Chapter 3

163 36 36
                                    

Gue bergegas masuk ke kelas dan duduk di samping Yasita dengan wajah di tekuk.

"Lo kenapa? tadi baik-baik aja, tapi ko.." gue menghentikan kata-kata Yasita, because gue lagi ga mau di kepo-in.

"Ga apa-apa ko, gue ga apa-apa." gue senyum supaya Yasita yakin dan akhirnya dia pun diam.

Pikiran gue kalut, satu-satunya yang gue pikirin sekarang adalah gimana cara mempercepat waktu supaya gue cepet pulang.

Akhirnya waktu yang panjang berakhir, gue segera bergegas pulang supaya ga ketemu sama Zee, tapi pikiran gue salah. Zee udah ada di depan pintu kelas gue.

"Lo mesti balik sama gue." Zee narik tangan gue .

"Zee please gue udah gede!! tolonglah, gue sekarang lagi kalut pengen cepet balik ke rumah." kata gue memohon, Zee pun ngelepasin tangan gue.

"Ya udah, hati-hati di jalan." ucap Zee sembari mengusap rambut gue pelan dan mencubit pipi gue.

Deg..deg..perasaan apa ini tuhan?! jerit gue dalam hati.

Gue berusaha cuek dan berlagak santai, gue cuma ngangguk dan pergi ninggalin Zee di depan pintu kelas gue, dan dia memandang siluet tubuh gue sampe bener-bener hilang di telan langkah kaki gue.

Sampai di rumah, gue langsung naik ke atas, buka pintu kamar dan segera membantingkan tubuh gue ke kasur. Pikiran gue bener-bener kacau, tiba-tiba senyuman Zee melintas dipikiran gue.

"Arghh gue kenapa sih?! sadar Lizzy sadar!  Lo ga boleh baper apalagi jatuh cinta sama Zee, ga boleh!!" teriak gue frustasi.

Gue memejamkan mata gue sejenak, berharap gue bisa ngehapus muka Zee dari mainset otak gue, tapi muka Zee malah semakin jelas di bayangan gue.

"Ohh tuhan, gue kenapa sihh?!" Tiba-tiba terdengar suara gaduh di bawah, gue segera turun ke bawah.

"Jadi maksud Papa apa?!" Mama melempar beberapa lembar foto yang menunjukkan foto Papa dengan perempuan lain.

"Jadi selama ini Papa--" Mama ga nerusin perkataannya, Mama gemetar dan menangis sembari memukul-mukul dada Papa.

Gue segera nyamperin mereka. Gue meluk Mama yang lagi nangis dan berusaha menenangkan Mama.

"Lizzy--" Mama meluk gue erat sambil terus nangis, gue berusaha nenangin Mama sembari mengambil foto-foto yang berserakan di lantai, gue kaget bukan main. Berbagai macam pertanyaan melintas di benak gue.

Setelah Mama lumayan tenang, gue nyamperin Papa yang lagi duduk di atas sofa.

"Pa--" Gue nyamperin bokap gue yang lagi duduk dengan tatapan kosong, ga lama kemudian dia nengok, Gue duduk di sebelah bokap gue.

"PA, jadi selama ini--" air mata gue keluar dan ga bisa gue bendung lagi, disitu gue nangis sambil megang foto-foto yang gue ambilin tadi, Papa meluk gue dan ngusap air mata gue.

"Sayang, kamu percaya sama Papa kan nak??" Papa bersuara sangat lembut sembari membelai kepala gue dengan penuh kasih sayang, gue ngelepasin pelukan itu dan natap bokap gue.

"Tapi Pa, ini apa??" gue ngeberaniin diri buat nanya ke bokap gue, bokap gue Diem.

"Jadi, selama ini Papa selingkuh di belakang Mama?? Papa ngekhianatin Mama yang selama ini udah setia dalam suka dan duka sama Papa?! Papa selingkuh sama perempuan ini?!Papa--"

PLAAK!!

Sebuah tamparan keras mendarat mulus di pipi gue, gue diem membisu ga berani natap mata bokap gue. Gue gemetar dan gue cuma bisa nangis. Papa ngangkat wajah gue dan...

