16

8.6K 359 0
                                    

INES POV

Pelajaran homeschoolingku sudah selesai dan aku hampir bosan menunggu Raffa pulang dari sekolah sambil memencet-mencet remote tv meskipun aku tidak berniat untuk menontonnya. Jam dinding saja mungkin sudah bosan karena aku terus meliriknya setiap detik. Waktu seolah berjalan sangat lambat setiap kali aku menunggu Raffa pulang sekolah.

"Nes, mending kamu tidur aja dulu. Lagian masih satu jam lagi Raffa pulang", ujar Mamah yang juga geram melihatku seperti ini. Aku menolak saran Mamah meskipun akhirnya aku tetap tertidur karena tubuhku juga terlalu cepat lelah akhir-akhir ini.

Tidur tak disengajaku terganggu saat sesuatu yang hangat menyentuh wajahku. Mataku terbuka dan mendapati Raffa sedang memainkan anak rambutku, "ayo pulang", katanya lembut. Aku mengucek mataku dengan kedua tanganku, menyadari aku yang sudah tertidur saat menunggu Raffa.

"Raff, aku mau makan udon", kataku yang tiba-tiba ingin makan udon.

"nanti kita pesan", jawabnya. Aku menggeleng, "aku maunya makan di sana", pintaku lagi.

"ayo kita ke mall Raf, sekalian beli kebutuhan di rumah", kataku merengek padanya.

Raffa menggeleng, "dokter kan bilang kamu butuh istirahat"

Aku tetap tidak mau kalah, aku mengelus perutku yang sudah cukup besar karena sudah menginjak bulan ketujuh, "tapi anak kamu mau ke sana", kataku memasang wajah sedih. Kalau sudah mengucapkan mantra ampuh itu Raffa tidak akan bisa menolak lagi.

"tapi ini udah sore Nes, aku nggak mau kamu sakit", cemasnya lagi-lagi padaku. Aku menggeleng dan terus memaksa Raffa agar tetap menuruti kemauanku.

"aku mandi dang anti baju dulu", katanya pasrah.

Aku dan Raffa sama-sama sudah berpakaian rapi dan Mamah bertanya, "loh, kalian mau ke mana? Nggak langsung pulang?"

Raffa menggeleng, "ini Mah, Ines maksa mau ke mall", jawabnya menyalahkanku.

Mamah berdecak padaku, "kamu ya Nes, susah kalau dibilangin. Awas kalau cucu Mamah sampai kenapa-kenapa", ancam Mamah padaku meski pada akhirnya dia terpaksa mengizinkan.

"jaga ines ya Raf", pesan mamah pada Raffa.

*

*

Aku tersenyum senang saat kami sampai di mall. Aku memang sudah sangat bosan berada di rumah setiap hari karena kondisi juga yang tidak memungkinkan untuk bisa pergi seperti ini. Aku bersyukur hari ini Raffa dan Mamah mau memberi izin padaku. Mungkin karena kondisiku juga sudah cukup membaik akhir-akhir ini. Aku langsung menarik Raffa menuju hypermart karena ingin membeli banyak keperluan sehari-hari.

Raffa mendorong troli di sampingku sementara aku mengambil beberapa barang yang kami butuhkan. Saat sampai di bagian elektronik, aku tertarik untuk membeli sebuah kamera. Aku memang sudah memiliki sebuah kamera tapi aku ingin kamera yang lebih bagus lagi.

"Nes, kamu pilih-pilih aja dulu. Aku mau lihat ambil pengharum mobil sebentar. Kamu jangan kemana-mana, nanti aku ke sini lagi", katanya lalu berlari meninggalkan ke tempat alat-alat mobil yang tidak jauh dariku.

Aku masih memilih-milih kamera yang ingin kubeli karena ada banyak sekali merk dan model kamera terbaru dengan kualitasnya masing-masing. Dan aku tidak tahu harus memilih yang mana untuk kubeli.

"Ines", aku menoleh saat seseorang memanggil namaku dan membuatku sangat terkejut karena Dewa sudah berdiri di depanku. Aku memegang perutku yang terasa sedikit nyeri dan membalikkan badanku, ingin kabur secepatnya dari Dewa. Namun Dewa menahanku.

"Ines, kamu... hamil?", katanya dengan wajah yang terlihat marah dan menatapku penuh dengan rasa ingin tahu dan kekecewaan. Aku ingin sekali menutupi perutku dengan kedua tanganku namun mustahil aku bisa menutupi perutku yang sudah terlalu besar untuk disembunyikan ini. Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa.

"Ines, bisa kamu jelaskan apa maksud semua ini? Siapa yang membuatmu hamil? Raffa?", rahang Dewa mengeras, aku bahkan tidak pernah melihat Dewa yang begitu baik marah seperti ini.

Aku memegang troli dengan gemetar dan tanganku yang lain memegang dadaku yang terasa sakit. Dari balik tubuh Dewa, kulihat Raffa berlari menghampiriku dan melewati Dewa. Sepertinya Raffa belum menyadari kehadiran Dewa di sini.

"ines!", Raffa langsung menyambar jaket yang di sampirkan di troli lalu mengenakannya padaku.

"sakit lagi?", katanya tampak sangat cemas hingga belum juga menyadari kehadiran Dewa.

"elo Raf, yang buat Ines hamil?", suara geraman Dewa membuat Raffa menyadari keberadaannya. Namun seperti Raffa menghiraukannya. Dia memegang kedua lenganku dan memapahku untuk duduk di bangku terdekat.

"aku kan udah bilang pakai jaketnya", cerewet Raffa padaku yang hanya bisa diam. Sementara Dewa masih menatap kami dengan tatapan tajamnya.

Setelah Raffa membayar semua barang yang kami beli, dia kembali memapahku ke tempat makan, diikuti oleh Dewa. Dewa duduk di hadapan kami dengan wajah yang masih menuntut jawaban. Aku hanya memilih diam dan membiarkan Raffa yang menjelaskannya.

"kami sudah menikah", aku kembali teringat saat kami pertama kali memberitahu Dian mengenai hubungan kami. Begitu juga Dewa, dia tidak langsung percaya dengan apa yang dikatakan Raffa hingga Raffa harus mengatakannya berkali-kali dan menunjukkan berbagai macam bukti. Hingga akhirnya Dewa tidak bisa lagi mengelak.

"kalau sampai bohong, gue nggak akan lepasin lo Raf", ancamnya pada Raffa.

"maaf ya ka, aku nggak pernah bilang", kataku akhirnya mengeluarkan suara.

"aku dengar kamu nggak masuk sekolah lagi dan tadi sewaktu lihat kamu aku kaget karena kamu lagi hamil", ujar Dewa padaku. Aku menunduk malu tapi Raffa menggenggam tanganku.

"cepat dihabiskan, aku nggak mau kamu sampai kena angin malam pulang nanti", ujar Raffa padaku saat makanannya disajikan di meja kami.

"kak Dewa sekarang sibuk apa?", kataku pada Dewa yang sepertinya merasa tidak nyaman harus makan bersama kami.

"sekarang aku kuliah di Bandung"

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang