Mey

10.5K 523 13
                                    

     Hari itu hari sabtu, sebenarnya ini adalah hari libur les. Namun karena senin minggu depannya aku harus ujian tengah semester menyebabkan aku harus les hari itu.

Gedung WRD saat itu sepi, hanya ko Roy saja yang mengajar. Ada tiga murid yang telah datang terlebih dahulu sebelum aku.

Seorang murid bertubuh kecil dan berambut ikal bernama Hansen, seorang lagi murid berkacamata frame tebal dengan fokus ke bukunya dia adalah zui. Dan yang satu lagi aku tidak tahu namanya.

"Hai ko, hai semua" sapaku saat memasuki kelas. "Hello" sahut mereka bersamaan. Akupun mengambil kursi dan duduk dengan nyaman. "Kita gak di atas ko?" Tanyaku. "Kalau sabtu sepi, jadi kita di kelas B di bawah" jawab ko Roy dengan tetap fokus menulis sesuatu di papan tulis.

Aku melirik ke murid-murid lain yang fokus belajar. Kuarahkan pandanganku ke ujung tangga lantai dua. Gelap terlihat bagai tak tersentuh cahaya. Seakan cahaya matahari tak mampu menembus pintu kaca tebal yang ada di ujung lantai 2.

Kami duduk di meja persegi yang lumayan lebar. Tepat di depanku hansen dan zui. Di sampingku duduk salah satu murid yang aku tidak tau namanya tadi.

"Ana mau belajar apa?" Jawab ko Roy. "Area and perimeter ko" besok senin aku midterm test (Ulangan Tengah Semester). "Bentar ya aku ambil dulu buku materinya, kamu siapkan buku kamu" perintah ko Roy. "Iya ko" jawabku sambil mengeluarkan buku tulis, kotak pensil, dan buku teks.

Ku tatap hansen yang mulai berulah mengganggu zui belajar. "Heh Sen jangan gitu, Zui lagi belajar itu" kataku mencoba menghentikan perbuatan Hansen.

"Diam gitu kan enak, kayak adek ini lho baik, dari tadi diam belajar" kataku sambil menengok ke murid di sampingku. Hansen tidak berkata apapun hanya menatap kedua mataku.

"Adek kelas berapa?" Tanyaku ke murid di sampingku. "Kelas 2 kak" jawabnya dengan masih sambil membaca buku. "Adek kok pinter sih, adek namanya siapa?" Tanyaku lagi.

Adek itu berhenti membaca. Dialihkan perlahan pandangannya ke arahku. "Aku Mey kak" jawabnya sambil menatap mataku lamat-lamat.

"Na kamu ngomong sama siapa?" Suara ko Roy membuatku merubah arah pandangku. "Ni ko, sama adek kecil di sampingku" jawabku sebal dengan teguran ko Roy yang seperti bercanda. "Mana? Mana muridnya?" Jawab ko Roy. "Ya ko gila kak Ana tu, ngomong sendiri dari tadi". Sahut Hansen.

"Sen jangan berulah ya" jawabku. Namun ketika ku menoleh ke murid di sampingku. Tak ada siapapun disana. Aku tercengang melihat hal itu. Ku mencari anak tadi sampai ke bawah meja dan ke penjuru kelas.

"Tadi ada anak ko, bener aku gak bohong". kataku smbil menunjukkan posisinya duduk saat itu. "Murid disini dari tadi cuma aku,zui, sama kak Ana" Hansen menimpali.

"Iya kah Zui?, " tanyaku tak percaya dan menatap mata Zui. Zui hanya mengangguk pelan. "Kayaknya kamu bermimpi Na" kata ko Roy.

Aku masih tak percaya apa yang barusan terjadi. Aku melihat dengan mataku sendiri dan mendengar dengan kedua telingaku.

Aku tak mampu berkata-kata lagi. Aku tak sabar menceritakannya pada Linda tentang hal ini. Jangan-jangan WRD berhantu. Semua fikiranku berkecamuk disana. Nampaknya persiapan ujian tengah semesterku menjadi terganggu.

The Last Student (murid terakhir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang