Part 11

46.6K 2.6K 40
                                    

Meja makan berbentuk lingkaran tersebut hanya berisikan lima orang. Mr. dan Mrs. Darnell, Laura, David serta Thomas. Laura merasakan aura canggung mengelilingi ruang antara ia dan David. Wajahnya masih merah padam akibat kejadian di dekat danau tadi. Namun David, nampak biasa saja.

Sesekali, David melihat kearah Laura untuk memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja, tapi Laura terlalu malu untuk melihat balik kearah David. Ia memilih bungkam dan memakan makanannya dengan kaku. Thomas makan dengan lahap, dan Mrs. Darnell menyukainya.

"Jadi, nak David bagaimana dengan perusahaanmu?" tanya Mr. Darnell.

David meletakkan sendok serta garpu yang dipegangnya, lalu mengambil serbet untuk menyapu bibirnya. "Bisnisku berjalan lancar, Mr. Darnell. Terima kasih sudah bertanya." Ujar David dengan formal.

"Kau sama seperti ayahmu, tidak mau menyerah dan selalu pandai berdiri dengan kakinya sendiri." Ucap Mr. Darnell memuji tulus. David hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Sekali lagi, David melihat Laura. Dan pada saat itulah pandangan mereka bertemu. Laura terlihat malu-malu, dan David hanya tersenyum sambil mengangkat sedikit gelas minumnya.

"Masakanmu sangat lezat, Mrs. Darnell." Ucap David. Marilyn tertawa dan menyatakan pendapatnya, "Bisa saja kau, David. Kau harus mencoba masakan Laura. Ia pun sudah mulai pandai memasak."

"Benarkah?" tanya David. Marilyn mengangguk dan memakan daging asapnya.

"Akan sangat menyenangkan jika bisa mencicipinya suatu saat nanti." Laura tidak tahu ada maksud apa dibalik ucapan David. Namun pandangan mereka berdua seakan terkunci, dan tanpa mereka sadari Mr. dan Mrs. Darnell memperhatikan mereka dengan raut wajah tersenyum dan saling berpandangan penuh makna.

***

"Terima kasih untuk makan malamnya, Mr. dan Mrs. Darnell." Ujar David saat ia dan Thomas akan berpamitan pulang.

"Jangan sungkan, sering-seringlah datang kemari. Ajak adik-adikmu yang lainnya juga, Nak." Ucap Mr. Darnell dengan ramah dan menjabat tangan David.

Laura mengantarkan mereka menuju mobil. Thomas tak henti-hentinya memegang tangan Laura, dan Laura tertawa melihat tingkah laku bocah tersebut.

"Besok pagi, pukul 10 akan kujemput." Ucap David. Itu bukanlah permintaan atau ajakan. Melainkan titah yang tidak bisa dibantah.

Laura termenung, sementara itu mobil David telah menjauh dari jangkauan matanya.

"Tampaknya kau dan David semakin dekat." Ucap Marilyn kala Laura memasuki rumah masih dengan kebingungan. Ia tidak banyak bicara sejak David menciumnya pertama kali. Saat David mencuri ciuman pertamanya. Ciuman pertama.

"Um, kami hanya berteman."

Marilyn hanya tersenyum penuh arti dan mengelus puncak kepala Laura, lalu pergi menuju kamarnya. Laura tidak mengerti, ada apa dengan semua orang hari ini?

Doria membawakan kue coklat serta susu kedalam kamar Laura. Pasalnya, malam ini ia tidak dapat tidur sama sekali. Ia butuh asupan untuk membuatnya mengantuk, dan kue adalah solusinya.

"Terima kasih, Doria." Doria mengangguk dan berbalik, namun Laura berbicara lagi, "bisakah kau menemaniku malam ini, Doria?"

Doria menoleh pada anak tuannya, dan tersenyum lembut. Doria duduk di sebelah Laura, dan Laura memunggunginya sambil memakan kue coklat tersebut. Doria sudah paham, jika sudah begini itu artinya Laura minta rambutnya untuk dielus dan dikepang.

"Aku tidak mengerti, mengapa hatiku rasanya aneh akhir-akhir ini. Kau tahu Doria, ada apa denganku?"

Dengan lembut jemari Doria menyisir tiap sela rambut Laura dan tersenyum, "Mungkin Anda sedang mengalami sesuatu yang buruk?"

Obsessed (COMPLETED)Where stories live. Discover now