3

3.2K 518 47
                                    

Karya ini dilindungi oleh Undang Undang Hak Cipta no. 28 Tahun 2014. Bagi pelanggar akan diproses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Jebakan binatang liar yang dibicarakan oleh kakak dan adik itu ternyata dalam kondisi bergelantung bebas di dahan pohon dan rusak parah. Terlihat sesuatu telah mengoyak akar tanaman yang telah menjadi bahan baku benda itu. 

Elfata menarik pedang warisan dari ibunya keluar dari sarung dan melihat sekeliling dengan waspada. Dari bau yang tersisa di tali-tali yang menjulur ke bawah, dia mengetahui bahwa mereka baru saja kehilangan seekor babi hutan, sedangkan Miriam yang memiliki daya cium lebih sensitif dibanding kakaknya, telah berjongkok dengan posisi merangkak untuk mengendus darah segar yang membasahi rumput di sekitar mereka. 

"Beruang …," gumam Miriam rendah. "Cukup besar, seekor jantan …, kemungkinan baru bangun dari hibernasi musim dingin …."

Tiba-tiba gemeresak samar dari dedaunan yang saling bergesek masuk ke indra pendengaran mereka. Keduanya segera menoleh ke sumber bunyi dan melihat sesuatu bergerak dari kumpulan tumbuhan liar yang terletak sekitar beberapa meter dari tempat Elfata berdiri.

"Mungkin ini saatnya kau melepas pakaian." Elfata memberikan usul ketika sekeliling iris mata birunya mulai berubah menjadi kuning keemasan kala dia menangkap gerakan semakin kentara pada semak tersebut.

Miriam yang masih dalam posisi merangkak pun telah mengamati dedaunan yang bergerak dengan ekspresi curiga. Rambut pirang gadis itu menjuntai hingga hampir menyapu tanah dan bola matanya berangsur menguning. 

Sosok beruang cokelat yang telah mencuri buruan mereka tiba-tiba keluar dari barisan tumbuhan rambat yang menjuntai turun di antara pepohonan. Elfata seketika menyeringai saat dia melihat binatang itu telah memasang posisi siap menyerang, yaitu bulu-bulu pada tengkuk juga punggungnya tampak berdiri dan kedua telinganya miring ke belakang. 

Sang beruang menggeram buas ke arah Elfata, menunjukkan gigi-gigi runcingnya yang dipenuhi liur. Elfata membalas tantangan yang diperoleh. Dia pun menampilkan deretan taring miliknya yang baru saja memanjang bersamaan dengan otot-otot tubuhnya yang juga terlihat membesar.

Elfata segera berlari sambil menghunuskan pedang yang dia genggam dengan tangan kanan ke arah beruang yang juga berjalan cepat ke arahnya. Pada saat yang bersamaan, Miriam telah memelesat ke deretan pepohonan yang tumbuh rapat dan menghilang dari pandangan. 

Binatang setinggi tiga meter itu membuka rahang lebar-lebar dan mencoba menggigit pucuk kepala lawannya. Namun, Elfata dengan gesit langsung menahannya memakai pedang. Sang beruang mundur kemudian mengayunkan cakar tangan kanan, tetapi lagi-lagi serangan itu ditangkis dengan mudah.

"Dasar bodoh, kau seharusnya tidak boleh serakus ini," nasihat Elfata yang kini menggenggam gagang pedang dengan kedua tangan, sedangkan kedua lututnya telah tertekuk dengan kaki kanan berada di depan. Seringai pemuda itu melebar saat dia melanjutkan ucapannya. "Dan, kini aku terpaksa membunuhmu."

Urat-urat tangan Elfata menonjol kala dia menebas dada si beruang secara diagonal. Luka sayatan itu cukup dalam, hanya belum juga berhasil merobohkan lawannya yang kini semakin mengganas mengayunkan cakar dari tangan lainnya.

Kebangkitan Penyihir [ Buku 2 Puerro Series ]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα