HOPE (chapter 15)

2.1K 31 11
                                    

chapter 15: Siapa dia?

Bela saja terus orang yang kau cintai itu. Dasar buta.

“Dia udah minta maaf sama lo, Cha?” Tanya Tian sambil menyeruput es teh yang ia beli di kantin sekolahku.

Aku mengangguk.

“Langsung?”

Aku menggeleng.

“Ga gentle banget, sih.”

“Jangan bilang begitu, sih!” Suaraku meninggi.

Ia menatapku dengan ekspresi serius “Bisa jadi dia berpikir lo itu pemalu, takut nanti kabur.”

Bukannya kita pernah berbincang berdua sebelumnya? Walaupun aku terlihat sedikit canggung, setidaknya aku bisa, kan? Apa itu hanya alasannya saja?

“Ga masalah, lah. Gue udah maafin dia, kok.” Walaupun lukanya besar yang ia timbulkan.

Tian diam sejenak sambil menatapku lekat-lekat. Suasana menjadi hening, dan aku hanya menunduk tak berani membalas menatapnya. Aku paling benci berkontak mata begini.

“Lo terlalu baik, Cha. Dia nggak pantas buat lo.” Katanya ketus membuatku mendongak dan berani menatap matanya.

                                                   *           *           *

Rasanya dulu aku begitu ceria ketika jatuh cinta. Haruskah aku jatuh cinta terlebih dulu untuk menjadi perempuan yang ceria? Rasanya dulu aku seperti ditarik ke tempat terang yang hangat. Tapi sekarang... aku terjatuh dan terperangkap di tempat yang amat teduh dan lembab.

Aku membuka pintu kamarku dengan lemas, lalu merebahkan tubuhku di tempat tidur begitu saja. Sesekali aku menatap lemari disebelahku, dan aku teringat sesuatu.

Aku bangun dan membuka pintu lemari, mendapati sebuah benda yang dibungkus dengan pembungkus kado transparan dengan motif payung dan hati berwarna biru. Dadaku terasa sesak, rasanya menyakitkan. Kubuka bungkus kado itu sampai aku mencoba untuk tidak cengeng. Sebuah boneka dengan bulu yang lembut dan dingin beserta kartu ucapan yang diikat di buntutnya.

Selamat ulang tahun yang ke 16 ya, Ocha :)

Semoga panjang umur, sehat selalu, dan diberikan rezeki yang berlimpah.

Cuma kado ini yang bisa kakak berikan, semoga ocha suka, ya. Maaf kalo nggak suka :p

Jangan sering galau, tapi perbanyak bersyukur

- Sandy Putra Rakhsan

Kado yang seharusnya kubuka malam setelah kami jalan bersama, malah kubuka sekarang. Aku membuka kadonya terakhir. Pertama dan terakhir.

Aku segera mengambil ponsel yang kuletakan di meja, ingin menghapus pesan-pesan singkat darinya yang kukumpulkan sejak setahun yang lalu. Aku punya dua ponsel, jadinya aku bisa menyimpan banyak pesan darinya.

Tetapi, aku tergoda untuk membaca pesan-pesannya. Akhirnya tanpa sadar kubaca pesan itu satu persatu. Tiba-tiba muncul memori-memori bersamanya di dalam otakku. Wajahnya muncul di otakku, senyumnya melekat di memori ini. Dengan reflek aku membanting ponselku yang untungnya ada karpet—tidak separah langsung membentur lantai.

Aku hanya bisa bertopang lutut sambil berurai air mata, air mata itu melintasi pipiku yang sudah basah dan sedikit lengket. Kurasakan suhu tubuhku yang meninggi dan napasku yang sedikit tersengal...

Aku hanya memeluk sebuah boneka pemberiannya. Ku biarkan laptopku menyala dengan musik yang mengalun dengan lembut begitu saja, alunan musik klasikpun tak membuatku sedikit lebih rileks, sama saja, tak ada pengaruhnya...

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang