Tuan Bengkunang Si Detektif Satwa

3.4K 90 26
                                    

Oleh: Satyacaraka

_____

Tuan Arnab dan Nyonya Karil sama sekali tidak senang.

Pagi ini adalah hari kelima musim panen, dimana wortel-wortel di ladang akan menjadi gemuk dan merah pada puncaknya. Hari ini, seharusnya Tuan Arnab bersama Nyonya Karil akan sibuk memanen seladang penuh wortel dan menggelar pesta panen kecil-kecilan pada malam nanti. Namun, melihat ladang yang porak poranda dan penuh lubang membuat lumbung mereka terpaksa kosong hingga musim panen selanjutnya.

Nyonya Karil berteriak histeris dan menghambur menuju ladang. Tuan Arnab tahu ini adalah perbuatan Tuan Roden si Tikus Tanah.

Beberapa bulan lalu, saat sepasang kelinci itu menanam bibit wortel pada barisan-barisan yang teratur, seekor tikus tanah muncul dari lubang di tanah dan menawarkan sebuah perjanjian: Tuan Roden menginginkan sebagian dari hasil panen wortel di ladang itu. Tentu saja Nyonya Karil yang tamak itu tidak setuju.

"Sudah kubilang, seharusnya kita setuju dengan perjanjian Tuan Roden," kata Tuan Arnab sambil berjalan lemas menuju ladang.

"Apa?" Nyonya Karil di ujung ladang menjadi berang. "Kita yang bersusah payah merawat wortel kita, dan kau mau saja tikus tanah itu mendapat seperempat ladang? Aku tidak akan rela dimanfaatkan begitu saja!"

"Sekarang kau tahu akibatnya, 'kan? Kita malah tidak mendapatkan apa-apa!" Tuan Arnab ikut meninggi. "Dan Tuan Roden akan kembali lagi setiap hari puncak panen untuk merampas lagi!"

"Cukup!" teriak Nyonya Karil. "Kita akan meminta bantuan kepada Tuan Bengkunang."

"Tuan Bengkunang? Si Detektif Satwa itu? Aku tidak pernah memercayainya. Kau ingat riwayat nenek moyangnya dulu, 'kan? Si kancil yang suka mengelabui hewan lain," ujar Tuan Arnab.

"Itu hanya legenda, kenapa kau selalu berpikir kolot?" Nyonya Karil berpindah kesana-kemari, memunguti sisa-sisa wortel dalam pelukannya. "Sekarang dia membantu hewan-hewan lain yang kesusahan seperti kita, dan semua kasus yang ia tangani selalu berhasil dengan bagus."

"Tapi ...," kata-kata Tuan Arnab terputus.

"Yang jelas, setelah ini kita akan pergi mengirimkan surat untuk meminta bantuannya!" sela Nyonya Karil ketus, sambil membawa sepelukan wortel rusak ke dalam lumbung.

___

"Selamat datang di sarang kami, Tuan Bengkunang," salam Nyonya Karil sambil tersenyum lebar, menampakkan dua gigi depannya yang menawan. "Silakan masuk."

"Baiklah," sahut Tuan Bengkunang singkat.

Nyonya Karil melesat ke dapur, digantikan oleh Tuan Arnab yang sedikit was-was kepada kancil itu, kemudian bersalaman.

"Saya sudah membaca surat Anda. Tapi, bisakah diceritakan lagi, kasus apa yang akan saya hadapi?" tanya Tuan Bengkunang.

"Jadi begini," Tuan Arnab berdehem sekilas, "Tuan Roden si Tikus Tanah beberapa waktu lalu menyampaikan perjanjian kepada kami bahwa ...."

Nyonya Karil mengeraskan batuknya dengan sengaja dari dapur.

"Maksud saya, Tuan Roden telah mencuri hampir seluruh wortel siap panen kami dan memporak-porandakan ladang kami, seperti yang Anda lihat di luar," jelas Tuan Arnab.

Nyonya Karil kembali dengan sepiring wortel yang dipotong kecil-kecil.

"Jadi, kami mohon bantuan Tuan Bengkunang untuk menghentikan Tuan Roden agar tidak mencuri wortel kami lagi pada musim panen berikutnya," kata Tuan Arnab.

Multiverse (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah dan Fantasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang