6. Dia kembali

18.4K 1.5K 13
                                    

Mas Dani masih berkutat dengan pembujukan agar Mentari diam dan tidak menangis lagi.

Bahkan dia memberiku kode untuk mengijinkannya mengajak Mentari membeli sesuatu di sebuah Toko kecil di dekat Taman.

Aku mengiyakan saja permintaannya, lagipula aku juga melihat Putriku sepertinya nyaman di dalam pelukan Mas Dani.

Selama menunggu Putriku yang dibawa Mas Dani kembali, aku membereskan semua Wadah yang sempat berantakan karena ditinggal oleh kami, aku dan Mas Dani karena mendapati mentari jatuh dari Ayunan.

Tidak beberapa lama, Mas Dani kembali masih dengan menggendong Putriku tapi di Tangan Mentari kini ada satu buah Ice Cream Coklat.

Dia nampak sudah kembali baik dan riang gembira.

"Ibuuu..." Mentari meminta diturunkan oleh Mas Dani kemudian dia berjalan ke arahku. Ku peluk erat-erat Tubuh Putriku, mendekapnya seperti biasa aku mendekap dirinya penuh kasih dan sayang.

"Beli Ice Cream ya? dibelikan sama Om?" tanyaku dibalas gelengan Kepala oleh Mentari. Lah kalau tidak dibelikan oleh Mas Dani, lalu dibelikan siapa? Aneh-aneh saja Putriku ini.

"Terus dibelikan siapa?" aku kembali bertanya kepada Mentari yang sedang asyik menjilati Ice Cream Coklatnya.

"Ayah." dia menjawab 'Ayah' tapi Jari Telunjuk Tangan kanannya mengarah ke arah Mas Dani.

Sontak aku melihat ke arah Mas Dani yang berdiri di depanku.

Aku sendiri sekarang berjongkok karena ingin menyetarakan Tubuhku dengan Tubuh Putri cantikku.

Ku perhatikan Mas Dani hanya melihatku dengan tatapan yang sulit ku artikan namun senyumnya terus saja mengembang dan tidak memudar.

"Saya hanya ingin menjadi Ayah untuk Mentari. Maaf jika saya lancang, tapi kapasitas saya tidka berubah Jingga, saya hanya ingin melindungi kamu dan Mentari sejak Mentari ada di dalam Perut kamu." ujar Mas Dani membuatku menjadi berpikir kembali ke masa lalu.

Masa lalu ku memang kelam dan nyaris tidak ingin ku ingat sama sekali, tapi tidak semua orang tahu jika Mas Dani selalu berada di dekatku.

Setiap hari semenjak aku Hamil sampai detik ini, Mas Dani tidak berhenti menemaniku.

Dia bahkan tidak peduli akan gunjingan orang lain mengenai status ku dan status Putriku, Putri yang ku beri nama Mentari hasil pemerkosaan yang dilakukan oleh Ayah Tiri ku sendiri.

"Maafkan saya sekali lagi Jingga. Saya sayang Mentari, dan saya ingin menjadi seseorang yang bisa melindungi kamu dan Mentari." tambahnya membuatku semakin merasa tidak enak.

Sepertinya Mentari akan benar-benar menganggapnya Ayah apalagi Mentari sekarang sudah semakin besar.

Dia butuh sosok Ayah tapi aku enggan menikah.

Cukup traumatis menghancurkan Jiwa dan ragaku. Andai aku harus menikah, mungkin aku akan menikah dengan Lelaki yang dipilih sendiri oleh Putriku, Mentari.

"Ayo kita pulang, hari sudah mulai sore." ajak Mas Dani yang menghancurkan lamunanku.

Mas Dani kembali meraih Tubuh Putriku, membawanya masuk ke dalam gendongannya untuk menuju ke Mobil.

Sedangkan aku membereskan barang-barangku lalu menyusul Mas Dani dan Mentari.

***

Sepanjang perjalanan menuju ke Rumah, Mas Dani lebih banyak diam. Dia terlihat berkonsentrasi ke arah jalanan.

Hari memang sudah mulai larut, Matahari telah kembali ke Ufuk Barat.

"Jingga, apakah saya boleh menepikan Mobil dulu untuk Sholat? Setelah saya Sholat, kita bisa melanjutkan perjalanan."

Mentari Kecil ku (Complete)Where stories live. Discover now