Duapuluh

2K 160 22
                                    

Maaf udah bikin nunggu lama.
Maaf atas late update-nya.
Selamat menikmati hari rabu kalian, dan
Selamat membaca!:)

***

"Ya Tuhan," pekik Salsha saat membalikkan tubuh Aldi yang menelungkup.

Wajah cowok itu kini sudah dihiasi warna-warna ungu di sudut bibir kanannya, di pelipis kirinya, dan keningnya yang mengeluarkan sedikit darah.

Salsha panik, kebingungan.

Ia meraih bahu Aldi, menariknya untuk berdiri dan menuntunnya menuju sofa. Berat.

Tubuh Aldi menghantam sofa dengan kencang. Berat badan cowok ini berapa, sih? Terlihat kurus namun ternyata berat, lebih berat dari yang Salsha bayangkan.

Aldi mendesah, meringis memegangi punggungnya karena perlakuan Salsha menghantamkan tubuhnya begitu saja.

"Maaf, maaf." Salsha duduk di samping Aldi. Baru kali ini ia melihat cowok yang babak belur seperti ini, dan bagaimana cara mengobatinya? Tunggu. Salsha ingat, ia pernah melihat kotak P3K di samping pintu dapur, maka ia bangkit dari duduknya. "Tunggu sebentar."

Tidak lama, cewek itu sudah kembali membawa wadah berisi air hangat dari dispenser dan sebuah handuk kecil serta menjinjing kotak P3K yang berisi obat luka, dan gulungan perban. Sementara Aldi masih bersandar pada sofa. Mendesah, meringis, memejamkan matanya. Sepertinya terlihat kesakitan.

"Sini," ujar Salsha, meraih dagu Aldi dan menekankan handuk basah yang sudah dicelupkan pada air hangat.

Aldi hanya mendesah sambil memukul-mukulkan kepalan tangannya pada sofa, menahan rasa sakitnya, membuat raut wajah Salsha juga ikut meringis.

Dengan hati-hati Salsha membersihkan dan mengompres luka-luka lebam pada wajah cowok di hadapannya satu persatu. Walaupun Aldi sama sekali tidak mengeluh kesakitan, tapi raut wajahnya menunjukkan bahwa itu sakit, perih. Setelah itu, Salsha memberi alkohol dan menempelkan perban pada luka sobek sebuku jari di kening Aldi.

"Pelan-pelan, Ca," Aldi membuka suaranya, terdengar parau.

"Iya."

Salsha merasakan jemari Aldi merayap memegangi pinggangnya. Namun ia diam, mungkin Aldi tidak sadar, hanya untuk menahan sakitnya. Hingga semakin lama pegangan itu menjadi remasan. Cowok itu meremas kencang baju Salsha untuk menahan rasa sakitnya saat Salsha menekankan alkohol dengan kapas pada keningnya.

Sehingga Aldi berteriak, menarik remasan baju Salsha ketika alkohol itu masuk tepat mengalir di pusat lukanya.

Tanpa disadari, tubuh Salsha tertarik ke arah depan, membuat cewek itu kini malah sibuk dengan degupan jantungnya yang semakin kencang memukul-mukul rongga dadanya. Jarak wajahnya sangat dekat dengan wajah cowok di hadapannya itu. Baru kali ini ia melihat wajah itu dari jarak sekitar satu jengkal.

"Lo ngapain ngeliatin gue? Perbannya tempelin, cepet! Perih nih," protes Aldi, menghentak-hentakkan kakinya.

Salsha tersentak, segera meraih gulungan perban dan mengguntingnya. Menempelkannya pada kening Aldi dengan plester.

Setelah selesai, Salsha membuka jaket yang masih Aldi kenakan. Sementara Aldi menurut, hanya mengikuti aba-aba dari cewek di sampingnya hingga jaketnya terbuka.

"Sekalian sama kaosnya juga ya? Kayaknya ada luka juga di dalem, dada gue sakit," ujar Aldi, mengusap-usap dadanya.

Salsha meringis, meski akhirnya mengangguk. "Ya udah, sini."

UnobtainableWhere stories live. Discover now