Chapter 4

113 33 24
                                    

      Pagi-pagi gue udah siap buat berangkat ke Sekolah, muka gue masih aga biru-biru yaa masih berbekas lah.

Ahh Lizzy lo ko tetep cantik sih walaupun muka lo bonyok gini, puji gue sama diri sendiri.

Gue segera turun ke meja makan seperti biasa melakukan ritual yang gue benci S-A-R-A-P-A-N.

"Pagii semuanya." sapa gue ceria.

Gue nyari sosok lelaki yang paling gue takuti saat ini, yaa Papa, gue mencari Papa ke setiap penjuru tapi gue ga menemukan Papa dimana pun. Gue pun duduk di sebelah ka Rian, entah kenapa gue lagi pengen deketan sama Kakak gue ini.

"Lizzy, kamu masih sakit." ucap ka Rian khawatir, gue tersenyum.

"Aku baik-baik aja Ka, kemarin kan Lizzy ga masuk sekolah masa sekarang ga masuk juga." kata gue memelas.

"Kamu masih sakit, kali ini dengerin Kakak." ucap ka Rian sembari meneliti wajah gue yang masih lebam.

"Tuhh luka nya masih bengkak." ucap ka Rian sembari meraba pelan luka lebam di wajah gue, gue sedikit meringis.

"Ka, percaya sama Lizzy. Aku baik-baik aja ko." gue meyakinkan Kakak gue, akhirnya ka Rian pun tersenyum.

"Kamu adik Kakak yang paling kuat. Kakak beruntung punya adik kaya kamu." ia mengacak rambut gue.

"Lizzy, janji sama Mama ya, kalo kamu ga kuat langsung pergi ke UKS janji?" kata Mama dengan nada khawatir, gue tersenyum.

"Iya MA, janji. Ya udah Lizzy berangkat ya."

"Kakak anterin pake mobil." ajak ka Rian, gue mengangguk dan segera berpamitan sama nyokap gue.

❤❤❤

Gue pun sampai di sekolah, ka Rian ngebukain pintu mobil buat gue. Gue natap ka Rian lekat.

"Kenapa?" ucap ka Rian lalu tersenyum dan memegang bahu gue.

"Lizzy ga aneh kan Ka??" ucap gue, ka Rian tersenyum.

"Kamu selalu cantik, hati kamu juga sangat cantik." ucap ka Rian diiringi dengan senyuman.

Gue pun mantap ngelangkah ke gerbang sekolah.

Akhirnya gue sampai di pintu kelas dan segera masuk lalu buru-buru duduk di sebelah Yasita.

"Lo kemana kemaren? Ko ga masuk sih? Tau ga kemaren itu--" Yasita menggantungkan perkataannya.

"Ya ampun lo kenapa?" ucap Yasita sangat khawatir.

"Ahh ini?? Engga gue ga apa-apa, kemaren kenapa?" gue berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kemaren Zee sama Raihan nge-interogasi gue, because kemaren lo ga masuk sekolah." ucap Yasita sebal.

"WHAT?! Hahaha syukurin lo di-introgasi sama kecebong loncat plus si kodok loncat ." gue meledek Yasita.

Tiba-tiba Raihan datang ke bangku gue.

"Zy, muka lo kenapa?" Raihan natap gue khawatir. Gue ga nge-respond , tetep stay diem dengan tatapan dingin gue.

Ngapain sihh lo peduli sama gue?! jerit gue dalam hati.

❤❤❤

Jam istirahat pun berbunyi, gue ga pergi ke kantin because gue males ketemu sama orang-orang.

Tiba-tiba seorang laki-laki nyamperin meja gue, yaa itu Zee.

"LIZZY!! lo kenapa?! muka lo?! siapa yang ngelakuin ini sama lo?!" sembur Zee kesal dan langsung ngegendong gue ke UKS.

"Yakk!! turunin gue!! gue bisa jalan sendiri Zee."

Gue meronta minta di lepasin, tapi Zee ga nge-respond. Semua murid natap gue sinis.

"Zee gue mohon turunin gue, anak-anak liatin kita Zee, malu." ucap gue lebih halus sembari menutupi pipi gue yang blushing.

"Lalu apa masalahnya?" timpal Zee santai.

WHAT?! Dia ko bisa se-santai ini sih?! umpat gue dalam hati.

"Lo ga ngerti atau gimana sih?! turunin gue!!" Gue memaksa, Zee pun nurunin gue.

"Dengerin gue!! gue kaya gini karena gue sayang sama lo!! gue cinta sama lo!!ngerti?!"

deg..

cinta?sayang?sama gue?gue mimpi atau--, semua pikiran gue jadi blank, dan Zee menggendong gue lagi, gue cuma diem dan masih mikirin kata-kata Zee tadi.

Zee nurunin gue di kasur UKS, ia segera berlari untuk mengambil air es dan handuk kecil untuk mengompres luka di wajah gue. Perlahan ia melakukannya dengan sangat lembut.

"Aww--" gue meringis.

"Lo kenapa bisa kaya gini?cerita sama gue." Zee menyingkab rambut gue yang agak berantakan.

gue butuh temen sekarang, dan gue pikir Zee lahh yang bisa gue ajak ngomong untuk saat ini, pikir gue.

Tanpa pikir panjang, gue pun menangis sekencang-kencangnya, ngeluarin semua masalah gue dengan tangisan gue, Zee mendekap gue dan mengelus kepala gue supaya gue lebih tenang.

"Sttsss gue disini.." Zee semakin mendekap gue.

Setelah gue cukup tenang, gue pun cerita tentang semuanya, Zee mendengarkan dengan setia sembari menghapus air mata gue.

"Zee..gue mau bahagia.. Gue pikir keluarga gue akan bahagia, tapi ternyata malah ada permasalahan lain yang datang.. Gue cape Zee.. Gue capee.." Gue nangis sambil mukul-mukul dada gue, lalu Zee menarik gue ke dekapannya lagi. Gue nangis sepuasnya disitu, dan Zee adalah orang yang setia menampung air mata gue.

"Gue janji, gue akan jagain lo mulai dari sekarang, gue ga akan biarin lo nangis lagi, ga akan ada air mata yang jatuh lagi, sekarang cuma ada senyuman ga ada lagi tangisan, gue sayang sama lo Zy."

jlebb..

rasanya ada kebahagiaan di lubuk hati gue .

"Gu..gue butuh waktu Zee.." ucap gue lemah, Zee menatap gue lekat dan menghapus air mata gue.

"Gue akan nunggu, sampai kapanpun itu. Gue selalu ada buat lo." ucapnya lembut, gue tersenyum.

"Makasih Zee." gue natap Zee sembari tersenyum lagi.

"Sama-sama." Zee pun melanjutkan mengompres luka di wajah gue.

mungkin inilah awal kebahagian gue, bertemu dengan Zee dan dia akan selalu ngejagain gue, sampai kapanpun. I LOVE YOU Zee!! teriak gue dalem hati.

❤❤❤

Happy satnight guys 😘😘 Ughh semoga chapter 4 ini bisa buat readers baper yaa^^*harapan gue ini* harus baper *author maksa* don't forget like and coment ^^

Tuhan, Pantaskah aku bahagia? Where stories live. Discover now