Still You (14)

3.1K 181 7
                                    

🎶 Hivi - Pelangi

14.

Sunyi, sepi. Itulah perasaan yang kini di rasakannya. Agata terbaring menidurkan tubuhnya di ranjang, matanya hanya memandang langit-langit kamar yang dipoles berwarna putih. Hanya sebuah kesunyian yang dapat memahaminya, ketika keramaian tak lagi mengertinya. Apa? Bahkan saat ini ia bukanlah pembutuh kesunyian, tapi sunyilah yang menjadi sahabatnya.

Tirai jendela kamar bergoyang perkara angin malam yang menerjang, seakan menarik perhatian, ingin dihampiri. Gadis dengan rambut tergerai itu Berjalan, menatap langit malam dari balik tirai, diatas balkon. Maniknya membisu menatap apa yang ia lihat. Bintang.

'Gue benci semua ini.'

Kata itu terus menerus memenuhi kepalanya. Percuma! Untuk menghindar pun rasanya sulit. Jika dibiarkan, masalah ini tak kunjung selesai. Apa ini salahnya? Tidak juga, tapi ia butuh penjelasan dari perkara ini.

Tok! tok!

Kenop pintu kamarnya terbuka, diiringi suara decitan yang refleks membuatnya menoleh ke arah sumber suara.

"Ta, lo ngapain disitu?" Tanya Reno berjalan menghampiri adiknya lalu berdiri disebelahnya. Manik matanya fokus dengan apa yang dilihat oleh adiknya.

"Lihat bintang." Jawabnya lembut, lalu menoleh menampilkan senyum semanis-manisnya dan kembali menatap bintang.

"Ta.." panggil Reno kembali. "Hm.." jawab Agata singkat. "Pipi lo kenapa?" Tanya Reno, yang saat itu juga sontak membuatnya linglung sejenak, ia mengerjapkan matanya, menelan salivanya kuat-kuat.

'Apa bang Reno tahu?' Pikirannya berputar mencari alasan yang tepat, dengan ceoat ia menoleh dan matanya kini beradu pandang dengan Reno.

"Hm.. ngga apa-apa, emang kenapa?" Tanya Agata kembali, sembari memainkan jemarinya. "Nggak usah bohong!" Jawab Reno tegas.

"Astaga! Lo kira gue bohong apa~aw! Sakit bang!" Ucapnya mengaduh kesakitan.

Reno tahu bahwa adiknya itu tak pandai berbohong, seringaian kecil terukir di wajahnya sembari menekan pipi adiknya yang masih memar karena tamparan yang ia dapatkan hari ini. Benar saja tebakannya, "Lo nggak bisa bohong Ta!"

Agata kesal dengan dirinya, bibirnya berdecak sebal, 'Apa semua orang bisa membaca dirinya ketika dia berbohong?' Haha.. mungkin. Tapi ia harap tidak atau bisa jadi jangan. Perasaannya terlalu rapuh untuk diketahui semua orang, bola matanya menatap lurus ujung manik hitam Reno.

"GILA! acting gue gagal." Ucapnya sarkastik. "Bego sih lo." Ucap Reno tak kalah sarkastik lagi. Agata mencebikan bibirnya beberapa kali. Mungkin benar apa yang ia tutupi dapat ketahuan juga. Namun, perasaan yang masih ia jaga, ia simpan sedemikian rupa tak akan ada yang tahu.

"Lo dibullykan sama geng (Fafers)?" Tanya Reno dengan manik mata penuh selidik. Kedua alisnya naik menatap kedua mata Reno yang semakin intens. Apa yang harus ia lakukan sekarang jika sudah ketahuan seperti ini. Lagi pula kenapa juga Reno harus tahu itu. Apa beritanya sudah menyebar? Secara, geng Fafers itu terkenal seantero sekolah.

"Dari mana lo bisa tahu?" Tanya Agata menatap nyalang manik mata Reno. "Itu nggak penting, sekarang lo jawab. Kenapa pipi lo memar begitu, siapa yang udah nampar lo?" Reno terus mendesaknya. "Ituh...-" Bibir bawahnya sengaja ia gigit. Pikirannya berjalan entah ke mana. Apa ia harus memberitahu alasannya? Kalau tahu yang menamparnya adalah benar ulah geng Fafers apa jadinya?

STILL YOU [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang