MD 19 - My Stitch Bouquet.

3.3K 147 12
                                    

Ify melemparkan handuk berwarna pink ke arah Rio, mengapa pink? Karena hanya handuk itu yang dapat ia temukan disaat nyawanya masih setengah terkumpul seperti sekarang ini.

"Abis darimana sih lo? Ganggu aja dah. Di dunia nyata diganggu, sekarang di mimpi juga tetep aja diganggu. Napsu banget sih lo gangguin gue? Niat banget." Gerutu Ify sambil mengucek-ngucek matanya dan sesekali menguap tidak sopan di depan Rio. Tapi memangnya Ify peduli? No way!

Rio berdecak sambil menggosok rambutnya yang basah karena kehujanan, "sebagai pembantu kan emang begitu tugas lo, oon. Pake protes segala."

"Ya pembantu pembantu juga kan punya rasa lelah, harusnya lo berperiketiduran dong. Gue tuh ngantuk, tau?!" Ucap Ify dengan sewot. Bahkan sekarang ia mendudukan dirinya di sofa ruang tengah Rio sambil bersandar. Rio parah, sengantuk-ngantuknya Ify saat ini, sudah tidak bisa terbang lagi ke alam mimpi karena sudah terlanjur bangun dengan paksa.

"Mana ada berperiketiduran, bego." Cibir Rio.

"Lagian lo ngotak dikit lah, malem-malem gini kerajinan banget ujan-ujanan. Anak bayi aja ogah." Gerutu Ify dengan mata terpejam.

"Ya lo yang ngotak, gue keujanan, tolol."

Mendengar ucapan Rio, Ify langsung duduk tegap dengan tangan berkacak pinggang. "Kok lo daritadi manggil gue begitu mulu?! Oonlah, begolah, tolollah. Harusnya kan gue yang bilang gitu ke lo! Emosi gue lama-lama!"

"Mehh. Gue juga bisa emosi." Rio menjulurkan lidahnya ke Ify.

"Diem lo, item!" Gertak Ify. "Bodo ah gue mau bocan lagi, mengejar mimpi." Ify berjalan gontai ke arah kamarnya. Tapi baru beberapa langkah dari tempat dia berdiri, ia sudah tersandung kakinya sendiri.

Dasar kaki pengkhianat! Rutuk Ify dalam hati saat merasakan dengkulnya nyeri karena terlebih dulu mencium lantai.

"Buahahaha! Tuh kan, jalan aja gak bener, pake acara mau bocan. Takdir lo tuh nemenin gue dulu di sini, melayani majikan, oke?" Tawa Rio terdengar menyakitkan di telinga Ify.

Jika saja psikopat adalah hal yang normal, sudah Ify jahit mulut Rio yang dengan tidak sopan menertawakannya itu.

Ify memutar tubuhnya dan duduk bersila di lantai. Menatap Rio yang matanya berair karena tertawa dengan datar.

"Pliss ya, ngakak lo dipause dulu. Gue mau tanya sesuatu,"

Rio mengusap-usap matanya ketika sudah berhenti tertawa. Kemudian memandang Ify dengan tatapan bertanya.

"Cowok tadi siapa?" Tanya Ify dengan pandangan menyelidik.

"Cowok?" Rio menaikkan sebelah alisnya.

"Alah gausah sok bego, udah bego ini." Ify menoyor tepat di alis Rio yang dibalas tatapan protes dari sang pemilik alis.

"Ngapain tanya? Kenapa tadi nggak kenalan sendiri aja." Balas Rio dengan sewot.

"Si bego, kan tadi gue udah tanya namanya eh pas dia nya udah jawab lo nya malah narik gue, bego. Gak denger gue dia ngomong apa." Jelas Ify dengan kesal.

"Yaudah, takdir lo itu mah." Tanggap Rio dengan santai. Dia menyilakan kakinya di atas sofa kemudian mengambil remot televisi dan memencet tombol power.

"Kalo gue bejek-bejek lo, gapapa kan yak? Lo iklas kan?" Tanya Ify dengan dahi mengerut. Kemudian Ify tiba-tiba menjambak rambut Rio yang masih setengah basah tanpa ampun. Akhirnya rumah Rio dipenuhi dengan teriakan pilu pemiliknya.

** **
Cakkagant : hai haiiii

GabrielS : tolol

Cakkagant : baru jg nyapa tjuy :(

Mission Dare [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now