"Tapi, tiba-tiba dia..."

"Becca, you're a slut! I hate you!"

Air mata gue turun dengan cepat, menatap wajah lelaki di depan gue dengan tatapan tidak percaya.

"You know what?! Because of you, my parents divorced!" teriak lelaki itu tepat di depan wajah gue.

"Shit! Okay, I know it was little bit of my fault, but I need your body to revenge. It's all about your fault! Everything is your fault! Why I love you, why I need you, it's all your faults," teriak lelaki itu seraya mengacak rambutnya.

"What kinds of fault that I do?" tanya gue dengan suara bergetar.

"You have charming! You have a courage, you have a kindly smile, you have a kind heart! And then you always be with me, then I fall in love with you!"

Becca menutup mulutnya, "I don't understand, Chard."

Richard, lelaki gila yang ada di depan gue ini lantas tersenyum misterius.

"Okay, if you don't understand just follow the plot."

Tubuh gue bergetar, "What do- what do you mean?"

Richard membuka jaket denimnya lalu mendekat ke arah gue yang masih setia nutup mulut dengan tangan, "Let me feel your body."

Gue lantas menjauhkan wajah gue, "Stop it! Stop it!"

Tangan kekar lelaki itu mendorong bahu gue hingga tubuh gue jatuh sempurna di atas ranjang dan sialnya dengan tubuh dia yang berada di atas tubuh gue. Kedua tangannya mengunci tubuh gue, "It's been a long time since I want your body, my sugar baby."

Dalam hitungan detik, bibir lelaki itu mencuri first kiss milik gue. Gue yang tidak terima lantas mencoba menjauhkan kepalanya dari bibir gue. Matanya memejam, bibirnya sibuk memainkan bibir gue, kadang sedikit Ia menggigit bibir gue untuk mengijinkan lidahnya masuk ke dalam mulut gue.

Gue menangis, kasar. Dia benar-benar kasar.

Lidahnya sekarang berada di dalam mulut gue, memaksa lidah gue untuk bertemu dengan lidahnya.

Pemaksa. Benar-benar pemaksa.

Gue menjambak rambutnya untuk membuat dirinya menjauh, tetapi Richard langsung tersenyum tipis di sela ciuman kami.

"You make me horny, babe."

"Mmmmpphhhhh, ahh, Ch- Chard, stop mmpphh, stop it!" erang gue.

Richard tidak mendengar perkataan gue sama sekali, dirinya semakin terbawa godaan setan untuk menghabisi gue sekarang.

Tangan kanannya mulai menggerayangi bagian dada gue, gue mencoba menepis tangannya kembali namun.,

Gagal.

Tangan kanannya turun ke arah perut gue, menyibak kaus gue dengan kasar.

Ciumannya semakin terkesan memaksa, gue gak bisa napas.

"Mmmppppphhh, mmph, Char--- mmpppphhh, stop--- mmmppppphhh, stop it!" seakan tidak mau mendengar perkataan gue, Richard semakin ganas melumat bibir gue. Ia benar-benar tidak mengijinkan gue untuk mengeluarkan sepatah kata.

Tangan kirinya bermain-main di atas perut gue yang sudah tidak tertutup oleh kaus gue, membuat kesan geli setiap sentuhannya.

Setelah cukup melumat bibir gue, bibirnya menjelajahi leher jenjang gue. Menggigitnya kasar sehingga meninggalkan bekas biru-keunguan.

"Richard! Stop it!" tidak tahan, air mata gue meluncur.

"I won't, baby."

Seakan tidak puas menggerayangi perut gue, kini Richard menyingkap kaus gue hingga terlihatlah dada gue.

Gue menggigit bibir gue pelan, 'Ya Tuhan, tolong hamba.'

Richard tersenyum puas setelah melihat dada gue, "What a perfect breast."

Gue semakin terisak ketika tangan kirinya meremas dada gue dengan kencang, bibirnya kembali menjelajahi bibir gue.

"Shhh, don't cry."

Setelah berkata itu, Ia kembali melanjutkan melumat bibir gue.

Tangan kanannya menyelinap ke pelakang punggung gue lalu dengan kecepatan kilat Ia melepas pengait bra milik gue.

Ia tersenyum lalu melepaskan ciuman kami, menatap mata gue dengan tatapan kemenangan, "It will be great, babe. Trust me."

Ia mencium kedua mata gue, kening gue, hidung, laku kembali lagi pada bibir, "Although I can't be with you, at least I can feel your body and say you are mine, and forever will be like that."

Ia tersenyum tipis, "Enjoy my skills tonight, babe."

"Dan--- Dan hari itu... gu-gue... gue bener-bener menjadi sosok wanita seperti jalang, Cal," Becca terisak dalam dekapan Calum. Calum mengusap kepala Becca dengan tatapan kosong.

"Itu semua karena Richard, Cal. Richard yang buat gue seperti ini. Dan Richard... Richard juga..." Becca menghentikan kalimatnya untuk menarik napas dan menenangkan dirinya,

"Richard yang membunuh orang tua gue, Cal."

-M U S U H-

Oke daritadi gue berfikiran bahwa harus bikin sequel ini atau gak.

Soalnya sebelum ini direvisi, gue punya buku kedua dan buku ketiga. Jadi di buku kedua itu menceritakan kisah Becca dan Calum selama mereka di college. Menceritakan kisah mereka sesudah mereka menjauh dan memilih hidup masing-masing. Tapi Becca kembali ke Indonesia dan kembali berhubungan dengan Calum. Tapi bedanya, di buku ke dua ini mereka happy ending.

Kalau di buku ketiga, ini cerita tentang kehidupan rumah mereka. Gue masukin seorang pelakor yang buat keluarga mereka hancur.

Oke, itu DULU.

DULU sebelum gue REVISI.

Minta pendapat dong, harus bikin sequel atau gak usah.

Salam,
Ninis.

Musuh × cthWhere stories live. Discover now