Duapuluh Satu

2.9K 192 43
                                    

"Ngapain, sih, lagian, semangat banget tutornya," dengus Salsha, sebal karena lagi-lagi ia berbohong pada Bastian.

"Kenapa? Mau jalan sama Bastian?" tanya Aldi, memainkan gitar dipangkuannya dengan asal. "Emangnya lo udah tau mau jawab apa kalau Bastian nanyain soal itu lagi?"

Salsha terdiam. Mendengus. Karena Aldi benar, dirinya sama sekali belum tau akan menerima Bastian atau malah menolaknya.

"Besok ulangan Geografi, kan?" Aldi nyengir.

"Iya. Lo mau minta tolong supaya besok gue ngasih semua jawaban gue, kan?" Salsha menatap Aldi yang kini menuju rak buku di samping meja belajarnya. Sementara dirinya duduk di karpet beludru yang digelar di samping tempat tidur Aldi. "Enak aja."

Tanpa menghiraukan celotehan Salsha, cowok itu menjatuhkan satu buku tebal dan satu buku catatan di atas karpet.

"Ajarin." Aldi nyengir, menelungkupkan tubuhnya di atas karpet menghadap buku.

Salsha menggeleng, terkekeh. "Harus ya sambil tiduran?"

"Kalau sambil duduk pegel, terus cepet ngantuk. Ayo dong." Aldi meraih sebuah bantal dan disimpan di dadanya, sedangkan Salsha duduk bersila di sampingnya.

Salsha membuka lembaran halaman buku catatan milik cowok itu. "Mana yang nggak ngerti?"

"Dari awal aja, Bu Guru."

"Masa dari awal?!" Salsha melotot. Tangan kanannya mencubit lengan Aldi.

"Sakit, Ca!" protes Aldi, mengusap pelan bekas cubitan Salsha. "Ya udah, yang ini aja," tunjuk Aldi asal.

"Oke. Serius."

Salsha memperingatkan Aldi dengan tatapan menyipit. Terlihat menyeramkan. Bagaimana jika nanti cewek itu menjadi seorang guru, atau mengajari anak-anaknya kelak ketika mengerjakan PR malam hari? Membayangkan itu membuat Aldi terkekeh sendiri.

"Aldi!" Salsha yang sudah mulai menjelaskan, kesal melihat Aldi yang sekarang malah cengengesan, entah sedang menertawakan apa.

Aldi manggut-manggut sambil sesekali membenarkan posisinya. Mengkatup mulutnya agar Salsha tidak mengomel lagi karena dirinya yang cengengesan akibat pikiran konyolnya itu.

Aldi lalu menatap Salsha, sehingga wajah cowok itu sedikit mendongak karena ia masih dalam posisi menelungkup. Salsha kembali memulai penjelasannya, sesekali matanya melirik pada Aldi. Jika penjelasannya panjang, maka ia akan lebih lama menatap Aldi. Sementara Aldi, cowok itu sepertinya serius memperhatikan. Karena kini tidak ada respon apapun dari cowok itu.

"Bola mata lo item ya? Bagus," celetuk Aldi, menatap mata Salsha. "Jangan lama-lama liat cowok lho, Ca. Nanti cowok yang lo liatin terhipnotis. Kayak gue sekarang."

"Al!" Salsha membulatkan matanya. Kali ini tidak terlihat indah bagi Aldi, namun menyeramkan.

"Oke, oke."

Sepertinya untuk saat ini dirinya tidak akan melihat mata Salsha lagi. Karena membuatnya tidak berkonsentrasi.

Pindah! Liat apa ya?

Saat Salsha kini sudah melanjutkan penjelasannya lagi, Aldi malah sibuk mencari 'sesuatu' yang harus ia lihat agar ia lebih berkonsentrasi.

Ah, iya! Gerakan bibir Salsha!

Aldi kini memperhatikan gerakan bibir Salsha yang masih bersemangat membeberkan beberapa penjelasan. Dari gerakan bibir cewek itu, Aldi bisa mendengar sekaligus memahami apa yang Salsha ucapkan. Apalagi jika penjabarannya lebih luas, maka Salsha akan lebih banyak mengoceh, dan Aldi lebih banyak melihat gerakan bibir Salsha. Awalnya Aldi fokus. Tapi lama-lama...

UnobtainableWhere stories live. Discover now