Part 3

76.3K 4K 68
                                    

Part 3 has done!!! Yeay!!!
Sorry for late update, huh. Im gettin tired after ied mubarak :) btw, minal aidin walfaidzin for all muslim in the world..
And sorry for absurd part, ive been typing this last minutes:)
Jangan lupa tinggalkan votes dan comments kalian ya guys biar authornya semangat buat ngapdet❤️❤️❤️
Happy reading~~

(P.S beberapa part akan di private guna menjauhi plagiarism yay:) thanks)

***
"Laura, bisakah kau mengantarkan makanan ini ke kediaman keluarga Harrington, Sayang?" tanya Marilyn ketika mereka sedang ikut membantu para pelayan di dapur. Itu adalah kegiatan rutin mereka di hari Sabtu. Dan pada waktu tertentu keluarga Darnell dan Harrington akan bertukar makanan, itu di lakukan demi tetap menjalin tali persaudaraan diantara mereka.

Biasanya yang mengantarkan makanan adalah Doria, tetapi kali ini Marilyn ingin Laura yang mengantarkan. Agar Laura dipandang sebagai anak perempuan satu-satunya keluarga Darnell yang sopan dan ramah.

Mendengar permintaan ibunya, Laura tidak sanggup menolak. Lagi pula hanya mengantarkan makanan, keluarga mereka juga baik padanya tempo hari. Laura mengangguk patuh sementara ibunya mengulas senyuman. Laura memang hampir tidak pernah membantah perkataan ibunya, setidaknya hanya itulah yang dapat ia lakukan untuk ibu tercintanya.

Laura sudah siap dengan keranjang makanan yang tersampir di tangan kanannya. Ia tinggal menunggu Ivan--supirnya yang berumur 30-an yang siap mengantarkannya ke kediaman keluarga Harrington.

"Berhati-hatilah, Nak. Sampaikan salam ibu kepada mereka." Ucap Marilyn sembari mengelus pelan rambut Laura yang di sambut senyuman oleh Laura.

Ivan membukakan pintu mobil untuk Laura, lalu kemudian menyusul masuk di kursi kemudi.

Dalam hatinya, Laura merasa gugup. Pasalnya ini kali kedua ia datang ke rumah keluarga Harrington dan kali ini tanpa kedua orang tuanya. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap nanti. Ia menarik nafasnya perlahan lalu menghembuskannya. Yang lebih mengacaukannya adalah laki-laki itu. Dalam hati ia berdoa untuk tidak bertemu dengan David dirumahnya nanti.

Ivan yang melihat dari kaca depan, dapat langsung menebak bahwa anak majikannya ini gugup. Laura tidak pandai menyembunyikan sesuatu, sehingga itu tampak jelas di wajahnya.

"Saya yakin mereka akan menyukai Nona Laura. Tidak usah khawatir." Seakan bisa membaca pikiran Laura, Ivan berkata demikian. Laura mengulas senyumannya, senyuman lembut penuh ketulusan yang alami.

Pagi itu tampak tidak terlalu ramai. Jalanan pun tampak masih sepi, hanya ada beberapa pedagang yang berjualan di pinggir jalan. Jalanan menuju rumah Harrington baru jelas ketika ia pergi di pagi hari. Kala itu malam, dan Laura tidak dapat melihat apapun. Ternyata jalan menuju kesana terbilang tidak terlalu ramai seperti jalanan di tempat lain. Beberapa kali mereka akan melewati hutan-hutan, dan tampak sudah rumah megah keluarga Harrington di ujung pandangan Laura. Sebuah hutan terletak tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Laura sempat heran mengapa keluarga Harrington memilih rumah di tempat seperti ini. Tampak indah memang jika untuk keadaan di siang hari. Tapi Laura yakin jika malam tiba, akan sangat mengerikan.

"Sudah sampai, Nona." Ucap Ivan membukakan pintu mobil untuk Laura. Laura menatap sebentar ke rumah besar itu. Ia menarik nafasnya lalu perlahan berjalan menuju pintu.

Sebuah pintu besar nan tinggi kini menjulang di hadapannya. Laura ragu jika ia mengetuk apakah akan terdengar sampai ke dalam.

"Nona, mencari siapa?" Tiba-tiba Laura dikagetkan oleh seorang wanita paruh baya yang berdiri di belakangnya. Laura terkejut dan langsung menoleh. Mengulas senyum semanis mungkin dengan mata biru polosnya.

Obsessed (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang