Sechszehn - 16

39 22 25
                                    

Ting.

Pintu lift terbuka setelah suara khasnya menggema. Echa dan Ata keluar dari lift berjalan menuju ke apartment A-10.

"Masuk gak?" Ucap Ata melihat Echa yang malah terdiam di depan pintu apartement Ata.

Sebelum Echa sempat membalas pertanyaan Ata seseorang dengan postur tinggi, badan kekar, mirip dengan Ata muncul dari dalam apartemen Ata.

"Lo baru balik Ta? Lo sama siapa?"

"Kenalin bang, ini Echa pacar gue."

"Iya bang, eh enggak bang, gue temennya Ata bukan pacarnya."

"Gue Daffa, abangnya bocah bandel ini, pacarnya juga gak apa udah lama dia jomblo, kasian gue," ucap Daffa sambil menoyor kepala Ata. "Gue baru tau kalo lo punya pacar, gue kira lo udah gak demen cewek." Lanjut Daffa.

"Gue normal kali bang."

"Yaudah gue cabut ya, mau ke kampus." Ucap Daffa meninggalkan Echa dan Ata.

"Yaudah gue juga balik ya?" Kata Echa setelah Daffa menighilang. "Eh, bentar. Ikut gue yuk ke atas."

"Lho mo kemana?" tanpa memerdulikkan pertanyaan Echa, Ata dengan sigap menarik tangan Echa lalu membawanya menuju lift.

Mereka kini sampai di rooftop apartemen Ata. Tempat pelarian, tempat nongkrong, tempat bermain basket, dan tempat yang paling nyaman menurut Ata dan teman-temannya.

"Tada. Tempat gue sama temen-temen nongkrong, mereka sebut tempat ini markas alias pelarian mereka."

"Keren Ta," ucap Echa saat melihat pemandangan indah kota terhampar jelas di depan matanya.

"Udah dari orok kalik gue keren."

"Bukan elo tapi itu!" Tunjuk Echa kearah langit senja.

Hening sesudahnya, hanya angin yang memberikan suara ketenangan termasuk dalam batin mereka masing-masing.

"Cha lo beneran jadi pacar gue kan?"

"Apaan nih maksudnya? Lo nembak aja enggak."

'Kok gue berharap sih, malah ngode lagi.' Batin Echa.

"Tadi kan lo bilang sama abang gue kalo lo pacar gue." Ucap Ata PD. "Gue salah ngomong tadi, lagian itu gak resmi."

"Yaudah gue resmiin." Ucap Ata sambil berjalan maju ke ujung rooftop apartementnya lalu berdiri di tepi gedung tersebut.

"REVINA ECHA LO MAU GAK JADI PACAR GUE?!" Teriak Ata dengan kekuatan penuh.

"Heh, lo ngapain sih? Kalo ada yang denger gimana? Lo ngapain juga disitu? Lo gak mau mati kan?!"

"Gue mau mati.. buat lo.. kalo lo gak terima gue.." ancam Ata sambil maju sedikit demi sedikit lagi hampir mencapai paling ujung.

Echa bergidik ngeri sendiri melihat ulah Ata yang berdiri di ujung rooftop apartementnya. Echa memejamkan matanya sambil berbalik badan tak sanggup melihat Ata.

"IYA-IYA GUE MAU, JANGAN BUNUH DIRI KEK!" teriak Echa akhirnya pasrah sambil terus menahan ngerinya sendiri.

"Siapa yang mau bunuh diri? Gue cuma iseng tadi," ucap Ata sambil tersenyum menunjukkan gigi-giginya dari balik punggung Echa.

"Lo tuh nembak atau ngancem atau maksa sih?"

"Bisa dibilang 15% ngancem, 35% maksa, dan 50% nembak. Oya ternyata lo masih takut ketinggian juga ya?"

"Hah maksudnya?"

"Nah itu tadi waktu gue liat lo ketakutan gitu waktu gue pura-pura mau bunuh diri."

"Emang gue punya phobia ketinggian ya?" ucap Echa sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal.

"Lo itu phobia banyak hal Cha. Phobia ketinggian, phobia kolam renang, phobia balon, phobia ayam."

"Amasa sih gue segitunya?"

"Gak percaya yaudah."

"Oya, lo janji kan gak akan pernah ninggalin gue lagi? Lanjut Ata.

"Gue janji."

Satu lagi, ingatan yang telah lama terkubur sedang digali sehingga muncul lagi ke permukaan.

**

Jangan lupa bintang kejoranya diklik ya ;)

Comment juga ya, comment itu perlu supaya author jadi semangat dan lebih baik *ea*

Lanjut gak nih partnya?

Ada yang nunggu? *Ngarep dah*

Say SomethingWhere stories live. Discover now