Eins - 1

210 91 115
                                    

NB: Seragam gak sama, cuma mirip.

Echa bangun dengan girang. Ini hari pertama sekolah di sekolah baru. Echa segera berlari kecil ke kamar mandi lalu berganti dengan seragam barunya. Kemeja putih panjang dengan rok berwarna hitam dilengkapi blazer biru navy. Echa memakaikan badges namenya di samping kanan blazernya. Tertera namanya di sana, Revina Echa. Echa menyisir rambut panjang coklatnya lalu bergegas mengambil tas sekolahnya.

"Ma, aku berangkat." Teriaknya diambang pintu.

"Tunggu mau di anter kakakmu." Echa duduk lagi di kursi sofa ruang tamunya.

"Alex cepat nanti adekmu terlambat." Mama Echa berteriak kearah dapur.

Mobil Rubbicon hitam melaju keluar dari Perumahan Indah Asri. Sampailah mereka di SMA Harapan Kasih. Alex menginjak rem dan berhenti di depan gerbang SMA Harapan Kasih. Echa turun dari mobil.

"Thanks kak, ntar gue kabarin kalo udah pulang." Echa melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Oke, bye." Jawab Alex singkat.

"Dasar Alex Evaro ketusnya setengah mati." Batinnya dalam hati.

Dalam hati Echa mulai berdebar. Sekolah barunya yang ia dambakkan selama ini akhirnya berhasil ia capai. Echa melangkah mantap masuk ke kelas XD.

"ECHA!!" Teriak Nina saat Echa masuk ke kelas XD.

"Ninaaaa.. yaampun gak nyangka bisa sekelas sama lo lagi."

"Yalah harus itu."

KRING.

Bel tanda masuk pun berbunyi. Pembimbing dan OSIS masuk ke kelas masing-masing sesuai pembagian kelas. Aulia masuk ke kelas XD. Menyambut anak dikelas XD sekaligus mengabsen setiap siswa lalu menyuruh seluruh siswa kelas XD turun ke lapangan.

"Siap grak!" Seru Aulia.

"Istirahat di tempat grak!" Serunya sekali lagi dengan suara lantang.

Hari semakin siang semua siswa kelas X tanpa terkecuali di jemur dilapangan. Baris berbaris ini di lakukan setiap tahun agar dapat melihat potensi peserta didik baru bisa menjadi peleton inti. Katanya sih.

Tubuh Echa mengucurkan keringat yang cukup deras, kakinya mulai tak bisa di gerakkan karena terlalu lama berdiri dilapangan. Echa mencoba memanggil Nina namun suaranya kalah oleh pembimbing.

Tubuh mungilnya jatuh terduduk di lapangan basket. Bruk. Nina dan satu orang OSIS mengambil langkah cepat membantu Echa berdiri dan membawanya ke pinggir lapangan.

"Cha lo gak apa-apa kan?" Tanya Nina cemas.

"Ngga kok, kaki gue cuma lagi sakit aja."

"Yaudah lo ke UKS aja ya? Gue anter?"

"Gausah Nin gue nggak apa-apa."

Echa memijat-mijat kaki kirinya yang masih terasa nyeri.

..

Pandangannya tak lepas dari lapangan. Melihat cewek itu jatuh di lapangan membuat hatinya miris. Tubuhnya yang tegap dan tinggi memandang dalam-dalam ke cewek yang sedang duduk dipinggir lapangan. Sudah dua tahun sejak saat itu. Batinnya. Ia tersenyum tipis melihat cewek itu lalu memasukkan tangannya kedalam saku celananya. Berjalan turun menuju ke kantin.

"Hei bro, kenapa lo? Kayaknya bahagia banget?" Vino menepuk pundak Ata yang duduk disebelahnya.

"Kepo aja sih lu." Jawabnya ketus.

"Mending pesen makanan, cepet sana Vin." Kata Ray saat duduk didepan Vino dan Ata.

"Pesenin gue bakso ya. GLP eh GPL." Dimas menatap Vino yang sedang berdiri hendak memesan makanan.

Ata melihat ponselnya sebentar sambil tersenyum kecil lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku.

..

Jangan lupa vomment ya. :)

Say SomethingWhere stories live. Discover now