raesha

517 22 22
                                    

Lengkap sudah penantian bagi ku. Kalian tau selama ini aku memang menghindari hal ini karena belum siap. Dan kali ini aku sudah siap bahkan sangat siap. Karena sebentar lagi aku akan wisuda dan setelah itu aku akan kembali melanjutkan kuliah ku untuk mendapatkan gelar magister di belanda. Aku mengambil jurusan yang sama dengan adik ipar ku andrian. Cuman aku mengambil khusus bagian perusahaan. Karena aku akan mengambil ahli perusahan kakek ku.

"Gimana mas udah siap gak untuk besok." Nih bocah rese banget sih.

"Kamu yah bang hobinya godaan mas mulu. Gimana kuliah kamu." Yah sekarang aku sedang skype dengan adik ku yang ada di kairo mesir.

"Alhamdulillah mas. Oh iya mas nanti kita lanjutkan lagi ya. Soalnya abang harus ikut mitem nih. Assalamualaikum." Padahal baru semester 2 udah sibuk-sibuk nya nih anak.

"Mas...mbak boleh masuk ngak?." Nah itu pasti mbak ira.

"Boleh mbak." Kata ku.

"Ada apa mbak." Tanya ku lagi.

"Gak mbak cuma mau ngasih hadiah untuk kamu mas. Nih." Aku mengambil amplop tersebut.

"Jangan dibuka dulu mas. Nanti aja kalau mas udah resmi nikah dengan nayya." Oke. Aku pun mengangguk.

"Jadi imam yang baik ya mas. Jangan pernah buat istri kamu menangis. Karena setiap air matanya yang mengalir akan dipertanggung jawab kan nanti di sana." Kata mbak ira sambil menunjukkan ke atas.

"Insyaallah mbak."

" ya udah mbak istirahat gih. Kasihan dedeknya." Mbak ira pun bangkit. Dan meninggalkan kamar ku.

Zira pov.

Usai keluar dari kamar atha. Zira pun langsung pulang. Tiba di rumah ia pun duduk seraya menikmati acara televisi.

"Mi..ngapain sih. Udah malam waktunya istirahat kasihan nih dedeknya Pasti kecapean." Zira pun tersenyum.

"Abi ih. Iya nih mau istirahat. Kanaya mana bi?." Kanaya humaira ghafur. Anak pertama zira dan iqbal yang baru berusia 2 tahun.

"Lupa deh. Tadikan di rumah bunda. Kanaya kan gak mau pulang tadi." Ah satu hal yang perlu kalian tau. Saat hamil anak ku yang kedua ini zira sering lupa.

"Bi..."

"Iya mi."

"Pengen rujak." Tuh kan. Kumat deh kelakuan nih si baby. Mana ada rujak jam segini.

"Tadi aku lihat bunda buat rujak untuk aunti feeza. Dan aku mau bi." Huft. Untuk sayang.

"Jadi. Abi harus gimana?."

"Ya telpon bunda suruh antar rujak nya ya bi. Umi gak mau abi yang pergi kesana suruh kak rifqi deh tuh." Wah. Parah banget nih manja si baby. Kasihan tuh yang jadi korban rifqi. Mau tak mau aku pun menelpon bunda. Untung kata bunda masih ada rujak nya.

Rifqi pov.

Aku hendak bangkit dari sofa. Namun panggilan adik ku menghentikan langkah ku.

"Kak. Dipanggil bunda tuh." Untuk apa bunda memanggil ku yah.Aku pun bangkit dan menemui bunda.

"Ada apa bun?."

"Antar ke rumah mbak mu. Dia sedang ngidam tuh." Mau tak mau aku pun mengangguk iya.

Di tengah perjalanan aku bertemu dengan seseorang yang sangat aku kenal. Dia adalah adik kelas ku. Aku pun menghampiri dia. Dan dia sedang menangis.

"Hai." Aku menegurnya dan tanpa babibu dia memeluk ku. Astagfirullah. Segera ku tepiskan pelukan nya.

"Maaf kita bukan muhrim." Kata ku berusaha menahan amarah lu karena perlakuan nya tadi.

About Our FeelingWhere stories live. Discover now