PLAAK!!

Tamparan ke dua mendarat lagi di pipi gue, gue meringis kesakitan.

"Papa udah bilang PAPA GA SUKA DI TUDUH?!NGERTI KAMU?!"kata Papa dengan penuh amarah. Gue natap bokap gue lagi.

"Tapi bukti udah ada Pa?! Papa mau ngelak apa lagi?! ini semua bukti nyata Pa?! Papa tega tau ga?!"

PLAAK!!

Tamparan ketiga mendarat lagi di pipi gue, gue ga peduli dengan pipi gue yang udah lebam karena tamparan Papa, saat tamparan ke empat akan mendarat di pipi gue lagi tiba-tiba ka Rian dateng.

"PAPA!!" ka Rian berlari dan ngelindungi gue dari tamparan Papa. Amarah Papa semakin memuncak.

"Kamu ga usah belain dia?!" kata Papa membentak ka Rian.

"Tapi ini kewajiban Rian sebagai kaka Lizzy." kata ka Rian sambil meluk gue, Papa bersiap menampar ka Rian, gue segera dorong ka Rian menjauh.

PLAAK!!

Tamparan ke empat jatuh di pipi gue lagi, tamparan ke empat lebih keras dari tamparan sebelumnya karena hidung gue sekarang mengeluarkan cairan pekat berwarna merah.

Darah...

"LIZZY!!" ka Rian panik dan segera menghampiri gue dan memeluk gue erat.

"Ka, Lizzy ga apa-apa ko, Kakak temenin Mama aja, jangan sampe Mama tau soal ini" kata gue ngeyakinin ka Rian.

"Tapi hidung kamu Zy--" ka Rian mengusap darah yang ada di hidung gue, gue sedikit meringis karena kesakitan. Sedangkan Papa pergi dan membanting pintu rumah dengan keras.

"Zy, Darahnya ga berhenti" ka Rian semakin panik, lalu gue pun pingsan karena ga kuat nahan sakit dan gue udah kehilangan cukup banyak darah.

❤❤❤

Keesokan harinya, gue akhirnya sadar. Kepala gue sedikit sakit dan berat, Mama dan ka Rian ada di samping gue. Mama menangis semalaman hingga matanya sembab.

"Ma, jangan nangis lagi, Lizzy ga suka liat Mama nangis. Lizzy rela mati asalkan Mama ga buang-buang air mata Mama kaya gini" gue ngehapus air mata Mama.

"Zy, maafin Kakak, Kakak telat dateng dan Kakak ga bisa jagain kamu dengan baik. Harusnya Kakak bisa ngelindungin kamu tapi Kakak bodoh." ka Rian memukul kepalanya sendiri berkali-kali, gue segera meraih tangannya dan memeluknya.

"Buat Lizzy, Kakak adalah Kakak terbaik yang pernah ada. Makannya Lizzy ga mau Kakak Kenapa-napa, Lizzy sayang banget sama Kakak." gue baru kali ini liat ka Rian nangis, gue pun meluk ka Rian dan Mama dengan erat.

"Lizzy yakin, masalah ini akan cepat selesai, dan kita akan bahagia lagi kaya beberapa hari yang lalu." Gue senyum ke mereka dan menghapus air mata mereka.

Lizzy ga akan biarin seorang pun merenggut kebahagiaan kita, Lizzy janji!! gue janji sama diri sendiri.

Gue yakin kita bakal bahagia lagi, bisik hati kecil gue.

❤❤❤

Kebahagiaanku sederhana..
Aku tak ingin kehilangan senyuman itu..
Biarkan senyum itu selalu hadir..
Setiap saat dan setiap waktu..

Tuhan..
Jangan biarkan mereka menangis..
Biarkan aku menanggung semuanya..
Biarkan senyum itu abadi sampai kapanpun..


❤❤❤

Keep enjoy in my story guys ^^ Gue masih punya banyak kejutan di Chapter selanjutnya.. Don't forget vote and coment ^^ thanks 😘😘😘*kiss readers satu-satu

Tuhan, Pantaskah aku bahagia? Where stories live. Discover now