12. Tinggallah

13.3K 1.2K 24
                                    

"Ayah, apakah Ayah mau pulang?"

Ketika sudah sampai di rumah saudara almarhum Ayahku, Mentari justru tidak ingin ditinggal oleh Mas Dani.

Sedari tadi putri kecilku merengek agar Mas Dani tetap tinggal disini.

Ternyata kebersamaan mereka selama di kereta api tadi cukup mengesankan untuk putriku. Dia sampai enggan Mas Dani kembali, dan tetap bersama disini.

Lalu aku harus bagaiman? Apakah aku memaksa mentari kecil ku untuk berpisah dengan Ayahnya?

Atau aku juga merengek seperti Mentari meminta Mas Dani tinggal disini.

Aku jadi bingung dan tidak mengerti apa yang harus ku lakukan sekarang.

"Mentari, Mentari lepas ya Nak. Ayah nya mau kembali bekerja ya?" pelan-pelan ku raih raih jari-jari tangan Mentari yang mencengkram kuat ujung kemeja milik Mas Dani.

Aku ingin jari-jari kecil itu melepaskan cengkramannya agar Mas Dani tidak semakin berat meninggalkan Mentari dan aku disini.

"Gak mau...gak mau. Ayah, Ayah disini ya. Jangan pulang Ayah." rengek nya super manja.

Mentari benar-benar tidak ingin melepas kepergian Mas Dani.

Alhasil aku jadi kebingungan sendiri bagaimana caranya agar dia diam dan tidak merengek.

Lebih-lebih lagi sekarang suara sesenggukannya mulai terdengar di telingaku, dan aku yakin juga di telinga Mas Dani.

"Kenapa nak? Masih kangen sama Ayah ya?" tanya Mas Dani menanggapi rengekan putri kami.

Diraihnya tubuh kecil Mentari, membawa tubuh kecil itu ke dalam dekapannya.

Kehangatan dan kasih sayang Mas Dani benar-benar kentara terlihat.

Mas Dani mengecup pipi kanan dan pipi kiri Mentari bergantian.

Juga mengusap-usap punggung putriku untuk menenangkan hatinya.

Aku tidak tahu terbuat dari apa hati pria yang ada di depanku. Dia menyayangi Mentari jauh sebelum dia mengetahui jika dia adalah Ayah kandung putriku.

Mas Dani adalah pria yang hebat dan Ayah yang sempurna.

"Ayah..." panggilnya dengan suara sendu, sedikit terdengar serak.

"Ya, kenapa putri kecil Ayah?"

"Ayah, Ayah sayang Mentari?" pertanyaan khas ala Mentari membuatku terenyuh.

Hati ini serasa menyublim dalam hitungan detik.

"Sayang sekali." jawab Mas Dani mantap. Kini sepasang mata Mas Dani lekat memandang wajah dan mata putri cantik kami.

"Kalau begitu Ayah tinggal ya. Jangan pergi Ayaaah...."

Mendengar permintaan itu untuk kesekian kalinya, Mas Dani hanya bisa tersenyum simpul.

Kepalanya maju, mendekat ke arah Mentari kemudian mengecup pelipis Mentari sebanyak dua kali.

"Kalau Ayah tidak tinggal, apakah Mentara akan menangis dan mencari Ayah?"

Mentari langsung menganggukkan kepalanya cepat.

Kepolosan Mentari sontak membuatku tidak sadar jika Mentari memang sangat ingin berdekatan dengan Ayahnya.

Mentari membutuhkan Ayahnya, tidak hanya diriku saja sebagai ibunya.

Sejak dulu aku tahu dia membutuhkan laki-laki yang berstatus Ayah untuk melindungi dan mencurahkan banyak kasih sayang untuknya.

Mentari Kecil ku (Complete)Where stories live. Discover now