Part 13

42.7K 2.4K 72
                                    

David berjalan tergesa-gesa menuju ruangan kantornya. Langkahnya tidak berhenti meskipun beberapa kali orang yang berpapasan dengannya mencoba berbicara dan menarik perhatiannya. Beberapa lagi hanya memperhatikan seorang bos besar berjalan dengan wajahnya yang dingin dan pandangan mata itu, mata yang tajam dan menakutkan. Meskipun begitu, lagi dan lagi semua wanita seakan menggilainya. Bagaimanapun, David tetaplah seorang laki-laki. Laki-laki yang diidamkan oleh wanita-wanita potensial.

Langkahnya besar sambil membanting pintu ruangan, asisten pribadinya tahu bahwa David sedang marah besar. Ia murka, dan artinya semua orang dalam bahaya.

"Bodoh!" umpatnya. "Mengapa ini bisa terjadi, ha?! Apa kau begitu bodoh hingga tidak tahu bahwa hal ini sudah terjadi selama tiga bulan?!" bentaknya pada Harris-asistennya.

"Maafkan saya, Mr. Harrington. Tetapi penyelidikan ini belum menemukan bukti yang konkrit. Semua hanya sebatas asumsi, kita tidak bisa langsung memutuskan begitu saja." Ujarnya tenang.

"Kalau begitu buktikan segera! Untuk itulah aku membayarmu mahal!" Ujarnya kasar.

"Menurut penyelidikan kami, ada salah satu pegawai yang berkhianat pada Anda. Menurut informasi yang kami dapatkan, berkali-kali ia melakukan pertemuan rahasia dengan orang tersebut."

Rahangnya mengeras, pandangan mata David begitu tajam dan telinganya terasa sangat panas mendengar bahwa ada salah satu pegawai yang berani menentang dan mengkhianatinya. Mata hitam legam itu menatap Harris dengan tajam dan menuntut jawaban selanjutnya, dan Harris menghadapinya dengan setenang mungkin. Mungkin ia sedikit takut dan lebih banyak menghormati David, namun ia juga tahu bahwa David membutuhkannya dan tidak akan pernah melukainya. Lelaki itu terlalu licik untuk melakukan tindakan yang tidak berguna seperti itu.

"Siapa? Siapa yang berani macam-macam denganku?" Suaranya serak dan dalam.

***

Dengan berbalut selimut merah, sepasang tubuh itu saling menyatu. Suara desahan meluncur melalui bibir halus wanita yang kini berada dalam kungkungan laki-laki itu. Ia meracau dan mengumpat.

Sementara itu, laki-laki yang kini berada di atasnya, menghujamnya berkali-kali dengan kasar, meskipun begitu sang wanita sangat menikmatinya.

"Teruskan." Pinta wanita itu.

Dan dengan sekali sentakan, desahan panjang lolos dari bibir keduanya.

"Bagaimana perkembangannya?" tanya lelaki itu masih dengan nafas tersengal.

Wanita itu mengahadap pada laki-laki itu, dan menelusuri wajah itu dengan jemarinya yang halus dan lentik. "Semua sudah kubereskan, Sayang."

Laki-laki itu beringsut dan berdiri. Memungut kembali pakaiannya dan berkata, "Bagus. Bekerjalah lebih keras lagi, kau akan mendapatkan apapun yang kau mau jika itu berhasil."

"Meskipun itu dirimu?" tanya wanita itu nakal. Ia menggoda lelaki itu dengan menyentuh bagian tubuhnya sendiri, berharap lelaki itu kembali ke ranjang bersamanya.

Setelah memakai pakaian lengkapnya, lelaki itu mendekat ke ranjang dan menarik tangan wanita itu. Tersenyum dengan senyuman yang licik lalu mencium wanita itu dengan panas dan bernafsu. Wanita itu kewalahan namun tidak ingin berhenti.

"Kau bisa menggunakanku kapanpun kau mau, tapi jangan pernah berharap lebih."

Dan dengan begitu, lelaki itu pergi meninggalkan wanita dengan bibir merah yang sedikit membengkak itu. Dengan begitu pula, wanita itu tahu bahwa sampai kapanpun, lelaki licik itu tidak akan pernah memberikan hatinya.

Sampai kapanpun.

***

Laura tersenyum bahagia saat ia bisa ikut dengan Doria berbelanja bahan-bahan keperluan di rumahnya. Menurutnya, ini adalah satu dari sekian hal luar biasa yang dapat ia lakukan. Pantas saja, Laura jarang sekali pergi keluar rumah, ia selalu dilarang menyentuh dapur kecuali jika bersama ibunda tercintanya. Ia harus membaca buku di kamarnya yang besar dan membosankan. Ia sudah pernah belajar secara privat pada seorang guru selama lima tahun terakhir. Semua hal itu seakan sudah direncanakan dan diatur tanpa kemauannya sendiri.

Obsessed (COMPLETED)Where stories live. Discover now