14

8.9K 340 0
                                    

INES POV

Cermin itu memantulkan bayangan diriku. Aku sudah mengenakan seragam sekolahku. Meskipun kandunganku sudah belum cukup besar, tapi sepertinya akan mudah sekali terlihat kalau diperhatikan. Aku sengaja mengenakan seragam yang cukup longgar di tubuhku. Kubuka seragam dibagian perutku dan mengelus lembut perutku. Meskipun aku merasa sangat takut, tapi ada sebuah kehangatan di dalam hatiku. Ada darah daging Raffa di dalam perutku. Aku tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang ibu tapi aku seolah merasakan ikatan dengan janin yang ada di dalam kandunganku ini.

Pintu kamarku terbuka tiba-tiba, membuatku terkejut dan menutup kembali perutku dengan seragamku. Raffa juga terlihat sangat terkejut karena memergokiku sedang mengelus perutku sendiri. Raffa menghampiriku dan mencium pipiku, "kamu udah baikan? Kalau masih sakit, nggak perlu ke sekolah", bisik Raffa.

"aku mau sekolah"

Raffa merengkuh tubuhku dari belakang, "jangan memikirkan sesuatu yang berat, aku nggak mau kamu dan calon anak kita kenapa-kenapa", bisik Raffa lagi. Aku mengangguk. Aku sudah memutuskan untuk menjaga kandunganku. Aku tidak ingin lagi melihat Raffa seperti waktu itu. Tubuhnya gemetar, wajahnya pucat dan pakaian yang penuh dengan darahku. Aku melihat ketakutan yang amat sangat di mata Raffa. Aku melihat betapa besar rasa cinta Raffa untukku.

Kami pergi ke meja makan, Raffa sudah menyiapkan semua sarapan untuk kami. Dia bahkan menyiapka susu kehamilan untukku dan juga memintaku untuk meminum beberapa vitamin yang diberikan dokter. Tapi belum selesai Raffa menghabiskan makannya, dia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan kembali makanan yang ditelannya. Aku bergegas menghampiri Raffa.

"kamu jangan khawatir lagi, sekarang aku tahu aku kenapa", ujar Raffa dengan tenang, dia mengelus lembut perutku, "ini karena anak kita"

Aku malu seketika saat Raffa mengatakan anak kita, ada perasaan haru dan bahagia di sana. Tapi aku masih tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Raffa.

"kamu baca-baca artikel dong, perempuan kalo hamil itu sering mual dan pusing apalagi kalo pagi hari dan juga ngidam yang aneh-aneh", jelas Raffa padaku.

Aku menggaruk kepalaku masih tidak mengerti, "tapi aku nggak pusing dan mual, itu kan kamu"

Raffa geleng-geleng kepala, "iya, mungkin karena ikatan aku ke bayi kita juga terlalu kuat ditambah pengaruh hormon jadi aku ngerasain kayak begini", sahut Raffa lagi.

Aku melihat Raffa iba, "tapi aku nggak tega lihat kamu begini"

Raffa meraih tanganku dan mengecupnya, "aku baik-baik aja Nes, aku lebih nggak tega kalau kamu yang seperti ini"

"aku juga ngidam", ujar Raffa lagi saat kami di dalam mobil. Aku mengerutkan keningku.

"iya, waktu aku mau buah kiwi, terus kerak telor, sama makan ice cream pagi-pagi", ujar Raffa padaku sambil malu-malu.

Aku pun mentertawakan Raffa, "jadi itu kamu ngidam?"

Raffa tersipu malu, "itu perkiraan aku sih, biasanya kan aku nggak pernah begitu, pengen sesuatu yang aneh-aneh"

*

*

*

*

Raffa membukakan pintu mobil untukku saat kami sampai di sekolah dan bahkan menggenggam erat tanganku, sesuatu yang jarang sekali dilakukan Raffa. Sepertinya Raffa agak memperlakukanku sedikit berbeda hari ini. Raffa juga mengantarkanku ke kelas bukannya berpisah dan masuk ke kelasnya.

Ketika melihat Raisa berhadapan dengan kami, Raffa melepaskan tanganku dan menghampiri Raisa. Raffa mencengkeram bahu Raisa dengan kasar, membuatku sedikit takut pada apa yang dilakukan Raffa. Aku bahkan tidak pernah melihat Raffa semarah dan sekasar itu pada seseorang apalagi perempuan.

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang