MD 24 - Mengharap Apa?

812 74 4
                                    

Gisca mengetuk-ngetukan jarinya ke meja dengan tidak sabaran. Berapa lama lagi dia harus menunggu?

Liat saja, sepuluh menit lagi seseorang tidak datang, akan Ia kasih perhitungan orang itu.

"Woi what's up!"

Gisca memandang Gilang dengan sengit, jika saja matanya bisa mengeluarkan pisau. Saat ini pasti ribuan pisau sudah menancap dibadan Gilang.

"Ada apa?" Tanya Gilang sekali lagi. Dia menumpukkan satu kakinya ke kaki yang lain dengan santai. Kemudian menarik segelas ice lemon milik Gisca yang sudah berkurang sedikit dan meminumnya.

Gisca dibuat kesal dua kali dengan kelakuan Gilang yang tidak tau aturan itu.

"Kemana aja sih lo? Gue udah bilang kan? Buat Ify-Ify itu jauh dari Rio!"

Gilang menyeruput ice lemon Gisca dengan santai. "Tapi lo belum ada nyuruh gue apa-apa setelah nyuruh gue nyusulin Ify ke toilet waktu lalu." Gilang menggidikan bahunya.

"Tapi gue udah nyuruh lo bikin Ify jauh dari Rio!" Ulang Gisca dengan nada ngototnya.

"Gue butuh yang lebih spesifik. Lo to the point aja mau gue gimana?" Tanya Gilang dengan tenangnya.

Ia tidak habis pikir, siapa sih si Gisca ini sampai segitunya terobsesi dengan Rio. Seperti ada yang janggal jika cewek ini jauh-jauh datang ke Indonesia hanya untuk Rio. Bukan Alm.Ryan.

Karena menurut cerita Rio, Gisca dulu juga menyukai Ryan kan? Dan semenjak ada Rio, Ia berpindah hati. Bisa secepat itu ya? Terlebih cintanya yang dulu, sekarang sudah tiada. Lalu kenapa tidak ada rasa sedih barang sedikitpun?

"Lo pikirin lah harus gimana, gue mahal-mahal bayar lo ya gunain lah otak lo buat mikir!" Ucap Gisca dengan kesal.

Ini nih, orang macam Gisca ini yang terlalu bodoh. Bagaimana mungkin membayar mahal-mahal orang lain dan justru menyuruh orang itu bertindak sesukanya? Bisa-bisa Ia dibodohi dan ditipu. Memangnya Gisca tidak berpikir sejauh itu?

Bayar mahal juga pasti endingnya gua balikin, songong bener! Batin Gilang menggerutu.

"Ya, ya." Balas Gilang dengan malas. "Udah gitu doang?" Gilang menaikkan sebelah alisnya.

Gisca tidak menjawab dan hanya mengerutkan dahi.

"Yaudah gua balik, ngantuk." Setelah menguap Gilang beranjak pergi meninggalkan Gisca.

** **

Ify menatap kosong ke depan. Ia jadi bertanya-tanya, sejak kapan hidupnya menjadi seperti ini? Dipenuhi dengan kebohongan.

Ify ingin marah, tentu saja. Tidak hanya marah tapi dia juga kecewa. Ia ingin memarahi semua orang yang terlibat permainan bodoh ini. Tapi yang paling ingin Ia marahi adalah si pemeran utama permainan ini yang bahkan belum Ia temukan dimana batang hidungnya.

Ify selalu memikirkan bagaimana caranya Ia bersikap esok hari, kemudian esoknya lagi, dan seterusnya. Ia harus selalu menahan diri sampai semuanya terungkap. Itu tidak mudah, bahkan Ia sudah lelah.

"Fy! Astaga!!" Rio dengan cepat mematikan kompor yang menyala.

Ify terkejut akan dua hal. Teriakan Rio dan sesuatu di atas kompor yang sudah tidak berbentuk alias gosong. Ify lupa jika Ia sedang menggoreng sosis dan kemudian melamun saat sedang menggoreng sosis? Lelucon macam apa coba?

"Mikir apa sih lo?!" Bentak Rio dengan mengernyitkan dahinya.

Ify semakin terlonjak saat mendengar Rio membentaknya. Lagi?

Mission Dare [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now