21. Her Past

1.2K 251 72
                                    

WARN:
-18+
-Jangan dibaca pas lagi puasa (dosa tanggung sendiri, cui)
-Chapter ini gue PRIVATE
-Sorry for all of the typos
-Kalau masih banyak siders aka silent readers, gue pastikan ff ini bakal gue discontinue (Menghargai karya oranglain apa susahnya sih?)

Enjoy!

-M U S U H-

'I feel like I'm waiting for something that isn't going to happen.'

-M U S U H-

Becca terisak seraya memeluk tubuh Calum. Sudah hampir lima belas menit mereka saling berpelukan, tapi Becca tak kunjung mengeluarkan sepatah katapun.

Hanya isakan kecil yang terdengar dari mulutnya.

Calum panik, benar-benar panik saat Becca memeluknya tiba-tiba. Menangis tanpa alasan.

Calum mengusap punggung Becca, "Bec, kalau gak mau cerita gak apa,"

Isakan Becca semakin kencang, hal itu cukup membuat Calum menyesali perkataannya.

Ngomong salah gak ngomong salah.

Kaus navy Calum basah akibat air mata Becca, Calum memejamkan matanya lalu menarik napas dan membuangnya. Ia mengelus puncak kepala Becca dengan kasih sayang.

"Bec, gue gak suka liat lo sedih kayak gini. Ayolah jangan sedih terus."

Hening.

Becca masih membenamkan kepalanya pada dada bidang Calum, menumpahkan semua air mata yang sudah lama Ia bendung.

"Cal..." lirih Becca. Kepalanya tak kunjung menjauh dari dada bidang Calum.

Calum bergumam, "Hm..."

"Lo janji gak akan jauhin gue?" tanyanya dan sontak membuat Calum bingung. Namun alih-alih Calum mengangguk.

"Asal lo berhenti nangis," ucap Calum menenangkan dan tersenyum. Becca mengangguk dalam dekapan mereka.

Becca menjauhkan kepalanya dari tubuh Calum, Ia menghapus air matanya sendiri dan tertawa miris, "Cengeng banget ya gue."

Calum mendekatkan telapak tangannya lalu menghapus air mata Becca lalu tersenyum tulus, "Gak apa asal lo tenang."

Becca mengangguk pelan lalu memaksakan senyum, Ia menatap otot bisep Calum dengan tatapan kosong, "Cuma lo yang gue percaya untuk jaga rahasia ini."

Calum mengernyit, "Emang kenapa?"

Becca menggeleng dan menatap Calum dengan tatapan sendu, sudut bibirnya mengangkat, "Gue nyaman deket sama lo. Dan gue harap, lo bisa jadi teman dekat gue, walaupun kita masih musuhan."

Calum tersenyum getir, cuma temen deket, Cal.

Kepala Calum mengangguk, "Oke. Gue akan jaga rahasia lo dan akan selalu jadi teman dekat lo," hatinya teriris setelah berbicara seperti itu.

Tatapan Becca kosong, "Gue pernah deket sama Richard."

Alis gue mengernyit, "Richard?"

Becca mengangguk tanpa selera, "Steve. Temen baru lo."

"Oh, Steve. Lo kenal sama dia?"

Untuk kedua kalinya Becca mengangguk, "Ofcourse I was."

Gue diam, menunggu ucapan Becca selanjutnya.

Becca menghembuskan napasnya,

"Deket banget. Gue sama dia udah kayak kakak beradik," Becca tersenyum. Pandangan kosongnya masih setia menatap lantai kamar.

Musuh × cthWhere stories live. Discover now