Sepuluh

2.8K 187 1
                                    

Seorang laki-laki tengah duduk di pinggir lapangan seraya memantul-mantulkan bola basket di tangannya.

Headset yang menempel pada kedua telinganya membuat cowok itu tak sadar bahwa kini seorang cewek tengah berdiri di belakangnya dengan tangan dilipat dibawah dada.

Perlahan, cewek itu mendekat, hingga kini dirinya sudah berdiri di samping cowok itupun, cowok itu tetap belum menyadarinya.

Cewek itu, Salsha, mulai geram. Ia lalu mencopot headset di telinga kiri cowok itu dengan kesal.

Sang cowok terlonjak, menghentikan aktivitasnya mendribble bola lalu mendongak. Di dapatinya seorang cewek tengah menatapnya tajam. Cewek itu menyodorkan secarik kertas padanya.

Aldi mengerutkan dahinya memperhatikan kertas di hadapannya dengan bingung.

"Itu, tugas pertama buat lo," ujar cewek itu.

Aldi mengangguk mengerti, mendecak kesal lalu menyodorkan kertas itu lagi pada pemiliknya.

"Ayolah, Al," Salsha mendesah lelah, lalu duduk disamping cowok yang kini sibuk dengan bola basketnya. "Lo mau nilai sikap lo jadi C? Kalo gue sih nggak."

Aldi melirik cewek di hadapannya, lalu meraih kertas tersebut. "Bacanya aja gue males."

"Astaga," Salsha memijit keningnya, geram. "Gini, lo salin dulu ke buku catetan lo deh, terus lo kerjain sebisa lo. Besok kita bahas satu-satu."

"Iya, ck! Bawel bangetsi, Ca."

Salsha refleks menoleh pada Aldi setelah mendengar panggilannya diakhir kalimat.

"Apaan si pake Ca-ca'an segala."

"Suka-suka gue lah."

"Tapi nama gue Salsha bukan Caca,"

"Tapi gue lebih suka manggil lo Caca. Caca cantik," ujar Aldi, lalu menyenggol lengan kanan Salsha dengan lengan kirinya seraya tersenyum manis dengan mata genitnya. "Gak apa-apa 'kan, Ca?"

Yang disenggol membeku untuk sejenak.

Ugh, please, gue gakuat liat senyum lo semanis itu!

Lalu Salsha tersadar. Ia reflek meninju bahu Aldi di hadapannya, membuat cowok manis itu sedikit menjauh. "Lo. Najisin. Banget. Tau. Gak."

"Lo. Gemesin. Banget. Tau. Gak," desis Aldi, ikut mengeja kalimatnya, mencoba menggoda cewek berambut pirang di hadapannya ini.

Sementara itu, pipi sang cewek memanas.

"Terserah," gumam Salsha, mengusap wajah cowok itu lalu pergi dengan pipinya yang mulai memerah meninggalkan lapangan indoor begitu saja.

Meninggalkan Aldi begitu saja.

Meninggalkan Aldi -dengan senyum bahagianya yang masih tercetak jelas sejak cewek itu menghampirinya- begitu saja.

★★★

Suasana kelas sangat riuh. Sudah banyak murid-murid yang berada di dalam kelas padahal, waktu masih menunjukkan lima belas menit lagi untuk masuk mata pelajaran terakhir.

"Sha," Steffi mengerucutkan bibirnya. "Lo gak mau cerita sama gue?"

"Cerita apa?" Salsha melirik wajah sahabatnya.

Steffi menaikkan kedua bahunya. "Yang jelas, gue ngerasa ada yang aneh sama lo akhir-akhir ini."

"Perasaan lo aja."

UnobtainableWhere stories live. Discover now