15

8.9K 347 0
                                    

INES POV

Raffa masuk ke dalam kelasku setelah guru membubarkan kelas. Dia memang selalu menjemputku di kelas sepulang sekolah untuk membawakan tasku akhir-akhir ini. Tapi kali ini Raffa menahan Dian sebelum menghampiriku. Aku menggenggam erat sweaterku, cemas pada Dian dan juga persahabatan kami. Aku tidak ingin kehilangan Dian meskipun aku sudah salah karena membohonginya dan merahasiakan pernikahanku dengan Raffa. Sejak pertengkaranku di UKS dengan Dian, kami hanya berdiam diri selama di kelas meskipun kami duduk bersebelahan. Dan itu membuatku sangat tidak nyaman. Raffa sudah berjanji padaku untuk mengatakan semuanya pada Dian.

"udah deh, gue mau pulang", gerutu Dian saat Raffa baru saja menjalankan mobilnya. Raffa memaksa Dian untuk ikut pulang bersama kami dan mengatakan bahwa dia ingin membicarakan sesuatu dengannya.

"ngomong aja sekarang, gue nggak mau ganggu kalian", kicau Dian lagi. Wajahnya sudah sangat tidak enak sejak mengikuti kami masuk ke dalam mobil. Dia bahkan tidak berbicara sedikitpun padaku.

"nggak enak kalau ngomong di sini, nanti gue yang anterin lo pulang", ujar Raffa padanya.

Aku sangat bingung saat Raffa membawa Dian ikut pulang ke rumah kami. Dian turun dari mobil dan terlihat sangat bingung juga. Mungkin dia tidak mengerti mengapa kami membawanya ke sebuah rumah.

"masuk Di", kataku mencoba mengambil hatinya. Dian hanya memasang wajah cemberut dan mengikuti masuk ke dalam. Raffa meminta Dian duduk di ruang tamu.

"Ines memang hamil", ujar Raffa membuka pembicaraan. Wajah Dian terlihat sangat terkejut saat Raffa benar-benar mengatakannya secara langsung dan aku bisa melihat kemarahan di wajahnya.

Dian bangkit dari duduknya dengan mukanya yang merah karena menahan marah, "lo tuh brengsek banget ya Raf, gue kira lo cowok baik-baik. Lo juga Nes, gue kira lo sahabat gue! Gue kira gue cukup kenal banget sama lo, gue nggak nyangka lo bisa melakukan hal seperti ini!, makinya pada kami. Aku kembali menangis melihat Dian yang lagi-lagi memarahiku.

"gue belum selesai", ujar Raffa yang meminta Dian untuk kembali duduk dengan tenang.

"Ines memang hamil, tapi gue suaminya", ucap Raffa pada akhirnya. Dian terlihat lebih terkejut dari sebelumnya, kali ini wajahnya juga terlihat sangat bingung. Mungkin dia mengira Raffa hanya mengatakan omong kosong untuk menutupi kesalahannya sendiri.

"lo ngomong apa sih? Nggak usah ngeles deh, alasannya nggak bagus banget", ucap Dian yang mulai merasa tidak nyaman dengan pembicaraan ini.

"gue nggak lagi bercanda. Kami memang sudah menikah. Kami tinggal di sini, ini rumah kami", jawab Raffa lagi. Tapi sepertinya Dian masih belum mempercayai apa yang dikatakan Raffa. Raffa bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam rumah, kemudian kembali membawa beberapa buah foto pernikahan kami.

"gue...gue minta maaf karena udah merahasiakan pernikahan gue dari lo", kataku masih terisak, berharap Dian mau memafkanku.

Dia melihat foto-foto tersebut dengan terkejut lalu menatap kami berdua, "jadi kalian berdua udah nikah?", tanyanya menyelidik.

Aku dan Raffa mengangguk bersamaan.

"gue nikahin Ines karena gue cinta sama dia dan karena kami menikah di usia yang terlalu muda gue nggak bisa ambil resiko kalau ada yang mengetahuinya. Jadi hanya keluarga kami yang tahu mengenai pernikahan ini", jelas Raffa pada Dian, "jadi lo mau kan maafin Ines? Dia nggak boleh banyak fikiran, lo tau sendiri kan akhir-akhir ini dia sering pingsan dan sakit. Itu akan berpengaruh pada kehamilannya. Dia hampir keguguran karena Raisa waktu itu"

"Dian, gue...gue nggak maksud buat bohong sama lo. Gue terpaksa. Dan gue... gue juga sayang sama lo", kataku berusaha untuk meyakinkan Dian agar mau memaafkanku.

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang