Chapter 11

61 16 21
                                    

Gue masuk kelas, setelah tadi menangis di lapangan dan di antarkan Zee sampai ke bangku gue, Zee pun pamit pergi. Gue mengangguk dan tersenyum. Yasita ngeliatin gue dengan lekat.

"Apaan sih yas? ada yang aneh?"kata gue risih.

"Lo pucet, lo sakit?" kata Yasita sembari mengecek jidat gue.

"Ga panas ko.." lanjut Yasita, gue menyingkirkan tangannya dari dahi gue.

"Mungkin gara-gara kecapean tadi habis main basket di lapangan,ya udah sih tumben lo khawatir gini, gue masih napas koo." jawab gue sekenanya. Yasita memutar bola matanya dan mendengus kasar.

❤❤❤

Bel istirahan telah berbunyi, pertanda pelajaran biologi telah selesai, daritadi gue ga ngedengerin guru yang menerangkan di depan. Kepala gue sakit dan ga biasanya gue kaya gini.

"Yas, gue ga ikut ke kantin ya, ga apa-apa kan?"kata gue lemas.

"Ahh lo kenapa sih? ga biasanya kaya gini, muka lo makin pucet lagi. Ke UKS ya, ntar gue bilangin Zee." kata Yasita sembari pergi.

"Tunggu Yas, gue ga mau repotin dia lagi." kata gue menahannya, tapi Yasita seolah tuli tidak mendengarkan perkataan gue.

Akhirnya gue memutuskan untuk tidur di meja gue, gara-gara sakit kepala gue yang ga kunjung hilang.

Seorang lelaki menghampiri meja gue dan berusaha mengguncangkan tubuh gue supaya gue bangun.

"Engg.. apa sih?" kata gue pelan, gue pun bangun dan natap wajah lelaki yang sedang memasang wajah khawatir luar binasa.

"Ehh, lo.. ngapain disini Zee?" kata gue polos.

"Zy, hidung lo berdarah tau ga?! lo ga sadar apa?!"kata Zee dengan nada khawatir sekaligus marah.

Zee menghampiri gue dan memapah gue sampe ke UKS. Gue jalan oleng, entah kenapa gue ga bisa jaga keseimbangan tubuh gue hingga berkali-kali hendak jatuh dan ditahan oleh Zee.

Akhirnya gue di gendong sama Zee sampai UKS, ga ada penolakan dari gue seperti biasanya, berhubung gue udah bener-bener lemes ga kuat buat jalan lagi.

Zee mendudukkan gue di ranjang UKS, menundukkan kepala gue dan menutup hidung gue,fungsinya supaya darah dari hidung gue berhenti. Kalo gue menengadah ke atas darahnya bisa menyumbat paru-paru . Setelah darah di hidung gue berhenti akhirnya gue bisa tidur dengan tenang. Dan bagaimana dengan Zee? dia nungguin gue sampe sadar.

❤❤❤

Zee pov

Lizzy, gue ga bisa mengungkapkan betapa gue sayang sama lo. Keinginan gue adalah ngejaga lo lebih dari apapun, gue ga mau liat lo kaya gini. Tapi gue bisa apa? untuk saat ini gue cuma bisa jadi tempat lo nangis kapanpun. Bahu gue selalu ada buat lo, orang yang spesial dan ga mungkin tergantikan.

cepatlah sembuh bidadariku, kembalilah seperti dulu, gue membisikkan kata-kata itu di telinga Lizzy.

❤❤❤

Tadinya niat author mau stop ceritanya aja sampe disini. Minat dari para readers kurang baik banget. Makin hari makin menurun.

Tapi author udah kepalang naruh harapan besar sama cerita ini, meskipun yaa ceritanya abal-abal.

Setidaknya author bisa menghibur kalian ^^

See you next chapter 😊😊😘

Tuhan, Pantaskah aku bahagia? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang