12

2.2K 401 39
                                    

Karya ini dilindungi oleh Undang Undang Hak Cipta no. 28 Tahun 2014. Bagi pelanggar akan diproses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

"Ka-kau penyihir .…" Terdengar suara ketakutan dari Lilian. Kedua tangannya terantai sempurna di sisi kanan juga kiri tubuh gadis itu. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah mengangkat kepalanya.

Pemuda itu seketika terlihat gelisah. Dia berdeham beberapa kali sebelum mengibaskan tangan kirinya hingga sihirnya menghilang. Lilian segera menggunakan kesempatan untuk berguling ke posisi duduk dan beringsut menjauh. 

"Aku Elfata …." Sang pemuda menyodorkan tangan kanannya untuk berkenalan dan membiarkan kuda miliknya berjalan menjauh untuk merumput. 

Namun, Lilian tidak menyambut uluran itu. Dia masih mengamati Elfata dengan tatapan gentar juga tidak percaya. "Ba-bagaimana mungkin, hanya saudara-saudaraku yang dapat menggunakan sihir … dan kau bukan saudaraku."

"Jadi, kau juga seorang penyihir?" tanya Elfata dengan ekspresi lega. Pemuda itu seketika terduduk di atas rumput sambil terkekeh pelan. "Kupikir aku telah membuat kesalahan …."

"Ke-kesalahan?"

Elfata menyeringai. Dia menggaruk tengkuknya sambil menjelaskan. "Aku seharusnya tidak memakai sihir, tetapi karena kamu juga penyihir seharusnya tidak apa-apa."

Lilian tidak berkata apa pun. Gadis itu masih mengamati Elfata dengan kebingungan dan rasa curiga yang membuncah. Apakah ayahnya memiliki anak lain? Namun, rambut pemuda tersebut putih keperakan .… Semua saudara-saudaranya, termasuk dia memiliki rambut merah seperti warna tanah. "Si-siapa kau?"

"Aku sudah mengatakan sebelumnya. Aku Elfata …." Pemuda itu pun kini ikut mengamati Lilian dengan saksama. "Mengapa kau kotor seka-"

Elfata tiba-tiba terdiam sebelum bergumam pelan. "Kau terluka …."

Elfata memajukan tubuh dan memanjangkan tangannya untuk meraih Lilian. Namun, gadis itu refleks beringsut mundur.

"Aku hanya ingin menyembuhkanmu  …," jelas Elfata dengan mimik khawatir. "Kau bisa terkena infeksi apabila tidak diobati."

Lilian mengangkat dan mengamati kedua tangan kotornya yang penuh luka sebelum kembali melihat ke arah Elfata. "A-apa yang akan kau lakukan?"

"Menyembuhkannya."

Lilian menyelisik ekspresi Elfata dan tidak menemukan itikad buruk dari pemuda itu. Dia akhirnya mengangguk kecil.

Elfata tersenyum. Pemuda itu langsung setengah melompat duduk di hadapan Lilian sambil berkata, "Berikan tanganmu."

Lilian dengan ragu menuruti keinginan Elfata. Dia mendesis kesakitan ketika air dingin yang berasal dari tempat minum pemuda itu membasahi telapak tangannya. 

"Sebentar lagi selesai," hibur Elfata. Pemuda itu  menggenggam tangan Lilian sebelum berbisik, "Sembuhlah …."

Kebangkitan Penyihir [ Buku 2 Puerro Series ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن