2. Cinta Bukan Jalan Hidupku

31.8K 1.8K 22
                                    

Jika membicarakan apa itu Cinta, aku tidak akan pernah mengerti pengertian akan kata itu.

Kata yang sudah ku kubur sejak aku menjadi Korban akan kebiadaban dirinya.

Satu-satu nya hal yang bisa ku ekspresikan mengenai kata-kata itu adalah Mentari.

Ya benar cinta ku adalah Mentari. Putri kecilku yang sudah hidup enam tahun di dunia ini dan sembilan bulan di dalam kandunganku.

Mentari tumbuh menjadi anak Perempuan yang cantik.

Wajahnya mirip sekali seperti diriku, tidak seperti dia. Aku bersyukur Tuhan tidak pernah memberikanku penderitaan dengan melihat Wajahnya ada di dalam Putriku.

Dibalik kesedihannya, Mentari tetaplah seorang anak yang penuh kebahagiaan dan keceriaan.

Mungkin juga dia belum begitu mengerti apa yang sebenarnya terjadi di dalam hidupnya dan hidupku.

Seperti hari-hari ku selama enam tahun ini, aku menyiapkan sarapan pagi untuk Putriku yang kini sudah menginjak kelas satu sekolah dasar.
Sedangkan aku sendiri hanya seorang Guru TK mengingat pendidikan terakhir ku adalah Sekolah Menengah Atas.

Jujur saja aku merasa beruntung bisa lulus meski banyak masalah yang bertubi-tubi menghantamku kala itu.

Perjuanganku untuk menutupi Kehamilanku saat aku berada di kelas tiga Sekolah Menengah Atas bukan hal yang mudah.

Tubuhku yang kecil, kurus, dan pendek membuatku nampak aneh dengan Perut yang membuncit.

Tapi segala cara ku lakukan agar aku bisa mengikuti Ujian Akhir Nasional Pendidikan ku  sampai Sekolah Menengah Atas.

Setiap hari ku kumpulkan uang dari hasil membantu menjahit di Rumah Tetangga yang memang seorang Tukang Jahit cukup terkenal di daerahku untuk membeli Seragam Sekolah yang lebih besar.

Setelah bekerja satu bulan dengan Upah yang tidak banyak, akhirnya aku bisa membeli Seragam.

Sempat ada omongan dari kanan dan dari kiri dari Teman-Teman ku tapi aku tidak mempedulikannya.

Mereka semua menjauhiku karena Kabar kehamilanku sudah menyebar luas ke seluruh penjuru Sekolah.

Bahkan seluruh Guru dan Kepala Sekolah menyidangku agar aku dikeluarkan saja dari Sekolah ini karena Hamil.

Tapi Wali Kelasku, Ibu Wina membelaku. Beliau yang bertanggung jawab jika sampai ada sesuatu yang terjadi kepadaku.

Beliau tidak ingin Sekolah mengeluarkanku sampai aku selesai mengikuti Ujian Nasional.

Sampai detik ini aku tidak akan pernah melupakan kebaikan beliau.

Saat itu, aku ingat ada satu Teman yang tidak menjauhiku. Namanya Mas Dani. Meski dia seangkatan denganku, aku memanggilnya dengan embel-embel 'Mas' karena sudah menjadi kebiasaanku saja.

Lagipula Mas Dani berusia lima bulan lebih tua dariku.

Dia baik sekali kepadaku, disaat semua orang menjauhiku, dia tidak menjauhiku justru mendekatiku.

Bukan karena dia menginginkan sesuatu, tapi lebih melainkan dia seperti ingin menguatkanku dari semua masalah yang menimpaku kala itu.

Setelah tamat dari Sekolah Menengah Atas, Perutku semakin membesar dan akhirnya Ibu tahu mengenai Kehamilanku yang selama ini ku tutupi.

Ibu memaksaku untuk mengaku siapa yang menghamiliku.

Karena aku tidak memiliki pilihan, aku mengatakan jika Ayah Tiri ku menghamiliku. Dia memperkosaku sampai aku Hamil.

Mentari Kecil ku (Complete)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin