HOPE (chapter 6)

2.5K 37 3
                                    

Oh mantan kekasihku #$%&@#!?!

Naik kelas, yah... Di kelas XI ini aku nggak punya teman banyak, aku sulit berbaur. Mereka yang tak mengenalku akan berkata bahwa diriku jutek dan cuek. Jika mereka mulai mengeluarkan lelucon, hanya aku yang tak tertawa, jika mereka bicara panjang lebar, hanya aku yang berucap sepatah kata.

“Ocha kok diem aja, sih?” Tanya seorang lelaki yang iseng datang ke tempatku.

Aku meliriknya “Harusnya?”

“Ya ngapain kek gitu...”

Aku langsung mengalihkan pandanganku tanpa menjawabnya.

“gila, sadis banget” Bisiknya, yang terdengar olehku.

Aku tak sekelas dengan teman baikku. Puji, Dinda, Dyah, Dian, dan Rahmah masuk IPA, hanya Ima masuk IPS, itupun tak sekelas denganku. Aku hanya mengobrol dengan teman satu bangku-ku dan teman satu ekskul-ku.

                                       *           *           *

Satu… dua… tiga…

Dalam hitungan ketiga aku berlari cepat layaknya ceetah. Menang! Aku berlari yang paling cepat, tapi…

“Woiii… Kabur mulu tiap liat si Sandy!” Teriak Dyah.

Kututupi wajahku yang merah padam. Jujur saja deh…  Aku bukan berlari karena lomba atau ada kegiatan atletik, tapi aku melarikan diri karena aku melihat seniorku, Sandy melintasi kelasku.  Awalnya aku berada didepan kelas, namun begitu melihatnya yang semakin dekat kearah kelasku, akhirnya aku mulai mengambil langkah seribu!

“J…jangan teriak-teriak dong!!” Kupukul lengan Dyah dengan pelan.

“Lagian sih lu kabur-kaburan terus!”

Aku menundukkan kepalaku karena wajahku merah. Kuakui saja, belum pernah aku merasa malu seperti ini, jika aku menyukai seseorang aku selalu memendam perasaanku sendiri, dan tak ada seorangpun yang tahu. Tapi… kali ini aku ingin orang yang kusukai itu tahu kalau aku menaruh hati padanya.

“Ng… tadi dia ngapain?” Tanyaku.

“Lagi ngobrol sama cewek!” Jawabnya sambil menyeringai

Aku mengerutkan keningku dan sedikit cemberut, mengintip dari belakang tembok, hanya separuh dari wajahku yang kumunculkan. Ah! Benar-benar sedang berbincang-bincang dengan seorang gadis. Ng... kenapa berduaan gitu duduk? EH TUNGGU!!

“Eaaaaa... Ocha galauuu Ocha galauuuu” Goda Dyah sambil mencubit kedua pipiku

Aku memajukan bibirku―monyong ya, monyong!― sedikit kesal, eh nggak sedikit sih. Kalau dia nggak berbincang-bincang bersama perempuan bernama Shinta itu.

“Arrrghhhh!! Ingin rasanya menggigit tembok ini lalu kujadikan peluru untuk menembak kepala Shinta dan Sandy! Biar gue tertawa terbahak-bahak!”

“Cemburu sih cemburu, tapi kok jadi psikopat gini? EH eh nama mereka sama-sama ‘S’  lho, jangan-jangan jodoh”

Aku menatap Dyah dengan tatapan tajam lalu menjitak kepalanya keras “iiihhh! Teman bukan, sih? Masa ditodong pake pisau gini sih? Jahat banget”

“Bercanda, Chaaa... udahlah, mereka cuma ngobrol biasa. Lagian kan Sandy bilang kan dia nggak ada perasaan apa-apa sama cewek-cewek itu”

Aku menatapnya “Iya gue tau, gue ingin percaya, tapi kadang gue ragu...”

“Ragu? Percaya dong”

Nggak semudah yang lo kira, Dyah...

Tiba-tiba aku teringat lagi akan mantan kekasihnya, mereka cantik, bertubuh langsing, dan putih. Nggak seperti aku... Lihat lagi perempuan yang menyukainya, bening-bening! Nggak kaya aku juga! Huuuhhh! Kalau begini aku mulai sebel deh, pasti aku langsung minder, pesimis!

HOPEWhere stories live. Discover now