3. Maafkan Ibu, Mentari

22.1K 1.6K 74
                                    

"Maaf membuat Mas menunggu lama." tidak enak rasanya saat harus selalu membuatnya menungguku lama menyelesaikan setengah waktu ku mengajar sebelum aku memperbolehkan Murid-Murid ku untuk beristirahat.

Tapi sepertinya Mas Dani sudah mengerti apa yang ku maksudkan.

"Tidak apa, saya mengerti."

"Emh, Mas belum berangkat?" aku membuka obrolan mengenai pekerjaannya. Mas Dani adalah seorang Kontraktor.

Di usianya sekarang dia sudah sangat sukses. Seharusnya dia menikah agar kehidupannya semakin sempurna.

"Belum Jingga. Saya masih ingin mengantarkan ini untuk kamu."

Tanpa ku sadari ternyata Mas Dani memberikan sebuah Kotak Makanan yang berbahan dari Styrofoam.

Biasanya Mas Dani akan mengajakku ngobrol saja seperti sekedar untuk menanyakan kabarku. Pernah sesekali dia juga memberikan Hadiah untuk Putriku, Mentari.

"Terima kasih Mas, tapi ini apa ya?"

"Emh hanya makanan untuk kamu Makan Siang bersama Mentari." ujarnya membuatku tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.

"Mas baik sekali. Saya...emh..."

"Tidak perlu sungkan. Saya kan Teman kamu, Jingga. Oh ya Minggu besok, apa kamu memiliki acara?"

"Sepertinya tidak ada. Memangnya kenapa Mas?"

"Saya ingin mengajak kamu dan Mentara untuk berjalan-jalan ke Kebun Binatang. Mungkin Mentari akan menyukainya. " dia nampak seperti menunggu respon jawabanku.

Aku pikir pasti Mentari menyukainya, tapi aku selalu takut jika mengajak Mentari ke dunia yang belum dia tahu, seperti Kebun Binatang.

Jika jadi pasti besok menjadi pengalaman pertama untuk Putriku.

"Jika kamu tidak bisa, saya tidak akan memaksa. Jangan sungkan Jingga." Mas Dani kembali berujar, namun aku berpikir tidak ada salahnya mengajak Putriku berjalan-jalan karena selama ini aku juga tidak pernah mengajaknya jalan-jalan.

"Baiklah Mas, saya mau." jawabku mengiyakan ajakan Mas Dani.

"Te-terima kasih, Jingga."

***

Perjalanan dari Taman Kanak-Kanak tempatku mengajar menuju ke Sekolah Mentari tidak membutuhkan waktu yang lama.

Sekarang aku sudah berada di depan Gerbang Sekolah Putriku. Ku edarkan pandanganku kesana-kemari mencari sosok dimana Putriku, namun tidak ku temukan.

Tapi pada satu sisi, aku bisa melihat ada segerombolan anak seusia Putriku melingkari anak Perempuan yang berada di tengah-tengah mereka.

Mentari?

Kakiku melangkah mendekati gerombolan anak-anak itu karena semakin aku mendekat semakin aku mendengar olok-olok'an mereka kepada Putriku.

Sambil bertepuk Tangan, mereka mengatakan jika Mentari adalah anak haram, Mentari adalah anak haram.

Mentari tidak memiliki Ayah yang dimiliki oleh anak-anak lainnya.

"Pergi, pergi kalian semua." aku berteriak mengusir gerombolan anak-anak itu.

Mereka pun ketakutan dan akhirnya pergi. Kini ku putar Tubuhku kembali dan apa yang ku dapati? Yaitu tangis anakku, anak Semata Wayangku.

Dia berdiri menutup Wajahnya dengan kedua Tangan. Wajahnya penuh dengan Air Mata.

Isak tangis yang meraung membuktikan jika Putriku tengah terluka.

Ku sentuh dia perlahan sampai Mentari menyadari jika aku sudah berada di dekatnya.

Mentari Kecil ku (Complete)Where stories live. Discover now