X. LOST MEMORY

3.7K 297 23
                                    

'Kepingan demi kepingan itu temukanlah. Kau akan tau rahasia dibaliknya.'

.

.

☘ ☘ ☘


PRIA bertubuh tinggi itu tengah duduk di sofa yang dilapisi kain beludru merah dengan ukiran terbuat dari emas di setiap sisinya. Mata onyx hitamnya menatap lurus ke luar jendela. Ia sedikit melonggarkan dasi yang ia kenakan.

Louis tak habis pikir, orangtuanya akan mengadakan pesta dansa minggu depan dengan dalih mencarikan mate untuknya. Padahal dia sudah berkali-kali menegaskan kepada orang tuanya bahwa dia yakin bisa menemukan mate-nya sendiri. Namun, ibunya yang ingin segera memiliki seorang cucu itu membuat sang raja tak mengubah keputusannya.

“Sial.”

Tangan besar miliknya meraih gelas berisi cairan merah pekat di atas meja. Ia mendekatkan gelas itu ke wajahnya. Louis menghirup aroma darah itu dulu sekilas. Lumayan. Baru satu tegukan, pria itu langsung melempar kasar gelas itu ke arah dinding. Gelas berukuran sedang itu hancur dalam sekejap menjadi serpihan-serpihan kecil saat menyentuh permukaan dinding.

Isi gelas tadi membasahi dinding dan mengalir ke bawah membuat genangan merah di lantai kamar milik Louis. Rahang pria itu mulai mengeras. Ia menatap tajam genangan merah pekat di depannya. Sudah sejak puluhan tahun lamanya, setiap kali dia meminum darah rasanya selalu saja sama, hambar. Rasa haus pria itu tak pernah bisa terpuaskan.

“Ck. Menyebalkan.”

Kemudian, Louis beranjak dari sofa dan berjalan menuju balkon. Ia memejamkan matanya sejenak menikmati semilir angin malam yang menyapu wajahnya perlahan. Matanya kembali ia buka ketika menyadari kemunculan seseorang.

“Salam hormat, My Lord.”

“Apa laporanmu, Lee?” tanya Louis tanpa menoleh.

“Kami berhasil menangkap salah satu mata-mata yang menyamar sebagai juru masak istana.”

“Bagus. Kau boleh pergi.”

“Baik, Pangeran.”

Pria dengan surai abu-abu gelap itu memberi hormat pada tuannya. Sedetik kemudian, pria tadi menghilang. Seringai kecil muncul di bibir Louis.

“Jadi, kalian ingin bermain-main denganku?”

Louis melirik arloji berwarna silver di tangan kirinya. Lewat tengah malam. Ia berjalan masuk ke dalam kamarnya lagi.

“Anda memanggil saya, Pangeran?” tanya seorang dengan jas hitam khas pelayan yang tiba-tiba muncul di depan Louis.

Edwin Lou, kepala pelayan di kerajaan ini. Pria itu juga merupakan orang kepercayaan ayahnya. Orang yang sempat menjadi butler-nya juga sebelum Louis memiliki pelayan pribadi.

“Kumpulkan seluruh pelayan sekarang.”

Yes, My Prince.” jawab pria tadi yang kemudian menghilang.

Louis berjalan keluar kamar. Ia menuruni tangga dan melangkah menuju aula istana. Para pelayan sudah berkumpul dan berbaris rapi. Mereka menundukkan kepala saat langkah kaki sang pangeran mendekat.

Ia menatap tajam ke arah mereka. Netra kelam itu mengamati setiap wajah para pelayan dengan teliti. A piece of cake. Mudah baginya untuk menemukan pengkhianat di tengah-tengah mereka, tapi dia sengaja ingin menghabisi mereka satu persatu.

“Bawa tikus itu kemari,” suruhnya pada pria dengan pakaian serba hitam yang ada di depannya.

Yes, My Lord.” jawab pria itu yang kemudian menghilang.

Two Princes of Vampire Kingdom ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang