Chapter 14

77 17 21
                                    

      Gue mengerjapkan mata gue berkali-kali untuk memperjelas pandangan gue.

Disamping gue udah ada ka Rian yang megang tangan gue sembari tertidur pulas, dan di sofa ada Mama yang tertidur dengan mata yang sembab.

"Enghh.." gue meringis merasakan sakit yang teramat sangat di kepala gue.

Hidung gue, kenapa mati rasa? gumam gue dalam hati.

Gue ngeraba hidung gue.

Darah...

gue mimisan lagi, batin gue.

Ka Rian terbangun karena pergerakan gue.

"Lizzy, ya ampun darah--" kata ka Rian panik "DOKTER!!DOKTER!!" jerit ka Rian, beberapa lama kemudian dokter dan seorang perawat segera menghampiri kami dan memeriksa kondisi gue.

"Kita akan mencoba memeriksa kepalanya." ucap dokter itu

Gue tersentak dan membelalakkan mata gue.

"Ap..apa?? haruskah?" tanya gue kepada dokter itu, dokter itu tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Iya, tenang saja. Hanya sebentar tidak akan lama." ucap dokter itu lembut.

"Ganti bajumu dengan ini." ucap suster itu sembari memberikan baju kepada gue.

Beberapa lama kemudiaan gue selesai mengganti baju.

"Mari, ikut saya. " ucap dokter itu.

Gue mengikutinya di belakang.

Setelah sampai di ruangan yang cukup luas, gue masuk ke dalam sebuah alat yang bentuknya seperti kapsul.

Gelap...

Hanya ada cahaya berwarna merah yang--, entahlah gue bingung.

Tidak sampai setengah jam, pemeriksaan selesai.

"Nah sudah selesai." ucap dokter itu.

"Ha? sebentar sekali." ucap gue polos, dokter dan suster itu terkikik geli.

Gue pun kembali ke ruang inap gue.

"Ma? kepala Lizzy sakit." gue merintih menahan sakit, Mama mengelus kepala gue perlahan.

Ma, Lizzy senang seperti ini. Belaian penuh kasih. Ma, andaikan Papa seperti dulu, kita ga akan pernah seperti ini - batin Lizzy.

"Ibu, bisa ikut kami sebentar?" ucap suster itu dan berhasil membuyarkan lamunan gue.

Zee?bagaimana dengan dia? tanya gue dalam hati.

Gue mengambil ponsel yang ada di pinggir meja.

Lizzy: Zee Asheville :)

Zee: Iya sayang :* kamu sakit?Gimana kondisinya?

Lizzy: :) sekarang udah baikan ko :)

Zee: Alhamdulillah :) maaf ya aku belum jenguk kamu :( sepulang sekolah aku tancap gas menuju rumah sakit

Lizzy: Hehe.. ga apa-apa Zee,ya udah semangat ya!! :*

Zee: Iya sayang:* cepet sembuh ya:) cepet balik ke sekolah:*

Lizzy: Iya :)

Zee: I Love You :* <3<3

I love you too, gumam gue perlahan.

~Ruang Dokter~

Rian pov

"Gimana keadaan adik saya dok?"  kata gue panik, dokter itu menghela napas panjang.

"Saya mohon kalian tenang dan jangan panik." ucap dokter itu menenangkan.

"Apa maksud dokter?Anak saya baik-baik saja kan?!" ucap mama sembari teriak.

Dokter itu menatap sendu ke arah kami.

"Ini hasil laporannya setelah tadi kita melakukan ronsen." ucap dokter itu berat.

"Ja..jadi maksud dokter--" ucap gue gemetar memegang hasil CT scan tadi.

"Iya, Lizzy terkena kanker otak stadium 3, kangker itu tumbuh di bagian ubun-ubun kepala Lizzy." ucap dokter itu.

"Operasi, bagaimana jika dilakukan tindakan operasi saja dok?" usul gue, dokter itu menggeleng perlahan.

"Resikonya sangat besar--" ucap dokter itu sendu "mungkin kita bisa melakukan kemoterapi." lanjut dokter itu.

"Apakah anak saya bisa sembuh dok?"

"Tidak tertutup kemungkinan, Lizzy pasti bisa sembuh. Kami akan berusaha membunuh sel kanker yang ada di kepala Lizzy." ucap dokter itu mantap.

"Baiklah dokter, apapun itu asalkan Lizzy sembuh kembali."

"Jangan beri tahu Lizzy soal penyakitnya." ujar Mama sendu.

"Ma, Kita harus beri tahu Lizzy, Lizzy berhak tau tentang penyakitnya." ucap gue meyakinkan Mama.

Mama hanya diam, terpukul dengan keadaan ini ditambah Papa yang pergi lagi setelah kejadian waktu itu.

❤❤❤

Ini berat..
Memikul beban seberat ini..
Engkau rapuh..
Inguin ku rengkuh..

Adik kecilku..
Malaikat kecilku..
Tawamu kini sirna..
Tawa yang hadir hanya ilusi..

Bertahanlah..
Derita ini akan segera sirna..
Tergantikan dengan kebahagiaan..
Kebahagiaan yang kau dambakan..

❤❤❤

Haii readers ^^ makasih udah nyempetin waktu buat baca cerita gue yang absurd ini, makasih udah rela nge-vote cerita ini..

Vote and vomment..
Karena itu sangat berharga buat author 😘😘😘

Tuhan, Pantaskah aku bahagia? Where stories live. Discover now