Ayas membuka jas dan kemejanya, terlihat kaos putih yang ia kenakan menempel pada tubuhnya.
"Udah sini aku bantuin biar cepet selesai, Rey",
"Baiklah kalau kau memaksa. Tolong ambilkan pisau dan piring kecil dan panaskan wajannya",
"Alright",
Ayas menuruti perintah Reyana. Dia tau bahwa Reyana akan memasakkan makanan kesukaannya. Hatinya begitu berbunga hingga ia tak henti-hentinya bersyukur di dalam hati bisa mengenal Reyana sedekat ini.
Tiba saatnya Reyana memasukkan bumbu-bumbu dan daging ayam dalam penggorengan. Ayas memperhatikannya tanpa berkedip. Wanita manja itu sangat ahli dalam urusan dapur. 'calon istri idaman' batinnya. Ayas benar-benar tidak sadar apa yang telah ia rasakan saat ini, ia mengagumi betapa sempurna sahabatnya kini.
Reyana memergoki Ayas telah memperhatikannya sedari tadi.
"Jangan ngelihatin gitu. Lama-lama nanti jatuh hati loh", godanya dengan terkikik.
Ayas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia malu sudah kepergok oleh Reyana, lidahnya kelu tak sanggup menyahuti godaan Reyana dan godaan itu seoalah menampar kesadarannya. Ya, Dia memang benar-benar sudah jatuh hati dengan wanita ini.
"Rey",
"Hmm?", sahut Reyana sekilas, ia masih sibuk dengan ayam kecap buatannya yang belum sepenuhnya matang.
"Habis ini jalan-jalan ya",
"Boleh, sudah lama sekali kita tidak menghabiskan waktu berdua. Tapi setidaknya kamu ganti dulu pakaianmu",
"Ah ya. Nanti mampir ke apartemenku sebentar ya",
"okay",
"Yeay, ayam kecapnya sudah matang", ucap Reyana kegirangan dan memindah ayam kecap itu dari penggorengan ke piring besar.
"Baunya harum sekali. Sayangnya yang masak masih belum mandi", goda Ayas
"Oh gitu? Kalau tidak mau yasudah kuhabiskan sendiri. Padahal aku sudah susah payah memasak untukmu", Reyana memasang wajah cemberutnya. Bibirnya mengerucut. Ayas terkikik senang.
"Kau tau? Semakin kau mengerucutkam bibirmu rasanya semakin aku ingin menciumnya", bisik Ayas dengan suara yang dibuat serak tepat di telinga Reyana. Refleks mata Reyana membulat, pipinya merona.
"Ciyee blushing", Ayas semakin menggodanya dengan metoel pipinya
"Ayaaaaaasssss! Mesum ih!", Reyana mencubit perut Ayas dengan gemas.
Bukannya kesakitan Ayas makin mengeraskan tawanya. Sungguh dia semakin gemas dengan tingkah Reyana.
"You're so cute honey", Ayas keceplosan
Reyana menghentikan cubitannya, menatap Ayas menuntut penjelasan. Ayas menelan ludahnya, merutuki kebodohannya.
"Can you repeat again?",
"Okay I repeat again once more. Lets having breakfast! I'm so hungry",
"Bukan kata-kata itu. Kamu tadi panggil aku apa?",
"Apa? Aku tidak memanggilmu. Ayo kita sarapan. Nanti tidak cukup waktunya untuk jalan-jalan",
Reyana menghembuskan napasnya kasar. Ia sebal jika Ayas sudah mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Iya sudah. Ayo sarapan",
Reyana pov
Aku dan Ayas sedang dalam perjalanan entah kemana. Tadi sempat mampir sebentar ke apartemennya agar dia bisa berganti baju yang lebih santai. Dia tidak mengatakan kemana tujuan kita. Ayas merahasiakannya dariku.
"Yas, kita mau kemana?", tanyaku di tengah-tengah perjalanan kita.
"Nanti kau pasti tau",
Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering. Oh ponselku! Dan sialnya berdering tiada henti. Ku perhatikan layar ponsel dengan seksama. Ada apa lelaki itu menelpon?
"Hallo",
"Aku sedang keluar dengan Ayas",
"Bukan urusanmu",
Klik
Aku mematikan sambungan telponnya dan kuubah mode silent agar tidak mengganggu perjalananku dengan Ayas.
"Siapa?",
"Farrel"?
"Ada apa dia menelponmu?",
"Menggangguku",
"Hah?", Ayas mengerutkan keningnya takengerti apa maksudku. Aku terkikik pelan.
"Dia memang suka menggangguku, Yas. Aku sudah terbiasa",
"Boleh aku tanya sesuatu?",
"Tentu",
"Kau ada hubungan apa dengannya?",
Ah Ayas, dia menanyakan hal yang benar-benar tak ku pahami selama ini. Mataku menerawang ke arah jalan. Entah mengapa dadaku teramat sakit jika mengingat hubunganku dengan lelaki satu itu.
"Tidak ada",
"Sayangnya kau tidak pintar berbohong padaku",
Aku mengehembuskan napasku kasar dan meliriknya. Tampak Ayas sudah siap mendengarkan keluh kisahku.
"Baiklah, jadi sebenarnya ...",
YOU ARE READING
Finding The Last Name
Random"Kapan kamu ngasih mama menantu, Rey? Mama malu di umur kamu yang segini masih belum dapat pasangan! Kamu mau jadi perawan tua?!", - Mama - "Kak, buruan nikah donk. Pacar aku udah serius mau ngelamar aku. Masak aku ngelangkahin kamu kak?", - Freya -
Part Four
Start from the beginning
