Cari Mey

8.4K 412 4
                                    

"Sore ko" sapaku kepada ko Roy di kelas. "Hello,kenapa kamu?" Jawab ko Roy sambil merapikan buku. "Ko aku gak mungkin cerita disini" jawabku.

"Menurut penelitianku na, kamu harus nonton film horor kalau galau" kata ko Roy sama seperti yang diceritakan Calvo.

"Malah gak berani ke kamar mandi nanti aku ko" jawabku sewot. Aku belajar di ruang E di lantai 2. Hatiku masih kuatir sebenarnya.

Ketika ku duduk di bangku dan meletakkan tas. Ku tengok ke kiri dan kekanan memperhatikan sekitarku.

Ku perhatikan murid-murid lain yang ada di kelas itu. Sejauh ini tidak ada yang aneh. Tidak ada murid yang aku belum tahu namanya.

Terlihat Linda yang sibuk dan tampak frustasi dengan matematika. Doffi yang berdebat dengan rumus dengan ko Roy. Dan Rino yang asyik makan camilan pedasnya sambil sesekali membaca bukunya.

Semua sibuk dengan urusannya sendiri. Sambil mempersiapkan bukuku. Aku menoleh ke kanan. Ke pintu kaca di sebelah kelas E yang tak pernah terlihat dibuka.

Sinar matahari yang samun-samun mulai hilang sejalan dengan waktu yang mulai gelap digantikan dengan cahaya bulan.

Kaca yang tadinya tertembus cahaya samun itu menjadi memantulkan cahaya lampu di lorong antar kelas. "Tuk tuk tuk tuk" suara langkah kaki bersepatu yang semakin mendekat terdengar dari lorong.

"Ko ada murid lagi kah ko yang belum datang" tanyaku. "Tidak,
Cuma kalian aja" jawab ko Roy sambil menulis di papan tulis. "Tuk tuk tuk tuk" suara itu semakin jelas mengarah ke kelas E.

Aku yang semakin penasaran menoleh ke arah pintu kaca yang memantulkan bayangan lorong itu. Tidak ada siapapun disana. Sedetik itu jantungku berdegup. Fyuhh peluhku. Mungkin cuma perasaanku saja.

"Drrrt drrrt drrrt" suara angin menggetarkan pintu kaca di ujung lantai 2 itu. Aku mencoba fokus ke buku di depanku. Tak menghiraukan semua itu. Aku tak mau lagi ada hal aneh yang terjadi. Aku yakin di dalam diri dan aku mulai teguh aku tak ingin hal aneh itu ada di hidupku.

"Drrrtt drrrt drrrrt" suara itu semakin keras yang membuatku menoleh kesana.

Aku tak sanggup lagi menghiraukannya lagi. Aku terasa ingin menoleh. Kaca yang selalu memantulkan bayangan seisi lorong itu menjadi terlihat lebih bening dari sebelumnya. Membuat siapapun mampu melihat apa saja yang ada di baliknya.

Samun-samun terlihat bayangan seorang anak yang terduduk di pembatas balkon di balik pintu itu.

Mataku terbelalak tak percaya. Tanganku mencengkeram tangan Linda di samping. Anak itu seakan melihat aku melihatnya. "Ndaaa lindaaa ndaaa" kataku lirih dengan jantung berdegup dan keringat dingin keluar.

"Ndaaa itu ndaaa" kataku gemetaran. Linda tak menghiraukanku. Linda tampak tak merespon. "Ndaaa please,help me" rintihku terasa badanku tak bisa digerakkan. "Ndaaa"

"Ndaaaa liiiinnndaaaaa"

"lagi cari mey kak?" suara bisikan halus seorang anak kecil tepat di telinga kananku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaarrgggghhhhhh" teriakkku keras berjingkat dari kursiku dan berlari ke ko Roy. "Aaaaarrrrrhhhhhhh"

"Na, kamu kenapa?" Tanya ko Roy. "Itu Mey ko, itu hantu ko" jawabku tak berani melihat. "Gak ada hantu Na" jawab ko Roy kebingungan.

"Na kamu ke psikolog aja na, sana pergi" sahut Rino. "Na ingat teori na, mana hantunya?," jawab Doffi sambil mengecek ke pintu kaca dan lorong dan tidak menemukan sesuatu yang aneh.

"Ko jangan bohong, pasti ko Roy tahu sesuatu" kataku masih ketakutan. "Hmm" gumam ko Roy.

Ku menoleh kembali kesana, tak ada siapapun dan apapun disana. Tak ada anak kecil di balkon atau di samping tempatku tadi.

Ku terduduk di lantai beberapa saat menyandarkan kepala ke dinding di bawah papan tulis. Jantungku masih berdegup keras serasa menjebolkan dada.

The Last Student (murid terakhir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang