10. Saya tidak Berbohong

17.7K 1.6K 34
                                    

Dani

Penolakan Jingga waktu itu banyak membuatku sedih dan kecewa.

Ketika aku tidak tahu apa yang ku perbuat, aku harus bertanggung jawab penuh kepadanya dan Mentari.

Semua ini karena Ayah yang berada di luar kuasaku.

Aku bahkan tidak pernah tahu jika Ayah menikah dengan Wanita lain setelah Ibu meninggal dunia dan Wanita itu adalah Ibu Jingga yang kini juga sudah meninggal dunia.

Kadang aku berpikir mengapa banyak Lelaki yang selalu memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan Wanitanya atau Wanita lain yang akan menjadi Korbannya.

Bagi seorang Wanita tentu ini bukan pilihan jalan hidup yang adil meski di Agama kami memperbolehkan menikahi empat Wanita.

Tapi dengan catatan jika Lelaki itu mampu.

Sedangkan di jaman sekarang aku yakin tidak akan ada Wanita satu pun yang ingin di duakan, ditigakan, atau diempatkan cintanya secara ikhlas.

Mungkin di jalan para Nabi dan Rosul, banyak Wanita yang bersedia dan ikhlas menjalani karena selain untuk memuliakan derajat juga untuk Ibadah.

Korban dari ketidakadilan ini salah satunya menimpa Ibuku yang kini telah tiada.

Ibu tidak mau menjalani perintah sekaligus permohonan Ayah apapun alasannya hingga akhirnya Ibu meninggal dunia.

"Ibu, apa yang harus Dani lakukan?"

Sekarang aku sedang berada di depan Makam Ibuku.

Ku curahkan semua isi Hatiku mengenai Takdir yang sepertinya mempermainkanku melalui Ayah yang menjadi perantara nya dan ini tidak adil untukku.

Aku harus berjuang sendiri sedangkan Ayah yang menimbulkan masalah ini hanya diam bersantai dan dikelilingi oleh banyak Wanitanya. Arghh...

"Mentari anak Dani Bu, Mentari anak Dani. Lalu Dani harus seperti apa?"

"Dani bingung harus berbuat apa, Bu. Dani tidak bisa kehilangan mereka berdua. Tolong Dani Bu, bantu Dani untuk membuat semua keadaannya membaik, bukan seperti ini. Dani tidak menginginkan hal ini terjadi. Jingga sang Dani cintai, dan Mentari adalah cahaya untuk kami berdua. Tolong aku, Ibu, hiks."

***

Setelah dari Makam Ibu untuk mengutarakan semua isi Hatiku, aku beranjak menuju ke Sekolah Mentari.

Memang biasanya aku ke tempat Jingga dahulu sebelum ke Sekolah Mentari, tapi sekarang tidak mungkin Jingga mau menerima kedatanganku.

Dia pasti mengusirku dengan baik atau paksa karena dia enggan menemuiku atau melihat Wajahku.

Baru mengatakan jika Hendriawan Altaf Brawijaya adalah Ayahku saja dia semarah itu, apalagi jika aku menyebutkan Mentari adalah Anakku.

Pasti dia akan berpikir jika aku bekerja sama dengan Ayahku untuk memperkosanya padahal semua tidak seperti itu, atau seperti yang dia pikirkan.

Aku tidak tahu apa-apa dan aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

Ya Allah, tolong aku, tolong aku untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya kepada Jingga.

Sampai di Sekolah Mentari, aku segera masuk ke dalam lingkungan Sekolahnya.

Tapi baru sampai melewati Gerbang, Mentari sudah keluar dari Kelasnya.

Putri kecilku melihat aku yang berdiri disini kemudian dia berlari ke arahku dengan riang gembira.

"Mentarii." aku memanggilnya sambil melambaikan Tanganku ke arahnya.

Mentari Kecil ku (Complete)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن