Bagian 8 : Tak Sama Lagi (Langit Side Story)

8.2K 1.1K 13
                                    

Sinting! Pikir Bintang spontan.

Seharusnya ini jadi kata-kata kasar terakhirnya, tapi Bintang tak yakin lagi karena pria ini terus-terusan membuatnya gila padahal baru sehari.

Bagaimana dengan selamanya? Mungkin Bintang akan menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa.

Bintang melihat Papanya terbatuk karena ucapan lugas Langit, namun perlahan-lahan sebuah pemahaman sepertinya muncul di kepalanya. Wajah Papa berubah murka.

Oh tidak, pikir Bintang sambil bersiap-siap.

"Kenapa terburu-buru? Apa yang telah kau lakukan pada putriku? Apa kalian melakukan hal tak senonoh? Bintang! Apa kau hamil?"

"Papa! Kau menilai rendah putrimu sendiri! Papa pikir aku murahan? Lagi pula dia kan baru datang kemarin". Pungkas Bintang kecewa.

"Maaf sayang.. Papa hanya panik." Ayahnya terlihat lega, dan mengusap rambut Bintang dengan sayang.

"Lalu mengapa?" Mata ayahnya memandang penuh tanya ke arah Langit.

Selama beberapa saat mereka hanya saling pandang tanpa mengacuhkan kehadiran Bintang. Kemudian Langit berbisik pelan ke telinga ayahnya, untuk beberapa saat kening ayahnya berkerut sebelum akhirnya kepalanya mengangguk-ngangguk paham.

Jujur saja Bintang sudah sangat kelelahan, tubuhnya minta istirahat. 24 jam terakhir telah menguras emosi, tenaga dan pikirannya.

Belum lagi dua jam berlari mencoba melarikan diri dari Langit juga perasaan-perasaan yang baru dialaminya. Bintang bahkan tidak ingat kapan terakhir kalinya ia makan.

Bayangan Langit dan ayahnya terlihat berputar-putar dan  penglihatannya mulai kabur tapi pikirannya masih berputar di sekitar pernikahan dan besok.

Tidak dia tidak akan menikah apalagi besok! Ia akan mencegahnya dengan berbagai cara. Senyum Bintang sedikit mengembang di bibirnya, setelah pikirannya sedikit tenang Bintang pun ambruk.

***

LANGIT

Gadis itu ambruk.

Langit hanya menatap pasrah tubuh cantik itu lunglai seolah jiwanya tersedot lubang tak kasat mata.

Sial.

Langit mulai merasa takut. Gadis ini mulai memengaruhinya.

Awalnya bukan ini yang Langit rencanakan.

Saat pesawatnya mendarat ia bahkan sudah hafal apa yang akan dikatakannya pada gadis bodoh itu.

Langit akan mengatakan kalau janji mereka, janjinya lima tahun lalu hanyalah sebuah gurauan.

Ya, Langit harus mengatakannya karena gadis itu selalu menganggap serius gurauan atau bahkan sesuatu yang tak mungkin dan membuatnya menjadi mungkin.

Pernah suatu hari Langit bercerita pengalamannya saat ia  berusia lima tahun. Waktu itu ia berlibur ke pantai dan melihat matahari berwarna hijau, lalu selama sebulan penuh gadis itu tiba-tiba menghilang.

Kemudian suatu malam gadis itu muncul, berteriak ke jendelanya dan menceritakan apa yang ditemukannya tentang fenomena Green Flash. Yaitu fenomena optik yang kadang-kadang terjadi tepat sebelum matahari terbenam atau setelah matahari terbit dan biasanya berlangsung selama tidak lebih dari satu atau dua detik.

Sulit dipercaya! Gadis kecil itu ternyata melakukan penelitian hanya berdasarkan ingatan bocah lima tahun. Gadis kecilnya..

Lalu semua rencananya buyar tepat setelah tengah malam. Saat itu Langit baru tiba di rumah. Langit terlalu lelah untuk ganti baju, ia membuka kausnya yang lengket karena keringat melemparkannya ke sudut kamar dan segera berbaring. Belum sampai ia tertidur sepuluh menit, sebuah suara lembut yang memanggil namanya membangunkannya. Langit bangkit dari tempat tidurnya dan mengintip keluar jendela.

Seorang wanita cantik menatap jendela kamarnya yang gelap. Kedua matanya berkilau namun tampak bimbang. Rambut hitam panjangnya tergerai indah, berayun tertiup angin malam.

Langit merasakan hatinya tergerak, rasa lelahnya lenyap seketika. Pandangannya menelusuri sosok wanita itu. Siapa dia? Pikir Langit.

"Oh sial!" Langit melihat wanita itu menarik nafas panjang.

"Dia akan berteriak!" Dan hanya satu orang yang Langit tahu sering berteriak ke jendelanya.

Langit setengah tak percaya pada penglihatannya, "Bintang?"

Gadis kecilnya tidak lagi kecil! Langit tak pernah membayangkan perubahan Bintang sebelumnya. Dan lihatlah, gadis itu telah berubah menjadi gadis penggoda dengan tubuh menggiurkan.

Langit mendengar teriakannya dengan seksama, matanya mencari-cari jam dinding.

"Jam satu? Sampai kapan dia akan berteriak? Gadis itu masih gila!" Geramnya.

Sedikit kesal Langit menyalakan lampu kamarnya, lalu membuka jendela dengan kasar.

"Hei gadis bodoh! Tidak bisakah kau membiarkanku beristirahat? Ini jam satu pagi dan kau berteriak!"

Gadis itu terkejut melihatnya. Mata berkilaunya menatapnya sedikit takjub, membangkitkan sesuatu yang tak Langit duga.

"La.. La.. Langiit!".

Langit mendengar gadis itu memanggil namanya dan Langit bisa melihat jelas gaun tidur yang dipakainya. Efeknya tidak menyenangkan, rasa sakitnya berpusat di satu tempat.

"Kenapa? Butuh teman tidur?" Langit mencoba membuat gadis itu pergi.

Usahanya tak sia-sia karena gadis itu buru-buru menutup jendela kamarnya, meninggalkan Langit sendirian yang masih bergelut mengendalikan diri.

Sejak saat itu Langit meyakini bahwa gadis itu telah membuat dirinya tak sama lagi.

Dan kini gadis itu ambruk.

Sesuatu dalam dirinya ikut ambruk.

Gadis itu benar-benar belum siap menikah.

Mungkin ini saatnya ia harus pergi.

Lagi.

***

_______

Komen aja ya! 😁 Apa aja, asal jangan bully nanti yang nulisnya pundung.

Bintang di Hati Langit (21 Bagian)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant