hamil

903 23 0
                                    

Saat ini aku tengah duduk lemah tak berdaya di pinggiran kamar mandi. Bayangkan saja dari tadi aku bolak-balik kamar mandi hanya untuk memuntahkan semua isi perut ku.

"Sayang kamu kenapa?." Suara lembut itu membuat perut ku kembali mual. Sebenarnya aku ini kenapa sih?

"Ngak kak,aku cuma masuk angin nih. Karena semalam kerjain tugas dari dosen." Kata ku

"Sayang...udah berapa kali sih kakak bilang. Jangan terlalu capek dan sibuk dengan kuliah kamu sampai-sampai waktu istirahat saja kamu abaikan. Kita ke dokter sekarang ya?." Namun aku menolak nya dengan lembut.

"Ya udah istirahat ya. Kakak mau ke kantor dulu. Jangan kuliah ya hari ini? Kondisi kamu masih belum sehat tuh." Mau tak mau aku harus menuruti nya.

Setelah kepergian kak andrian aku pun tidur. Namun suara ponsel membuat ku terpaksa untuk bangun. Nama mas atha terpajang di hp ku.

"Assalamualaikum mas. Kenapa mas telepon adek?." Kata ku lembut walaupun aku sedang tak enak badan.

"Waalaikum salam. Gak dek,mas cuma mau bilang mas sekarang ada di depan rumah adek nih. Gak di suruh masuk apa? Lagipula kamu kemana sih dek? Masih di kampus atau dimana." Ya allah baru tau aku mas atha cerewet rupanya. Aku pun bangun dari kasur empuk ku ini. Tunggu mas atha bilang apa tadi... beneran ini. Ah mas atha,aku berlari kegirangan. Aku pun membuka pintu dan segera kupeluk mas ku yang satu itu. Namun saat aku melepaskan pelukan mas atha. Wajah mbak nayya berubah menjadi merah. Ah cemburu banget sih mbak ku itu.

"Jangan peluk sembarang dek. Ada mbak mu ini. Biasanya dia akan marah-marah kalau lihat mas dekat sama cewek walaupun kamu adiknya mas. Biasa bumil." Aku senang saat mendengar kabar itu aku pun memeluk mbak ku itu. Dan dia pun membalasnya.

"Berapa bulan mbak?."tanya ku.

"4 bulan dek." 2 bulan. Selama itu dan aku gak tau. Parah ni mas ku.

"Suami mu mana dek?." Kata mas ku. Sepertinya berusaha menghindari dari topik ini. Baiklah.

"Kantor mas. Mbah masuk yu,risya antar ke kamar kalian." Kata ku.

Sekedar info. Mas atha akan ditugaskan di sini untuk 4 bulan. Yah mas sedang menjalankan sebuah proyek gitu. So aku pikir dari pada sewa hotel lebih baik di sini. Dan kak andrian pun sependapat dengan ku. Kuliah ku pun berjalan dengan lancar. Aku sengaja belajar giat supaya bisa lulus dalam waktu 2 tahun seperti kak andrian.

⏩⏩⏩

Setelah pulang dari kantor aku bergegas pulang seraya membawa dokter karena aku mendapatkan info dari mas atha kalau risya pingsan tadi.

"Gimana dok?." Namun dokter hanya tersenyum.

"Saya sarankan supaya risya di infus dia kekurangan cairan. Akibat rasa mual nya itu yang tidak ada sedikit pun cairan yang masuk ke tubuhnya. Dan saya akan menyuruh teman saya untuk memeriksa risya. Kemungkinan dia hamil. Saya tulis resep untuk vitamin tubuhnya dulu ya." Andrian masih berdiri tegap tak tau bagaimana dia menyampaikan rasa bahagia nya itu.

"Cie..."

"Apaan sih kamu mas kayak anak kecil saja." Kata mbak ku dan Mas pun hanya diam.

"Sayang...kamu udah sadar. Mau apa? Biar kakak yang ambil."

"Kak aku kenapa bisa di kamar?."

"Jangan banyak gerak tangan kamu di infus. Lagian kenapa sih gak jaga kondisi. Bisa-bisanya kekurangan cairan. Mulai sekarang jangan banyak kerja dan ngurusin kuliah dan besok kamu gak usah kuliah kita ke dokter." Aku beradu pandang dengan mas atha dan mbak nayya seolah meminta jawaban dari sikap protektif suami ku itu.

"Kata dokter kamu kemungkinan hamil sya. Coba deh kakak tanya terakhir tamu bulanan kamu kapan sih." Kata mbak nayya.

"Terakhir itu....ya allah." Aku segera berlari ke arah kalender yang ke tempel di dekat kamar mandi. Aku menatap tak percaya. Sudah 2 bulan aku tidak datang tamu bulanan. Pantas aku sering mual dan purut mu sediki buncit.

"Kak. Aku telat selama 2 bulan. Apa itu artinya..."

"Hamil." Sambung mbak nayya antusias.

"Besok kita ke dokter kandungan mama dulu yang ada di sini." Aku hanya bisa menangguk sebagai jawaban setuju.

"Bang kamar yu. Capek ni."tanpa persetujuan nayya atha sudah menggendong nayya dan berjalan ke kamar nya.

Kejutan terbesar bagi keluarga andrian. Namun rasa khawatir selalu menyerang andrian terlebih sang istri masih kuliah.

"Kak risya udah putuskan untuk tidak meneruskan kuliah saja ya. Soalnya mau fokus sama si adek dulu."

"No umi. Umi tetap kuliah tapi harus abi yang antar jemput." Aku melotot ke arah andrian begitu tau panggilan itu.

"Biar terbiasa nanti sayang."Aku hanya bisa memeluk nya erat tanpa enggan melepaskan nya.

"Abi...Umi sayang banget sama abi. Makasih udah hadir di kehidupan umi dan ngasih yang terbaik buat umi." Kening ku terasa dingin saat andrian mencium ku.

Jika aku boleh memilih aku tetap ingin bersama dia. Tapi apalah daya aku yang hanya sebatas hamba allah yang hanya bisa mengikuti skenario Nya.

"Iya umi nya rafa?." Aku melepaskan pelukan nya.

"Kok rafa sih. Itukan nama cowok. Gak ah nanti kalau cewek gimana? Abi mah gitu." Aku menarik selimut dan membelakangi nya. Namun tiba-tiba sebuah tangan kekar memeluk ku dari belakang dan aku pun membalikkan badan ku dan mencium pipinya.

"Maaf ya umi." Sekarang giliran dia yang mencium ku tepat di kening ku yang menjadi candu baginya.

Benar-benar bahagia punya suami seperti andrian.

Assalamualaikum..
Hayo pada nungguin gak cerai aku. Gimana gak kalah romantis sama ayah ari kan?

Kasih pendapatan ya?

About Our FeelingWhere stories live. Discover now