"Saat minum kopi, kamu bisa menikmati aroma karamel di hidung, dan gurihnya susu di lidah," aku meneruskan kalimatnya, secara tidak sadar.

Umm...

Kata-katanya, persis seperti yang berulang kali disebutkan dalam email Mrs. Gad.

Walau dengan Bahasa Inggris, tapi artinya kurang lebih seperti itu.

Keningku berkerut.

Apa itu berarti?

"Lah, kok Pak Jagad tahu?"

"Seseorang memberitahukan hal itu ke saya."

Aku tersenyum. Berusaha menahan diri.

Tenang Jagad. Jangan terburu mengungkapkan kebenaran ini.

"Seseorang?"

Iya... mungkin, dia adalah... kamu.

Sangat amat mungkin.

"Seseorang," kataku sambil mengangguk.

"Umm... pacarnya yah?" godanya.

Ahh...

Cute.

Aku tersenyum lalu mengangguk.

"Iya."

Kamu.

Iya kan?

Aku kan yang kamu tunggu?

"Mmh... pasti pacar Pak Jagad super cantik, deh."

Tepat sekali.

"Kenapa memang?"

"Soalnya... Pak Jagaddd... super ganteng pake banget," tuturnya dengan mata berbinar.

"Oya?" godaku.

Gemi mengangguk dengan antusias.

"Iya. Semua saudara lelaki Pak Jagad memang ganteng semua. Tapiii... menurut saya, nih... Bapak yang gantengnya paliiiingg di antara semua."

Aku terkekeh.

Good to know.

"Kamu juga cantik, Gemi," pujiku, tulus.

Matanya membesar,  sebelum tertawa lepas sambil mengepalkan satu tangannya untuk memukul ringan dadaku.

Damn, she's cute.

Keceriaannya sungguh menular.

"Pak Jagad mah, ihh... masa saya dibilang cantik. Nih, kulit saya item beginiii... mata saya bolor loh, Pak. Ini gak ketauan soalnya saya pake soft-contact. Trus, saya juga pendek giniii... makanya saya gak lolos tes pramugari," katanya sambil tertawa.

Hitam?

Tidak. Kuning langsat.

Mata minus? Tenang saja, aku juga.

Pendek? Tinggi Gemi... pas, kok. Rata-rata tingginya perempuan Indonesia. Gerhana malah lebih pendek. Kalau Kak Bulan, nah baru lumayan tinggi.

Jagad #2 Unstoppable Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang