Part 2

84.3K 4.4K 58
                                    

Kebun anggur yang kecil di belakang pekarangan rumah itu tampak begitu indah. Dengan kupu-kupu yang hinggap ditiap pucuknya.

Seorang wanita tengah memetik buah anggur itu dengan keranjang yang tersampir di lengan kirinya. Siang itu tampak tidak begitu terik, namun cukup panas untuk membuat peluh berjatuhan. Beruntung ada topi yang melindunginya.

"Doria." Sebuah suara mengintrupsinya dari belakang, membuatnya menoleh ke belakang dan mendapati seorang wanita yang tersenyum lugu padanya.

"Nona Laura, apa yang Anda lakukan di sini?" Doria menghentikan aktivitasnya.

Laura tersenyum lalu menampakkan gigi-giginya yang rapih dengan sangat lucu dan polos.

"Aku boleh membantu?" tanya-nya.

"Tidak usah, Nona. Jika Tuan dan Nyonya tahu, saya bisa dimarahi."

Laura tampak cemberut dan sedih, Doria tidak tega melihatnya. Meskipun umur Laura hampir 21 tahun, wanita itu masih seperti anak kecil. Manja, lugu, serta menggemaskan. Doria tersenyum lalu berkata, "Nona bisa duduk di sana, melihat saya di sini, saya akan sangat senang jika ditemani oleh Anda." Ucap Doria mencoba menghibur Laura.

"Benarkah?" tanya Laura dengan mata berbinar. Doria menganggukkan kepalanya. Dengan patuh, Laura duduk di sebuah kursi kayu dengan topinya untuk melindunginya dari terik matahari.

"Bagaimana acara makan malamnya kemarin, Nona?" tanya Doria membuka percakapan.

Cukup lama Laura menjawab hingga Doria melihat kearahnya, Laura tengah bertopang dagu dan tampak begitu tidak bersemangat ditanyai perihal makan malam itu.

Laura menghembuskan nafasnya pelan dan berkata, "Membosankan, kau tahu."

"Bukankah keluarga Harrington sangat ramah dan baik?" tanya Doria lagi, penasaran.

"Ya, memang. Semua keluarganya begitu ramah terhadapku, bahkan anak-anaknya juga, terkecuali..." Laura menggantungkan ucapannya.

Doria melirik Laura dan mendekat. Duduk disamping Laura dan menunggu wanita itu untuk berbicara lagi, "terkecuali?" tanya Doria.

"Tuan dan Nyonya Harrington mempunyai lima anak. Bayangkan, lima. Keluarga mereka terlihat sangat bahagia. Ramai, dan penuh kehangatan. Terkadang aku ingin mempunyai adik lagi, tapi sepertinya ayah dan ibu tidak berencana membuatnya. Semuanya baik padaku, bahkan anak mereka yang terkecil pun menerimaku dengan baik. Tapi, ada satu diantaranya yang kurang bersahabat―maksudku, kurang ramah padaku." Jelas Laura panjang lebar. Jika sudah bercerita dengan Doria, ia akan bercerita mengenai apapun. Bahkan kepada ibunya sendiri, Laura kurang terbuka seperti ini.

Doria terkekeh, sambil menghapus peluhnya ia berkata, "Lalu, anak mereka yang manakah yang kurang bersahabat itu?" tanya Doria penasaran.

"Anak tertua mereka."

Doria sempat berpikir sejenak, "David Harrington?"

"Kau mengenalnya?" tanya Laura tidak percaya. Mata birunya membulat, membuatnya tampak seperti boneka .

"Tidak, Nona. Tetapi, aku mempunyai teman yang bekerja di kediaman keluarga Harrington. Mr. David memang terkenal dengan sikapnya yang kurang ramah pada orang lain, namun ia adalah orang yang tegas dan tidak suka bertele-tele."

Entah kenapa Laura tampak begitu tertarik dengan sosok seorang David Harrington. Seseorang yang menatapnya aneh, entahlah. Tatapan laki-laki itu benar-benar mengerikan. Mata hitamnya yang terlihat begitu kelam, membuat siapapun tidak berani menatapnya terlalu lama. Mata itu, mata yang dapat menghanyutkan serta membunuh sekalipun.

Pikiran Laura melayang kemana-mana. Banyak hal yang ia pikirkan sejak makan malam itu. Mengapa David menatapnya seperti itu, mengapa David tampak dingin padanya, dan mengapa tatapan David tampak seperti membencinya. Laura menggelengkan kepalanya, apa yang ia pikirkan? Ia bahkan tidak mengenal David. David bahkan bukan peran penting dalam hidupnya. Untuk apa ia memikirkannya seperti itu.

Obsessed (COMPLETED)Where stories live. Discover now