20. I'll Listen for You

1.3K 243 43
                                    

Becca menyentuh pipinya yang masih terasa nyeri. Begitupula dengan tangan kanannya, perih sekali.

Persetan dengan lelaki keparat itu.

Becca menyesap susu vanilla yang sempat dibuatkan oleh Niall satu jam yang lalu, yang sekarang susu itu sudah terasa dingin.

Becca meringis pelan ketika suara bel rumah berbunyi,

Hei sialan! Sekarang masih jam 9 pagi dan udah ada tamu?!

Becca turun dari ranjangnya, rumah besarnya sepi sekali. Becca merasa risih mempunyai rumah besar tetapi begitu sepi.

Ia berjalan menuju pintu rumahnya, tidak hanyak sekali bel itu berbunyi. Setelah Ia hitung-hitung, kurang lebih bel itu berbunyi sebanyak 12 kali.

Pemaksa.

But, hey! Who's that? Becca menggeleng pelan ketika pikiran negatif memasuki kepalanya. Ia sangat takut jika itu bukanlah orang yang Ia kenal, melainkan...

Bisa saja si keparat brengsek itu.

Dengan berat hati---- karena sebenarnya Ia merasa telinganya panas---- akhirnya Becca membuka kenop pintu rumahnya.

Becca menganga ketika melihat objek yang ada di depannya.

Lelaki berseragam dengan rambut yang acak-acakan dan senyum manisnya datang menemui Becca.

Siapa lagi kalau bukan Calum?

Becca berdecak, Ia masih mengingat janji Calum saat Calum mengantarkan Becca ke rumahnya.

Dan tepat saat kejadian si lelaki keparat menganiaya dirinya dan dengan sigap Calum menolongnya.

"Hari Kamis balik sekolah gue ke sini ya, mau liat lo."

Dan hei?! Dia kemarin tidak datang ke rumahnya dan Becca jadi bete sendiri.

Sungguh, Ia merasa dibohongi.

"Kenapa?!" tanya Becca malas.

Senyumnya masih terukir, senyum yang baru Becca sadari bahwa ternyata Calum memiliki paras yang kelewat tampan.

Manik Becca bertemu dengan manik Calum, Ia merasa dunianya terbawa masuk ke dalam manik indahnya itu. Becca menelan ludah lalu mengalihkan pandangannya agar Ia tidak semakin jatuh pada mata indah Calum.

"Mau ketemu lo, lah! Gue 'kan udah janji."

Cuh. Persetan dengan janji lo.

Becca melipat kedua tangannya di dada, Ia mengangkat dagunya, "Tapi gue gak mau ketemu lo. Gimana?"

Wajah Calum berubah masam, "Dijenguk pacar kok---" setelah mengatakan hal tersebut, Calum salah tingkah, "Eh-? Maksud..."

"Pacar?" tanya Becca heran. Apa yang Calum lontarkan benar-benar sebuah lelucon, "Lelucon macam apa itu, Cal."

Tanpa Becca sadari, jauh di dalam lubuk hati Calum ia merasa terluka. Benar-benar terluka dengan omongan Becca.

"Cuma mau ngetes doang sih untuk nembak Karen," jawab Calum pada akhirnya. Ia sebenarnya menyesal mengatakan itu, tetapi apa boleh buat, toh sudah terjadi.

Becca menatap Calum bingung, "Karen? Lo suka sama Karen?"

Entah apa yang dirasakan Becca saat ini, namun Ia merasa marah. Bagaimana bisa---

Tidak.

Becca menggelengkan kepalanya.

Tidak mungkin Ia cemburu dengan Calum, benar?

Musuh × cthWhere stories live. Discover now