Bagian 12 : Pernikahan

9.6K 1.1K 17
                                    

Sensasi hangat itu kembali merambati tubuhnya kali ini lebih kuat, jantungnya berdegup kencang, tubuhnya memanas. Rasa nyeri yang nikmat mulai terasa di antara kedua kakinya.

Bintang terengah tubuhnya menggeliat lalu menendang selimut yang rasanya bagai selimut api. Bintang sempat tertidur hanya beberapa detik sebelum akhirnya menyerah karena fantasi gilanya tentang pria rumah sebelah.

Bintang duduk dengan perlahan, matanya menangkap sosok fantasinya berada di depan mata.

Bintang menggosok matanya kuat-kuat berusaha mengenyahkan sisa bayangan dalam mimpinya.

Saat Bintang kembali membuka mata, sosok itu masih ada di sana. Berdiri dalam kegelapan, tangannya terlipat di dada matanya terpejam, rambutnya berantakan namun tetap menawan.

Bintang menatap lekat kaus hitam yang dipakai pria itu dan merasakan tubuhnya panas dingin.

Sudah dapat dipastikan dirinya benar-benar sakit karena reaksi anehnya terhadap semua kaus yang dipakai pria itu.

"Langit.. " Bintang mencoba memanggil pria itu.

Pria berkaus hitam itu segera membuka mata. Menatapnya dengan kerutan jelas di antaranya kedua alisnya. Ekspresinya tampak sangat tersiksa.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Pria itu tak segera menjawab, hanya mematung sebelum akhirnya bicara.

"Menikahlah denganku!" Pinta pria itu dengan suara dalam yang membuat aliran darah Bintang bernyanyi.

Bintang terbelalak, satu bagian dirinya bersorak dan mulai bersenandung. Satu bagian yang lain bertanya-tanya tentang siapa wanita yang bersama Langit tadi dan siapa yang tempo hari Langit jawab telponnya dengan panggilan mesra.

Bintang terdiam sejenak untuk memahami perasaannya sendiri. Tapi rasa bahagia lebih mendominasi perasaannya saat ini.

Masa bodoh! Ini lamaran pertamanya! Pria itu berhasil melakukannya lebih baik dari bayangannya.

Saat ini Bintang tak peduli pria itu mencintainya atau tidak. Bintang tak ingin bertaruh lagi. Kesempatan untuk terus bersamanya serta sering melihatnya lebih penting dari sekedar pernyataan cinta. Bintang tidak ingin pria ini kembali menghilang dari kehidupannya.

Setelah mengatur nafasnya, Bintang siap menjawab pertanyaan sakral itu.

"Baiklah.. Kapan?" Jawab Bintang sekaligus memberi pria itu pertanyaan.

Bintang tak mengerti mengapa wajah pria itu tidak terlihat senang tapi malah lebih tersiksa dan gelisah.

Pria itu berbalik memunggunginya, mengepalkan tangan lalu mendaratkan tinjunya pada tembok kamar berkali-kali dengan sekuat tenaga, suara berdebum yang cukup keras membuat Bintang khawatir pria itu telah mematahkan ruas jarinya.

"Secepatnya sayang.. Secepatnya!" Seru pria itu tanpa melihatnya sebelum akhirnya menghilang dari pandangannya.

Bintang terpaku selama beberapa saat. Wajahnya berseri-seri lalu berubah merah. Ini kedua kalinya Langit memanggilnya sayang hatinya berbunga-bunga. Pria itu membuat kata sederhana itu terasa istimewa baginya.

Bintang kembali berbaring matanya menatap langit-langit kamarnya. Mulutnya terus tersenyum..

"Langit.. Suamiku..!" Desahnya pelan. Entah mengapa kata-kata itu terasa mutlak.

Bintang lalu menutup wajahnya dengan bantal merasa malu entah pada siapa.

***

Yang dimaksud secepatnya bagi Langit ternyata tidak lebih dari 1x24 jam. Bintang menggeleng untuk kesekian kalinya saat Langit memintanya menikah lusa.

Bintang di Hati Langit (21 Bagian)Where stories live. Discover now