Part 15

42.7K 2K 32
                                    

David menjauhkan wajahnya dari Laura. Dengan mata terpejam, mereka mengatur pompa udara yang lewat melalui paru-parunya. Menghirup oksigen sebanyak-banyaknya seakan habis tercekik. Dengan kedua tangannya, David mengelus kedua pipi Laura yang tirus, membuainya dengan tangan besarnya. Laura masih terpejam dan menikmati sentuhan itu, begitu hangat di cuaca sedingin ini.

"Kau bisa sakit jika berlama-lama disini." Masih dengan keadaan setengah sadar, Laura mengikuti langkah David yang sudah menariknya menjauh dari bawah pohon menuju mobil.

David menyalakan pemanas mobilnya dan memakaikan Laura jas yang membalut tubuhnya. Ia menggenggam tangan Laura dan menggosok-gosokkannya dengan tangannya sendiri, memberikan kehangatan pada wanita itu, sedangkan Laura hanya termenung dan merasa bingung. Kejadiannya begitu cepat hingga ia tidak tahu apa yang telah terjadi antara dirinya dan David. Secara diam-diam, Laura menggigit bibir bawahnya, rasa manis itu masih terasa. Membekas disana.

Wajah David terlihat berbeda. Wajahnya polos dan santai. Tidak ada tatapan mata yang tajam dan angkuh, tidak ada wajah yang tegang dan mata hitam yang menusuk. Laura memperhatikannya, dan saat itulah Laura sadar, inilah sisi lain dari seorang David Harrington.

David menyalakan kembali mobilnya ketika dirasa bahwa tubuh Laura tidak sedingin tadi. Mereka berkendara melewati hutan tadi dan menuju jalan utama.

"Maafkan aku." Ucap David tiba-tiba. Sontak saja Laura menoleh kesamping dan menatap David bingung.

"Maaf berbuat kasar padamu, aku tidak tahu bahwa aku bisa lepas kendali seperti tadi."

Laura memperhatikan raut wajah David, wajahnya tampak begitu merasa menyesal. Entahlah, menyesal karna kasar pada Laura, atau menyesal karna mencium Laura, lagi. Laura merasa alasan terakhir lah yang sebenarnya ingin diungkapkan David. Dan, Laura sedikit tidak suka dengan asumsi yang ia buat sendiri. Dengan malu, ia mengakui pada dirinya sendiri bahwa ia menyukai dan menikmatinya.

**
Lelaki itu berjalan sempoyongan ditengah keramaian. Ia berusaha menjangkau atau memegang sesuatu yang bisa membantu menopang tubuhnya. Nafasnya tidak teratur seakan seseorang mencekik lehernya, keringat dingin membanjiri pelipisnya. Pandangannya berkunang-kunang seakan dunia ikut berputar bersamanya. Dan ketika itu pula, ia pingsan. Ditengah keramaian, menimbulkan kepanikan pada orang-orang yang berlalu lalang.

"Pak? Anda tidak apa-apa?" Panggil seorang lelaki. Lelaki itu mencoba menyadarkan David, semua orang tampak khawatir namun tidak ada yang berbuat sesuatu selain dirinya.

"Panggilkan ambulans!" Teriak lelaki itu. "Pak? Tunggulah, ambulans akan segera datang."

Beberapa menit kemudian, David menarik lengan lelaki itu, lelaki itu sempat terkejut namun kemudian membantunya duduk.

Ia mencoba berdiri, dan lelaki itu kembali membantunya, dengan sempoyongan David berdiri dan berkata, "tidak perlu repot-repot." Lalu David berjalan membelah kerumunan yang melihat kejadian tersebut. Lelaki itu berniat ingin menyusul David, namun sekilas David sudah hilang seperti ditelan bumi.

David merogoh saku celananya, mengambil kunci mobil lalu masuk ke dalam mobilnya. Ia mengatur nafasnya, dan menyandarkan kepalanya pada setir kemudi. Bayang-bayang itu menghantui David bagaikan mimpi buruk. Dalam beberapa waktu, hal itu akan membuatnya hilang kesadaran seketika.

David melajukan mobilnya menuju tempat yang entah kenapa ingin ia kunjungi. Ia masih mengatur nafasnya, pendingin di dalam mobil tampak sama sekali tidak menyala padahal sudah pada batas yang maksimal. Ia berkeringat dan tampak alisnya berkerut seraya menahan sakit kepala yang menyerangnya sekarang.

David tiba di kediaman Laura, dan beruntung ia masih bisa menggerakkan kedua kakinya menuju pintu rumah Laura, namun sebelum tangannya sempat menjangkau gagang pintu, ia sudah terjatuh, lagi.

Obsessed (COMPLETED)Where stories live. Discover now