Mama dan papa tirinya tidak akan menerima gadis seperti Becca dalam keluarganya.

Lalu, untuk apa Calum mengejar Becca?

Calum melepaskan ciuman mereka, lalu merengkuh kepala Becca dan mendekapnya.

Sebenarnya, Calum masih terus berdoa agar perkataan Becca tadi adalah sebuah mimpi belaka.

Namun, semuanya terasa sia-sia.

Becca benar-benar bukan seorang gadis lagi.

Dan niat Calum untuk mendapatkan Becca sirna begitu saja.

Apakah Ia harus benar-benar menjauhi Becca?

-M U S U H-

Calum's POV

Gue berjalan mondar-mandir sejak 2 jam yang lalu.

Sekarang pukul sebelas malam, yang artinya, gue harus tidur.

Tapi, pikiran gue masih melayang kemana-mana.

Gue duduk di sisi ranjang lalu mengambil ponsel. Gue menghembuskan napas sebelum mengetik sesuatu dalam aplikasi Google.

Pelacur

Gue meneguk ludah sambil menunggu artikel yang belum terbuka.

Hati gue terasa mencelos saat membaca artikel di sana.

Pelacuran atau prostitusi adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. Pelacuran merupakan cabang dari industri seks yang sejajar dengan pornografi, tari telanjang, bahkan segala mata pencaharian yang berkenaan dengan eksploitasi aktivitas seksual dan pertunjukan yang berkenaan dengan seksualitas untuk menghibur orang lain demi mendapatkan materi yang dibutuhkan dalam kehidupan.

Gue menggeleng, bukan. Becca bukan pelacur.

Gue menjilat bibir bawah dengan gugup, lalu kembali menulis sesuatu.

Perkosa

Hati gue langsung tersayat ketika membaca satu artikel.

Perkosa: menundukkan dengan kekerasan; memaksa dengan kekerasan; menggagahi; merogol.

Gue menggeleng, jadi benar? Steve perkosa Becca?

Gue langsung melempar ponsel ke sembarang arah, gue merasa benar-benar marah.

Tepatnya 8 tahun yang lalu.

Papa menaruh semua bajunya dalam koper, dengan wajah yang sangat marah, papa mendorong mama.

"Kau ini tuli atau apa?! Sudah ku bilang jangan pernah ke bar sendiri!" ujar papa, lalu ia melanjutkan mengepak pakaiannya.

Mama berdiri lalu kembali menarik-narik lengan papa, "Maafkan aku, David. Aku benar-benar---"

"Diamlah! Aku tidak ingin memiliki istri sepertimu lagi!"

Mama menangis, terisak seraya duduk di sisi ranjang, tubuhnya bergetar, "David, maafkan aku."

Papa berjalan keluar dengan kedua koper di tangannya, aku yang sedang berada di ambang pintu langsung berlari menjauhi kamar papa dan mama.

Rupanya kemampuanku untuk bersembunyi sangatlah tidak bagus.

"CALUM! KEMARILAH!" teriak papa setelah melihat aku yang sedang berlari menjauhi kamar mereka.

Aku langsung berhenti, tubuhku tegang namun aku tetap memaksakan kakiku untuk berbalik menghadap papa, dengan perasaan tidak enak, aku berjalan mendekati papa.

Papa berjongkok di depanku, mengelus kepalaku dengan lembut, "Ayo ikut papa."

Aku terdiam, berusaha mencerna perkataan papa, "Dengan mama, bukan?"

Seketika ekspresi papa berubah, ia tersenyum kecut, "Dia bukanlah mamamu lagi. Dia adalah seorang... pelacur."

Mataku membulat, sungguh aku tidak mengerti perkataan papa.

"Maksud papa?"

Papa tersenyum miring, "Dia tidak pantas kau sebut dengan mama. Dia tidak menyayangi kita. Dia sudah memilih lelaki lain..."

Papa menghembuskan napasnya, "Dia harus dimusnahkan. Dia adalah tipikal pelacur yang tidak setia. Janganlah kau dekati pelacur seperti itu, nanti kau akan menyesal."

Papa kembali tersenyum kecut, "Seperti papa contohnya. Dia menduakan papa. Dia tidak mencintai papa lagi. Dia lebih memilih lelaki di luar sana. Dan dia itu... murahan."

Alisku mengangkat, "Benarkah? Mama sudah tidak menyayangi kita?"

Papa mengangguk mantap, "Benar sekali! Dia sudah mempunyai bayi lagi, kau tahu? Dan bayi itu bukanlah adikmu."

Aku menahan napas, "Bagaimana dengan Kak Mali?"

Papa menggeleng, "Biarlah dia tinggal bersama wanita itu. Kita tidak seharusnya tinggal bersama mereka."

Mataku berair, "Maksud papa?"

"Kan sudah papa bilang, dia itu tidak setia. Dia lebih memilih mempunyai anak lagi, tapi bukan dengan papa. Wanita murahan seperti itu tidak seharusnya hidup. Ia harus mendapatkan siksaan di dunia karena telah memberikan keperawanannya kepada orang lain."

Gue menghembuskan napas, kepala gue terasa sakit. Dada gue terasa sesak.

Haruskah?

Perkataan papa 100% benar, wanita yang sudah ternodai tidak seharusnya memiliki status sebagai seorang gadis lagi. Dan wanita seperti itu seharusnya mendekap di dalam rumah dan mengasihani nasibnya.

Tapi... gue belum siap untuk melepaskan Becca.

Apakah ini pertanda baik bagi gue untuk menjauhi wanita seperti itu? Sebelum gue terlambat? Apakah Tuhan sebegitu sayangnya sama gue?

Gue mengacak rambut gue kesal lalu mengambil ponsel gue, "Belum terlambat, Cal."

Gue tersenyum saat ada pesan masuk dari ponsel gue.

Mungkin ini emang saatnya gue dan Becca kembali seperti dulu.

Kita memang ditakdirkan untuk saling bermusuhan.

-M U S U H-

to be continue

Musuh × cthWhere stories live. Discover now