Kena Tipu

7K 1.3K 126
                                    

Gemintang

Aku memasuki Khatulistiwa Music & Book Café. Sebuah kafe yang dimiliki oleh Pak Angkasa dan saudara-saudaranya.

Pak Angkasa itu, klienku saat ini. Lebih tepatnya, Ibu Indah, bundanya. Beliau pasien kanker stadium lanjut. Sudah tidak ada lagi pengobatan untuk menyembuhkannya. Saat ini, pengobatannya lebih ke mengurangi rasa sakit, baik dengan menggunakan pain killer sesuai resep dokter, maupun terapi. Mentalnya juga dipersiapkan agar beliau lebih tenang dan pasrah, walau terus berusaha dan berdoa memohon yang terbaik.

Beruntung Bu Indah, memiliki anak yang berbakti seperti Pak Asa. Putra tunggalnya itu, bersedia melakukan apa saja untuk membahagiakan bundanya. Nah, permintaan Bu Indah waktu itu adalah ingin melihat putranya menikah. Beruntung, Pak Asa bisa menemukan kembali cinta masa kecilnya yang hilang, Gerhana.

Ana (aku dan teman-teman kost lainnya biasanya memanggil Gerhana seperti itu) atau Nana (sebutan Pak Asa untuknya), itu ternyata teman kostku. Ah, pokoknya ceritanya aneh bin ajaib. Gak disangka dan tidak diduga. Dunia terasa begitu sempit.

Oya, kenapa aku ke sini?

Bukan, aku tidak sedang janjian dengan Nana. Saat ini, sahabatku itu sedang pergi dengan suami dan Ibu Indah ke Puncak. Menyewa villa di sana. Katanya sih, Pak Badai dan keluarganya juga ikut. Pak Badai itu, kakak seayahnya Pak Asa.

Aku melihat ke sekitar kafe, mmh... lumayan rame sih. Walau aku masih bisa melihat ada beberapa tempat kosong. Segera saja aku memilih tempat di pojok sana. Iya, kayaknya pas deh. Tempatnya cozy, mojok, gak mengundang perhatian orang sekitarnya.

Aku mengangguk sambil tersenyum puas. Lalu, melangkah pasti menuju pojokan dekat area book corner. Khatulistwa Book Corner, menjual majalah dan buku-buku impor berbagai genre. Selain itu, mereka juga memiliki Khatulistiwa Online Book Store. Melalui toko buku online itu, kita bisa memesan berbagai ragam buku-buku-nya amazon, dengan harga yang sudah dikonversi ke rupiah. Sistemnya itu, semacam beli titip. Kita membeli melalui Khatulistiwa, nah toko buku online tersebut akan memesankan buku yang kita kehendaki ke amazon. Tepat buat para pecinta buku impor ---khususnya novel, yang tidak memiliki kartu kredit. Kita, bisa membayar ke Khatulistiwa secara transfer bank saja, via ATM atau online banking.

Aku melambaikan tangan ke arah Pak Jagad yang berdiri di belakang counter buku, di sebelah Riri, kasir toko buku itu. Pak Jagad tersenyum sambil mengangguk pelan, membalas lambaianku. Lalu aku duduk di sofa pojok di dekat area book corner.

Pak Jagad, adik seayah dari Pak Asa. Jadi, ayah mereka tuh konon super ganteng dan punya banyak istri. Nah, dari tiap istri punya anak. Setahuku anak-anaknya itu, Pak Badai, Pak Angkasa, Pak Jagad, Pak Samudra, dan Bu Raya.

Pak Jagad itu tinggal di Amerika, tapi kadang kala pulang kesini, seperti minggu lalu, beliau datang kembali ke Jakarta. Waktu itu sempet, ikut sibuk mendirikan kafe ini sampai ke tahap pembukaannya. Terus pergi lagi, Ke Amerika, sekarang sudah di sini lagi. Kudengar, beliau sudah lama bermukim di sana. Sejak beliau lulus SMU. Itu yang kutahu dari Nana. Pekerjaannya itu, penulis.

"Penulis?" tanyaku pada Nana suatu hari.

Nana mengangguk.

"Nulis apa?" tanyaku lagi.

"Umm... apa yah? Gak tau deh, buku mungkin" jawabnya sambil menaikan kedua bahunya.

"Buku apa?"

"Umm..." Nana menggelengkan kepalanya tapi tidak bicara lagi.

Aku tidak bertanya lebih jauh, buat apa juga.

Oya, kenapa di Sabtu siang ini aku mampir ke sini?

Jawabannya adalah J.A. Gad.

Seseorang yang mengirim pesan aneh melalui akun Goodreads J.A. Gad bersikeras bahwa dia bicara sesungguhnya. Tidak ada yang membajak akunnya. Artinya, J.A. Gad sendiri yang menulis isi pesan itu. Tentu saja, aku tidak percaya.

Mana mungkin?

Sungguh di luar akal sehat.

Masa sih penulis sehebat J.A. Gad bisa jatuh cinta sama aku. Ketemuan aja gak pernah.

Iya, kan?

Nah, katanya sih... untuk membuktikan kalau dia sungguh-sungguh, kita harus bertemu. Singkatnya, kami janjian. Aku memilih kafe Khatulistiwa, supaya bisa merasa aman. Mana aku tahu, seseorang itu penipu, ngaku-ngaku sebagai J.A. Gad.

Di kafe ini, aku tahu hari ini setidaknya ada Pak Samudra dan Pak Jagad. Mereka tahu kok aku ini temannya Nana, sekaligus perawatnya Bu Indah. Tentu, mereka tidak akan sungkan membelaku kalau-kalau terjadi sesuatu.

Aku merogoh HP dari dalam tas, berniat segera mengirimkan email ke J.A. Gad. Itu perjanjian yang kami sepakati. Kalau salah satu dari kami sudah datang, harus mengirim pesan memberi kabar.

Aku menatap layar HP. Keningku berkerut.

Message from J.A. Gad.

Segera aku buka.

Dear Mrs. Gad,

I'm here, at Khatulistiwa Music & Book Cafe. Can't wait to see you in person.

With Love,

J.A. Gad

Aku melihat ke sekeliling kafe. Kuperhatikan secara seksama satu per satu orang di sini.

Tidak ada bule.

Satu pun, tidak ada.

Ah, sial.

Aku dikerjain, nih!

Naifnya aku...

Kena tipu.

Jagad #2 Unstoppable Love SeriesWhere stories live. Discover now