, banyak yang tidak ia ketahui tentang masa lalu David yang membuatnya selalu bertanya-tanya.

"Saat aku ke Swiss seminggu yang lalu, Michelle menemuiku. Setelah bertahun-tahun lamanya, ia kembali. Aku tidak tahu bagaimana ia bisa tahu aku di Swiss. Dan sejak itu, ia selalu datang padaku tanpa diduga."

"Cukup." Potong Laura. Mengingat seminggu yang lalu, membuatnya mual. Apa yang dilakukan David selama di Swiss dengan mantan pacarnya yang sangat ia cintai?

David mengernyitkan dahinya, "Kenapa?"

"Pergilah, Dave. Aku ingin sendiri."

"Tapi aku belum selesai, Laura."

"Keluar, Dave. Aku memintamu dengan baik. Tinggalkan aku sendiri, biarkan aku mengerti tentang dirimu dan masa lalumu, dulu."

"Laura, jangan seperti ini." David duduk di lantai, menatap ke mata biru Laura dan memegang tangan wanita itu.

Laura tersenyum, dengan cirinya yang cantik dan senyuman seperti tanpa beban. Ia memegang wajah David dengan sebelah tangannya, "Pulanglah. Aku akan menghubungimu nanti. Ya?"

Obsessed (COMPLETED)Where stories live. Discover now